JATIM

ATALLA ASKHA DISINYILAR SETELAH DI IMUNISASI DIFTERI MENINGGAL

Atalla Askah ketika dirawat di RSUD Blambangan

BANYUWANGI, JATIM, BN – Program imunisasi difteri, serentak di Indonesia diduga membawa korban pada salah satu anak bernama Atalla Askah (2,3) asal Desa Ketapang Rt 03, RW 11 Kec Kalipuro Kabupaten Banyuwangi.

Atalla Askha di suntik difteri, badannya langsung langsung demam dan mencret selang 6 hari kemudian meninggal dunia, Jum’at (16/2/2018) di Rumah Sakit Umum Blambangan Banyuwangi.

Menurut penuturan Daud Djoni, nenek Atalla Askah, Wiwik Suciati, orang tua pada Sabtu (10/2/2018) datang ke Posyandu kampungnya karena ada program imunisasi difteri. Saat itu yang melakukan suntikan adalah bidan berinisial SM.

“Bidan SM, saat itu melakukan imunisasi tidak mengecek kondisi kesehatan anak, “terang Djoni.

“Setelah di suntik imunisasi oleh SM pada Sabtu (10/2) cucu kami badannya panas dan mencret. Dua hari kemudian ibunya membawa ke rumah bidan SM, namun menurut bidan SM ngak masalah nanti anak sehat lagi karena defteri bawaannya badan panas, “terang Djoni.

“Karena ditunggu – tunggu panasnya tidak turun, pada Kamis (15/2), Atalla dibawa ke RSUD Blambangan. Pada Jumat (16/2) sekitar pukul 13.30 WIb, cucu kami sudah meninggal langsung dibwa pulang untuk dimakamkan, “jelasnya.

Menyikapi masalah ini, Daud Djoni WD, Ketua LSM Gagak Hitam DPD Jatim yang juga nenek Atalla, diduga ada tindakan kelalilaian bidan SM menghilangkan nyawa anak.

Setelah di analisa Djoni didapat kesimpulan vaksin yang disuntikan ke anak-anak di posyandu diduga vaksin yang sudah rusak. Pasalnya, vaksin tersebut di duga bawa oleh bidan bukan dari Puskesmas Ketapang namun disinyalir dari Puskesmas Klatak, Karena SM bekerja di Puskesmas Klatak

“Posyandu disini binaa Puskesmas Ketapang. Masak box pendingin vaksin milik Puskemas Klatak di bawah pulang oleh SM, ini sangat aneh, dugaan kami SM tidak bisa menjaga suhu dingin, padahal vaksin harus dalam kondisi dingin untuk di suntikkan ke anak. Jadi kami menduga vaksin difteri yang di suntikkan kepada cucu kami adalah vaksin yang sudah rusak, “terang Joni.

Tidak hanya itu, Djoni juga membuat kesimpulan vaksin yang disuntikkan ke Atalla adalah vaksin difteri diduga untuk orang dewasa, “bagaimana mungkin di Banyuwangi dapat vaksin difteri untuk anak di bawa 6 tahun tanggal 10 Februari 2018, padahal di Surabaya khususnya di Kecamatan Krembangan untuk vaksin difteri anak kelas 1 SD dan TK baru ready tanggal 17 Februari 2018, “ungkapnya.

Tak heran, Atalla mengalami dampak ikutan imunisasi yang luar biasa yang bisa menyebabkan kematian, “dampak dari ikutan imunisasi bermacam-macam, ada yang jadi borok, langsung kejang-kejang, mual muntah, deman dan kematian. Dampak ikutan imunisasi ini jangka waktunya bermacam ada yang langsung, seminggu bahkan sampai satu bulan baru mengalami. Jadi kami pastikan meninggalnya cucu kami akibat dampak ikutan imunisasi. Dalam hal ini SM harus bertanggung jawab, “ungkap Joni.

“Kami minta Ikatan Bidan Indonesi (IBI) memeriksa bidan SM dan mengambil tindakan tegas apabila menemukan kesalahannya, “pungkasnya.

Hingga berita di tulis, SM belum berhasil di konfirmasi BN. BN akan memantau terus perkembanganya. (Ripto/tim BN Banyuwangi)

Related Articles

16 Comments

  1. Kl krn vaksinnya kenapa anak yang lain yg disuntik bersamaan pada waktu itu tdk mengalami hal serupa…

  2. Anda tdk thu..kondisi anak tdk sma..sblm disuntik difteri smestix bidan tsb tnya sm ibux anak yg bwa ke posyandu..tnya sdh mkn blum..cek kondisi bdanx..normal ngk klo tdk normal lain wktu bisa sruh dtang ke posyandu..

