JABARUncategorized

Jabar Pecahkan 5 Rekor MURI Pada Pekan Kebudayaan Daerah di Cibuluh Subang

SUBANG, JABAR BN – Sebanyak 1000 anakĀ  usia sekolah dasar perwakilan dari SD yang ada di wilayah Desa Cibuluh tampak antusias berkumpul di tengah lapangan Parung Jaya Desa Cibuluh Kecamatan Tanjung Siang, Senin (7/10/2019).

Kendati diterpa panasnya siang hari tetapi tidak menyurutkan semangatnya yang sudah sejak pagi hari berada di lapangan.

Ke 1000 anak itu berhasil memecahkan Rekor Museum Rekor Dunia Indonesia (MURI) dalam pementasan Kolecer, Maen Lempar Sarung dan Tari Budaya Sunda dengan judul Trang Trang Kolentrang pada Pekan Kebudayaan Daerah (PKD) JawaĀ  Barat 2019 yang digelar Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jabar bersama Pemda Subang.

Dengan mengusung tema, Riksa Budaya Tematik Olahraga Tradisional dan Permainan Rakyat, acara yang dilaksanakan pada PKD bukan hanya memecahkan 5 rekor MURI tetapi juga menampilkan Rintisan Desa Wisata Permainan Rakyat, Pentas Seni Budaya Lokal, Lomba Olahraga Tradisional dan Permainan Rakyat, Pameran Instalasi Seni Perupa Indonesia.

Sementara PKD sendiri merupakan event yang digelar Jabar dalam menghadapi Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) yang akan rencananya akan dilangsungkan pada tanggal 7 – 13 Oktober 2019.

Dikatakan Gubernur Jawa Barat, M. Ridwan Kamil perhelatan PKD adalah bagian dari melestarikan warisan budaya leluhur. Sebab dirinya merasa ironis karena dengan perkembangan zaman, anak-anak mulai anteng dengan gadgetnya tanpa merisaukan lingkungan sekitar.

“Dengan zaman serba digital kita bisa lihat anak-anak kiwari hanya bermain dengan dua jempolnya dan lebih anteng ke handphone-nya. Maka itu, hari ini kita galakkan tarian rakyat dan permainan tradisional yang mengandung unsur edukasi, motorik danĀ  kepekaan sosial,” ujarnya usai acara kepada wartawan.

Ditegaskan Emil sapaan akrab gubernur, PKD bukan hanya berhasrat menyabet rekor MURI tetapi lebih dari itu ingin mengenalkan lebih jauh kepada generasi muda milenial tentang warisan kebudayaan tradisional yang patut dilestarikan. Sebab sambungnya di Jabar warisan permainan anak ada sebanyak 300 permainan tradisional yang harus diperhatikan, termasuk mendukung pelestariannya serta desa rintisan wisata.

“Kita punya program Masagi, kebudayaan kita perkenalkan kebudayaan lokal tanpa ada doktrin tetapi melalui permainan anak,” terangnya.

Pada kesempatan itu tampak hadir Ketua Dekranasda, Atalia Kamil, anggota DPRD Jabar, Buckiy Wikagoe, Bupati Subang, M. Ruhimat, Sekretaris Disparbud Jabar, Andreas Wijanto serta undangan dan tokoh masyarakat lainnya.

Acara PKDĀ  sendiri dimeriahkan dengan penampilan seni dari Rita Tila, Bungsu Bandung, Nuki Darso, Nunung Nurmalasari, Mukti Mukti dan penampilan seni tradisional antaranya Calung, Penca Silat, Gembyung dan Angklung Buncis.

Sebelumnya Kadisparbud Prov Jabar, Dedi Taufik, yang didampingi Kabid Kebudayaan, Febiyani dalam siaran persnya menyampaikan rangkaian event PKD di antaranya pemecahan 5 rekor sekaligus oleh 1000 siswa SD, seperti rekor menari permainan tradisional dan memainkan kolecer.

