NTT

Kadis Pariwisata NTT Resmikan Museum Foho Rai Pertama Di Perbatasan RI-RDTL

ATAMBUA, NTT, BN-Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur,Wayan Darmawan meresmikan Museum Fohorai pertama Belu perbatasan RI-RDTL yang ditandai dengan pengguntingan pita, di Kampung Adat Matabesi Kelurahan Umanen Kecamatan Atambua Barat Kabupaten Belu NTT, Selasa, 12/11/2019 siang.

Museum Foho Rai pertama yang berada di perbatasan RI-RDTL ini merupakan sebuah museum rintisan sekelompok anak muda milineal pecinta dan pengembangan budaya di Kabupaten Belu yang tergabung dalam satu wadah yang bernama Komunitas Foho Rai. Museum ini menjadi sebuah inisiatif Komunitas Foho Rai yang merupakan pecinta seni dan budaya yang berkeinginan kuat untuk mengoleksi, mengumpulkan dan memamerkan, serta melestarikan kekayaan budaya yang ada di Kabupaten Belu NTT.

Pengresmian Museum Komunitas Foho Rai Belu ini dilakukan untuk memperkenalkan kepada dunia dan kepada generasi penerus bangsa tentang berbagai macam barang peninggalan bersejarah.

Dalam sambutan Gubernur Nusa Tenggara Timur yang dibacakan oleh Kepala Dinas Pariwisata Provinsi Nusa Tenggara Timur, Wayan Darmawan menyampaikan apresiasi atas apa yang dilakukan Komunitas Foho Rai ini untuk membangun sebuah museum budaya dan ini merupakan museum budaya pertama yang ada di Kabupaten Belu perbatasan RI-RDTL dan masih dalam balutan semangat Hari Pahlawan ke-74.

“Kita menjadi pahlawan-pahlawan masa kini yang terus berjuang untuk membangun bangsa dan negara,”.tuturnya.

Sementara,Kepala Museum Nasional Kemendikbud Jakarta, Siswanto mengatakan dengan diresmikan Museum Foho Rai ini, kami dari Museum Nasional Jakarta sangat mengapresiasi berdirinya Museum Foho Rai ini, tidak hanya Pemerintah sekarang seluruh elemen masyarakat, adat, serta komunitas–komunitas yang sudah bersatu padu untuk mendirikan museum, supaya lebih berkembang.

“Cara perolehan koleksi-koleksi benda-benda bersejarah juga unik karena masyarakat langsung sumbangkan, tidak ada paksaan dari siapapun dan semua perolehan koleksi didapatkan atas kesadaran masyarakat untuk melestarikan.

“Yang terpenting agar adat dan budaya kita tetap terjaga dan tidak musnah ditelan waktu, sehingga dapat dikenal oleh generasi-generasi kita yang akan datang,” ujarnya.

Selanjutnya, Plt Kadis Pariwisata Kabupaten Belu,Johanes Andes Prihatin, SE,M.Si mengatakan kami dari Pemerintah Kabupaten Belu sangat mengapresiasi terhadap aktivitas dan kepedulian komunitas untuk membangun, memperhatikan dan memelihara akar budaya, bahkan sampai saat ini keasliannya masih tetap terjaga. Sebagai salah satu tugas pokok Dinas Pariwisata ada tiga hal yakni usaha mendatangkan orang kesuatu tempat, menahan orang selama mungkin dan pulang membawa sesuatu dari tempat yang dikunjungi.

“Tugas kami dari Dinas Pariwisata dengan dukungan pemerintah Provinsi dalam hal ini dinas pariwisata membantu menghadirkan wisatawan sebanyak mungkin di Kabupaten Belu perbatasan RI-RDTL dengan daya tarik destinasi budaya kampung adat matabesi ini,”. Tandasnya.

Acara ini dihadiri oleh Perwakilan Kementerian Pendidikan dan kebudayaan RI, Koordinator Pusat Indonesiana Kementerian Kebudayaan RI, Kepala Museum Nasional Kemendikbud Jakarta, Pejabat Perwakilan Gubernur NTT, Kepala Dinas Pariwisata Provinsi NTT, Plt Kadis Pariwisata Kabupaten Belu yang juga Kepala Dinas Kominfo Kabupaten Belu, Indonesiana, Asosiasi Museum Indonesia (AMI), Kepala Beacukai Atambua, Ketua Dekranasda Kabupaten Belu, Komunitas Pecinta Sejarah Timor dan masyarakat kampung Adat Matabesi. (anis ikun).

Related Articles

Back to top button