JATENG

Ketua Sekber IPJT (Insan Pers Jawa Tengah) Panglima Kerajaan Galuh Pajajaran

YM Raden Ir. Haji Asmara Hidayatuloh, MpLs, Ketua Umum Kaluhuran Galuh Padjajaran (penumpang kereta kencana putih).

JATENG, BN – Kabupaten Demak 11 maret 2019, Kearifan Budaya lokal masyarakat Demak menyuguhkan kegembiraan dengan kehadiran para Raja, Ratu, Sultan dan pemangku adat se Nuswantoro dalam acara gelar budaya keraton Glagah Wangi Demak.

Tepat pada hari dan bulan sakral dimana tanggal 11 maret memiliki Hirostikel Perjuangan anak Bangsa dalam menegakkan kemerdekaan dari Kolonial dan imprialisme Belanda di Jogyakarta dan beberapa kejadian sejarah didaerah Nusantara, dengan semangat tanggal 11 maret pelimpahan perjuangan dari masa orde lama ke orde baru atau generasi lama ke generasi baru, bahkan pada waktu yang sama juga ditanda tangani Surat Sebelas Maret atau Super Semar di era generasi Melenia, “Super Semar akan menjadi Semar Super” menurut Ratu Galuh Pajajaran ditemui awak media.

 

Para Raja, Ratu, Sultan dan pemangku adat se-Nuswantoro dalam acara gelar budaya keraton Glagah Wangi Demak.

Antusias masyarakat kabupaten Demak yang memenuhi sepanjang jalan Pantura utara lama membuktikan kegembiraanya bahkan mengingatkan kembali masa kejayaan kerajaan Mataram masa lalu, kehadiran Ratu Galuh beserta Kaluhuran Galuh Pakuan Pajajaran dikawal Panglima Pajajaran bermahkota menggunakan kereta kencana serba putih berikut kuda putihnya menambah semarak kegembiraan Kejayaan Nusantara.

Di sela perjalanan kirab awak media mewawancarai penumpang kereta kencana putih yang juga mengenakan baju adat serba putih yang tak lain Pimpinan Kaluhuran “Galuh Pakuan Pajajaran,” menerangkan bahwa memaknai arti simbol serba putih yang beliau kenakan adalah simbol kasih sayang abadi sebagai dasar kesadaran dan kepedulian kita untuk mengelola dan melestarikan warisan budaya (Heritage) ditanah Nusantara, dimana masyarakat Demak menunjukan peningkatan yang siknifikan seiring perhatian dan upaya Bangsa disetiap lapisan masyarakat dan Pemerintah dalam melindungi warisan budaya Nusantara dari berbagai macam pengaruh globalisasi yang bersifat Negasi dan Destruktif.

Terlebih lagi dengan terpenggalnya informasi sejarah Bangsa sehingga peninggalan Pusaka dalam bentuk simbolik yang merupakan warisan para Leluhur kita telah hilang dan hanya memberikan kisah cerita belaka bahwa konon peradapan suatu wilayah kita pernah mengalami Kemasyhuran dan Kejayaan.

Mengasah sejarah dan pelurusanya dalam suatu cara penggalian dan pencarian untuk menyalakan lilin pelita sebagai kehidupan yang patut dengan bijak dikumandangkan YM.Sri Sultan Suryo Alam Kasultanan Dhimak dan pengukuhan Tomy Suharto sebagai “Sri Baduga Sultan Buana Alam” raja Demak kekinian, sehingga bisa mengubah peradaban dari generasi lama ke generasi baru ( to be contieu next generation), sehingga akan memberikan makna (hakekat) bahwa dari sisi dimana sejarah ini hanyalah (torekat) kehidupan kita kedepan untuk mengulang sejarah (sarek’at) Kemasyhuran dan Kejayaan berbangsa dan bernegara akan berubah dengan cara Memberdayakan ASSET sebagai Harta peninggalan para Leluhur, beliau menjelaskan.

*Dikutip dari nara sumber: YM Raden Ir. Haji Asmara Hidayatuloh, MpLs, Ketua Umum Kaluhuran Galuh Padjajaran (penumpang kereta kencana putih). (AR)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button