    1. brti harusnya ibu si anak jg disalahkan karena tdk memberikan informasi yg benar tentang kesehatan anak jika ada gangguan kesehatan yg tidak terlihat…
      Jika memang tidak sehat tidak mungkin divaksin
      Kemudian pemeriksaan yang tidak dilakukan yang disebut malpraktek itu misal apa ya? Setahu saya dengan dilihat dan dipegang bidannya saja sudah bisa dibilang pemeriksaan, sudah mengetahui aktif nya anak, badan tidak panas, tidak lemas lunglai, seperti itu saja sudah bisa lgsg divaksin..
      Masa harus di lab dulu, di rontgen dulu

  3. Pemberian Imunisasi DPT
    Imunisasi DPT pada anak-anak diberikan sebanyak lima kali sejak anak berusia 2 bulan hingga 6 tahun. Tiga pemberian pertama pada usia 2 bulan, 3 bulan, dan 4 bulan. Pemberian yang ke-4 adalah pada usia 18 bulan dan pemberian yang terakhir pada usia 5 tahun. Dosis yang diberikan yakni satu kali suntikan setiap jadwal imunisasi. Setelahnya, dianjurkan untuk melakukan booster Tdap (imunisasi ulang Tetanus Difteri dan Pertusis) tiap 10 tahun.

    Perhatikan beberapa kondisi anak Anda sebelum memberikan imunisasi. Jika anak Anda mengalami sakit parah pada saat tiba jadwal imunisasi, maka sebaiknya Anda tunggu hingga keadaan anak membaik. Jangan berikan imunisasi selanjutnya jika anak Anda memiliki kondisi seperti:

    Setelah 7 hari mendapatkan suntikan, anak mengalami gangguan pada sistem saraf atau otak.
    Muncul alergi yang cukup mengancam nyawa setelah anak mendapatkan imunisasi.
    Segera periksakan ke dokter bila setelah imunisasi, anak Anda mengalami:

    Demam di atas 40 derajat Celcius
    Anak tidak berhenti menangis setidaknya selama 3 jam
    Anak mengalami kejang atau pingsan.
    Jika ditemukan bahwa anak Anda menunjukkan reaksi yang buruk terhadap vaksin pertusis, biasanya dokter akan memberikan imunisasi TD dan menghentikan pemberian imunisasi DPT.

    Efek Samping DPT
    Efek samping dari imunisasi DPT yang dapat muncul antara lain:

    Demam ringan
    Bengkak pada bagian suntikan
    Kulit pada bagian suntikan menjadi merah dan sakit
    Anak terlihat lelah
    Anak menjadi rewel
    Efek samping tersebut biasanya akan terjadi pada satu hingga tiga hari setelah pemberian vaksin. Sebaiknya gunakan ibuprofen atau acetaminophen (parasetamol) untuk meredakan demam anak Anda. Hindari obat yang mengandung aspirin karena pada sebagian kasus menyebabkan gangguan kesehatan yang bisa mengancam nyawa anak, yaitu kerusakan hati dan otak. Walau sangat jarang terjadi, pemberian vaksinasi DPT dapat menimbulkan kejang, koma, dan kerusakan otak.

    Dengan memberikan imunisasi yang lengkap pada anak maka Anda telah memberikan perlindungan kepada anak dari beberapa penyakit berbahaya. Ingat baik-baik kapan jadwal imunisasi anak Anda dan konsultasikan kepada dokter jika anak Anda menunjukkan gejala-gejala yang mengkhawatirkan setelah pemberian imunisasi.

  4. Rekam medis harus segera di teliti kembali agar kejadian serupa tdk terulang kembali. Jangan ada atalia yg lain akobat dar valsin difterii yang di duga vaksin untuk orang dewasa terang ketua LSM di atas. Medis dan para media adalah tenaga handal garda kesehatan number one untuk bangsa ini. Jika kejadian yg sama terulang, apakah ini peristiwa biasa..?.. Atau peristiwa luar biasa..?
    Jika benar adanya fakta di atas.. Mentri kesehatan dan presiden RI harus tahu dan mendengarnya
    Bagi yg di tinggalka, Atila adalah jamiman surga bagi orang tuanya… Percayalah.. Allah selalu adil dan maha bijaksana.. (boody)

  5. Tidak ada puskesmas ketapang, yang ada puskesmas klatak. Di ketapang, hanya pustu (pembantu dari puskesmas klatak) induknya tetap di ketapang. Jadi wajar kalau vaksinnya dari puskesmas klatak.

