NTT

Dansatgas Pamtas RI-RDTL Sektor Timur: Rakyat Adalah Ibu Kandung TNI

ATAMBUA, NTT, BN – Anggota Satgas pamtas RI-RDTL sektor timur Yonif Raider 408/SBH turut larut dan berbaur di masyarakat dalam acara ritual adat pembangunan rumah adat di wilayah perbatasan di dusun Adu bidin desa Silawan Kecamatan Tastim Belu NTT, Senin, (13/1/2019).

Anggota TNI yang melaksanakan tugas di daerah perbatasan dengan menjaga kedaulatan wilayah darat NKRI yang merupakan tugas pokok yang diembankan Satgas Pamtas RI-RDTL Yonif Raider 408/Sbh Pos Silawan selalu bersinergi dengan masyarakat melalui pendekatan-pendekatan melalui adat maupun secara kultur budaya. Anggota satgas selalu aktif dan berbaur bersama masyarakat dalam berbagai acara sosial maupun ritual adat.

Dansatgas Yonif Raider 408/Sbh, Myr. Inf. Joni Eko Prasetyo, S.I.P mengatakan selain menjaga Patok Di daerah perbatasan RI-RDTL dalam menjaga keutuhan NKRI, TNI juga harus selalu mendekatkan diri dengan Rakyat, karena Rakyat adalah Ibu Kandung TNI. “Rakyat itu adalah ibu kandung TNI, karena itu TNI dan rakyat harus menjadi satu tubuh dalam membangun wilayah perbatasan ini dengan bergandengan tangan, bahu membahu dalam mewujudkan masyarakat yang adil dan makmur dalam berbagai bidang melalui progam TNI,” ungkap Joni Eko Prastyo kepada media ini,senin,13/1/2018.

Sementara DPP Koptu Fauzi bersama dua orang anggotanya yang turut hadir dalam acara ritual pembangunan rumah adat tersebut mengatakan kegiatan pelaksanaan ritual adat pembangunan rumah adat di wilayah perbatasan pihak TNI mendukung sepenuhnya karena kegiatan seperti ini harus dilestarikan dan dikembangkan. ā€œKami sangat senang bisa menghadiri acara pembangunan rumah adat ini. Kegiatan seperti ini sangat baik, selain bisa berinteraksi langsung dengan masyarakat, kita juga dapat berbagi cerita tentang bagaimana cara pembangunan rumah adat masyrakat di Daerah Perbatasan,”.ujar Koptu Fauzi.

Salah satu anggota keluarga pembangunan rumah adat, Yosep Rizes saat dihubungi awak media, Senin, (13/1/2019). “Pembangunan rumah adat memang susah karena harus mengumpulkan banyak keluarga dari semua suku untuk dimusyawarakan secara bersama-sama. Kemudian dalam misyawarah itu sudah ada kesepakatan maka keluarga dari anggota suku akan mendapat beban berupa babi, beras, uang, siri pinang, sopi, dan kebutuhan lainnya serta mengumpulkan uang logam jaman dulu yang pernah digunakan oleh para leluhur yang dijadikan sebagai benda pemali dalam rumah adat yang dipercayai turunannya hingga saat ini” Ujar Yosep Rizes.(anis ikun/Jati).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button