“Melalui event ini digagas pula rintisan desa wisata tematik yaitu desa wisata olahraga tradisional dan permainan rakyat. Disparbud Jabar juga akan menggelar dialog mengenai perkembangan olahraga tradisional dan permainan rakyat di Jabar,” tambahnya.

Bahkan, event ini digelar dengan tujuan untuk menumbuhkan kembali kesadaran masyarakat akan nilai budaya dan kearifan lokal. Sebab lanjutnya olahraga tradisional dan permainan rakyat merupakan dua unsur dari 10 objek pemajuan kebudayaan yang diamanatkan oleh UU No. 5 tahun 2017 tentang Pemajuan Kebudayaan yang menjadi tanggung jawab pemerintah melalui program perlindungan pengembangan pemanfaatan dan pembinaan.

Dedi Taufik menambahkan bahwa melalui gerakan budaya ini, maka Jabar optimis dengan kenaikan indeks pemajuan kebudayaan yang pada akhirnya akan meningkatkan pula jumlah atraksi di destinasi wisata, sehingga dapat meningkatkan daya tarik pariwisata yang berujung peningkatan pertumbuhan ekonomian masyarakat Jabar secara keseluruhan.

Pekan Kebudayaan Nasional 2019

Direktorat Jenderal Kebudayaan, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan, akan menyelenggarakan Pekan Kebudayaan Nasional (PKN) dalam waktu dekat.

Menurut rencana, acara yang ditujukan untuk memajukan kebudayaan Indonesia itu akan digelar 7-13 Oktober 2019 di Istora Senayan dan Parkir Selatan, Kompleks Gelora Bung Karno, Jakarta.

Konsep PKN nantiya tidak berbeda jauh dari Pekan Olahraga Nasional (PON). Penyelenggaraan akan dimulai dari tahap tingkat desa, kecamatan, kabupaten/kota, hingga provinsi.

Melalui skema ini diharapkan dapat memberi dampak luas dan menciptakan ruang interaksi dan ekosistem kebudayaan yang baik di masyarakat.

Dalam keterangan resmi Ditjen Kebudayaan Kemendikbud tersebut ada 5 agenda diantaranya

1. Kompetisi Daerah yang merupakan kompetisi seni khas dari setiap provinsi di Indonesia.

2. Kompetisi Nasional. Ini merupakan kompetisi permainan tradisional yang dilaksanakan secara berjenjang, dari desa hingga ibu kota.

3. Konferensi Pemajuan Kebudayaan berupa ruang pencerahan publik yang bertujuan untuk mempersiapkan perencanaan pembangunan berbasis kebudayaan.

4. Ekshibisi Kebudayaan yang merupakan pameran artefak-artefak kebudayaan, purwarupa teknologi pemajuan kebudayaan hasil inovasi dari Kemah Budaya Kaum Muda, serta karya-karya unggulan dari kementerian/lembaga dan pemerintah daerah.

5. Pergelaran Karya Budaya Bangsa. Ini merupakan pertunjukan seni dan pawai dengan tema parade digdaya Nusantara yang menggalang partisipasi dari pelaku budaya se-Indonesia. Pergelaran seni yang akan ditampilkan meliputi defile tarian tradisional, koreografi bela diri, dan rampak perkusi Nusantara.

Selain itu, ada juga pameran yang diikuti oleh para penyandang disabilitas. Mereka tidak hanya penyandang disabilitas fisik, tetapi juga untuk penyandang dengan disabilitas mental serta neurodisabilitas.

PKN merupakan wujud implementasi dari salah satu agenda strategi pemajuan kebudayaan yang telah disepakati dalam Kongres Kebudayaan Indonesia 2018, yaitu menyediakan ruang bagi keberagaman ekspresi budaya, serta mendorong interaksi budaya guna memperkuat kebudayaan yang inklusif. (Ihsan)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button