  6. Mohon maaf sebelumnya
    sudahkah info ini valid atau hanya sekedar asumsi saja mengenai penyebab meninggalnya beliau??
    Semoga dek Athalla menjadi tabungan bagi keluarga yang ditinggalkan
    semoga meninggalnya juga bisa clear

    pertanyaan saya
    1. vaksin hanya diberikan ke satu anak atau ada anak lain yang menerima juga???
    2. sudahkah konfirmasi ke ahli kesehatan mengenai hal ini??
    3. bukan hanya bidan yang harus memeriksa sebelum memberikan vaksin, tapi harusnya orang tua yang membawa anak untuk divaksinasi mengetahui kondisi anaknya dan memberikan info jika memang anak sedang tidak sehat. jadi gimana nih sudahkah orang tua menyampaikan???
    4. jangan sampai menjadi fitnah menjadi orang lain dan menimbun penyakit hati yang tak perlu. semoga segera menemukan kejelasan dan diberi keikhlasan.

    setahu saya memang kalau suntik difteri ada efek anak demam.
    thats why kalo mau vaksin anak harus dalam kondisi fit

  7. Saya bidan, saya tidak mengimunisasi anak saya. Alhamdulillah anak saya sehat. Pernah teman saya ikut sosialisasi imunisasi di hotel bintang 5, tidak ada yg dapat menjelaskan asal usul vaksin itu.

    1. Nah ini sumber wabah difteri.. orang seperti anda yang membuat serentak dilaksanakan vaksin ulang untuk difteri karena difteri mewabah lagi..
      Padahal anda orang kesehatan, seharusnya mengerti fungsinya, bahkan harusnya anda mensosialisasikan agar anak lain diimunisasi..
      semoga anak anda tidak menjadi sumber penularan untuk orang lain..
      Ingat kesehatan yang mengatur tetap tuhan, kita cuma bisa berusaha dan berikhtiar, salah satunya dengan vaksin..

  8. Komen buat mam baim.yg paling mengenal anak adalah ibunya.dan setiap ibu punya cara masing masing dalam merawat.sy memilih agar anak sy tidak divaksin.mulai sebelum hamil sampai skrg.sy rutin ikut bekam dan sengat lebah.anak sy jg ikut sengat lebah.melahirkan dg gentlebirth tnp bantuan obat2an bahkan infus.anak ditahnik juga.setelah itu anak di lotusbirt sampai 3hari.sy berupaya menjaga pola hidup keluarga.mulai makanan hingga gaya hidup.sy punya prinsip.semakin manusia dekat dan menghrgai alam.insyaalloh hidupnya dirawat oleh alam.memang saat anak lain sakit flu dkk anak sy kadang ketularan.tp alhamdulillah jarang.kalaupun ketularan cepat sembuhnya.sy pun nabung obat tiap hari dg minum jamu buatan sendiri.jadi ASI adalah obat terbaik untuk anak sy.sakit adalah pakaian org hidup.tergantung masing2 org menyikapinya.apakah sy menolak medis?g juga.hanya kalau masih ada obat alami dan disunnahkan yg bs dipilih sy akan pilih itu.mari belajar?

  9. semua bebas brpendapat…yg jls atalla meninggal satu minggu stelah disuntik difteri..3 hari stelah disuntik ibu atalla membawa ke bidan ybs..dan menurut bidan tdk apa2..tapi faktanx 2 hari kemudian atalla meninggal..sebab meninggalnx apa kita semua tdk tau.sekedar pembelajaran buat kita smua agar masyarakat tau dan tdk ada korban atalla berikutnx.kita tdk ada mksd menyalahkan siapapun.wallahu a’lam

  10. Jika memang tidak setuju dengan imunisasi
    Tolong dicari dulu kepastiannya vaksin itu seperti apa dan apa saja yang terkait dengan vaksin semuanya dicari infonya
    Jangan sampai argumen pribadi, data dr sosmed yg belum jelas sumbernya malah menjadi referensi untuk mengajak orang lain menjadi antivaksin.
    Kalo seandainya ada orang yg sebelumnya tidak antivaksin mendengar pendapat dr orang yg anti vaksin dan lalu anaknya kebetulan terkena penyakit apa si antivaksin mau menanggung biayanya selama sakit?
    Atau hanya mengandalkan kata** ” ini sudah takdir”?

  11. Semua mahkluk diberikan kekebalan dg taraf masing”. Dan yang jelas juga.. Kehidupan pada era anda kecil dan era sekarang berbeda. Dulu lingkungan masih terkendali. Polusi tanah, udara tak terlalu. Sedangkan sekarang polusi sangat buruk sehingga penularan penyakit sangat mudah. Anda tau tidak mengapa difteri sekarang digalakkan imunisasi padahal sudah lama penyakit ini tidak muncul. Ya karena imunisasi tidak dilakukan. Lalu ada yang terdiagnosis dg penyakit ini dan menyebar ke manusia satu dg manusia yg lain. Lalu dg cara apalagi tenaga kesehatan melakukan pencegahan kecuali dg menekan pertumbuhan virus/bakteri kecuali dg imunisasi.

Tinggalkan Balasan ke Leo Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button