ACEH

Polres Gayo Lues Akan Usut Terlantarnya 9 Santri di Masjid Musara Gayo Bandung Jawa Barat

GAYO LUES, ACEH, BN- Pengiriman 21 santri asal Gayo Lues ke Tanah Jawa untuk belajar menjadi penghafal Al-Qur’an (Hafidz) menyisakan kabar tak sedap. Pasalnya ada 9 santri dari 14 santri laki-laki yang dikeluarkan dari Sekolah Dasar Islam Tepadu (SDIT) milik Yayasan Fajar Hidayah Cirebon kini terlantar di Masjid Musara Gayo Bandung Jawa Barat.

Menanggapi kasus ini, Polres Gayo Lues akan mengusut kasus terlantarnya 9 santri asal Gayo Lues di Masjid Musara Gayo Bandung Jawa Barat ini.

“Kami akan melakukan kordinasi ke pihak Yayasan Fajar Hidayah selaku pihak yang menempatkan santri belajar,” kata Kapolres Gayo Lues Eka Suratman melalui Kasat Reskrim Iptu Abdul Hamid SH.

Sementara, pihak wali murid mengaku kecewa terhadap panitia dan Yayasan Fajar Hidayah selaku pihak yang menempatkan para santri belajar menjadi Hafidz.

Menurutnya, jika memang kelakuan santri tidak layak untuk dikirim, kenapa saat penyaringan santri sebelum keberangkatan tidak dipilah mana yang layak atau tidak. Padahal sebelum keberangkatan sudah dilakukan bimbingan kepada santri yang akan di kirim.

Pihak wali murid kecewa dan sesalkan pihak pengiriman santri karena pengiriman tidak sesuai dengan yang disepakati sebelum keberangkatan.

“Kalau masalah ini belum selesai, kami akan mengadu ini ke DPR dan jika tidak ada titik temu juga maka akan berlanjut ke ranah hukum,” ungkap wali murid yang meminta namanya dirahasiakan.

Harapan wali murid, anak ditempatkan sesuai yang dijanjikan, dan apabila anak ini dilepas tangan yang seperti apa?. Apakah pihak pengirim akan mencari tempat lain ataukah wali murid yang mencari sendiri?.

Menurut wali murid, karena saat ini santri yang sudah keluar dari Fajar Hidayah Cirebon sudah tidak bersekolah, dan kemungkinan akan menganggur sekolah selama setahun.

Wali Murid meminta kepada Pemerintah Daerah Gayo Lues untuk mengkomunikasikan dengan Pemda Jawa Barat untuk meminta bantuan untuk mengkondisikan santri yang terlantar sekolahnya ini.

Seperti diketahui panitia mengirimkan 21 santri asal Gayo Lues untuk belajar menjadi Hafidz, 14 santri laki dan 7 santri perempuan pada tanggal 22 Juli 2019 pagi dari Bandara Kualanamu menuju Bandara Soekarno Hatta.

Sampai di Bandara Soekarno Hatta pihak Yayasan Fajar Hidayah Pusat menanyakan kepada pihak panitia pengirim apakah santri laki-laki dan perempuan digabungkan di Fajar Hidayah Pusat ataukah dipisahkan. Karena Fajar Hidayah Baru membuka cabang di Cirebon.

Tapi pihak panitia pengirim meminta untuk pisahkan santri laki-laki dan perempuan, yang laki-laki ditempatkan di Cirebon sedangkan perempuan ditempatkan di Fajar Hidayah Cibubur. Diduga santri laki-laki yang ditempatkan di Cirebon dijadikan sebagai percontohan, karena disana hanya mereka santri pertama di sekolah itu.

Tujuan para santri ini untuk belajar di Sekolah Pesantren Hafidz , Tingkat SMA. Tetapi Yayasan Fajar Hidayah menempatkan 14 santri laki-laki di Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) Cirebon.

Di SDIT ini para santri tidak belajar seperti layaknya anak sekolah atau pesantren lainnya maklum saja karena mereka para santri sudah menjadi siswa SLTA.

“Ustadz pernah mempertanyakan kepada santri apa tujuan kalian kemari,” tutur salah salah satu wali murid menirukan keterangan anaknya.

“Kami kemari mau belajar du pesantren yang ada Hafidznya,” jawabnya.

“Kalau begitu kalian salah kirim,” jawab Ustadz.

Di SDIT, untuk menghibur anak-anak agar tidak jenuh tinggal di sekolah tersebut, mereka diberi materi menggambar huruf di tulis di kartun layak anak sekolah TK dan SD padahal mereka sudah jenjang SLTA.

Para santri minta dipindahkan ke pusat atau ke tempat lain yang lebih aktif belajar dan mengajar sebab tuntutan santri berangkat ke Pulau Jawa tidak lain hanya mau menuntut ilmu dunia akhirat, akan tetapi tidak sesuai dengan apa yang di harapkan. Sekolah Dasar Islam Terpadu (SDIT) ini, dianggap bukan sekolah mereka.

Santri minta wali murid masing – masing, agar dipindah. Lalu wali murid mencoba mengusulkan baik secara bersama maupun perorangan kepada panitia, namun tidak membawakan hasil.

Panitia Pengiriman hanya mengatakan , sabar dan sabar serta butuh proses, sedangkan santri sudah merasa tidak betah dan tidak nyaman lagi tinggal di sekolah Fajar Hidayah Ceribon tersebut, sebab sudah tidak belajar, makan pun wajib lapor.

Akibatnya, santri jadi memberontak dan komplin dengan para ustadz-nya karena mau berhubungan dengan orang tua pun sudah tidak bisa lagi karena Handphone (HP) mereka sudah disita.

Dengan rasa kesal, salah satu santri membobol ruangan ustadz tempat penyimpanan HP lalu menghubungi orang tua. Karena kasus ini 9 santri kena usir dari SDIT.

Sembilan anak yang di usir itu kini berada Masjid Musara Gayo Bandung Jawa Barat. (dir)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button