SUMSEL

Muktamar Ke I Himpunan Majelis Taqlim Indonesia (HMTI) Berjalan Lancar

Palembang (BN) Himpunan Majelis Taqlim indonesia terbentuk dan dikabarkan sebentar lagi akan turun izin dari kementrian Hukum dan HAM dan akan berpusat di Provinsi Sumatera selatan. Hal  tersebut disampaikan langsung oleh ketua Dewan Pertimbangan H.Hidayat Comsu. Sabtu(14/12)

Comsu mengatakan bahwa semua berkas persyaratan telah di ajukan ke Kemenkumham. “ semua berkas persyaratan sudah disampaikan ke Kemenkumham dan isnya Allah dalam waktu dekat akan segera turun,” kata H.Comsu.

H.Comsu menambahkan bahwa tujuan dari pada HMTI (Himpunan Majelis Taqlim Indonesia) adalah untuk mempersatukan Misi dan Visi Kerukunan Umat Islam dalam menjalankan Siar Islam di Indonesia, Yg mana sekarang telah marak di media sosial isu tentang Radikallisme.

“ issu Radikalisme  telah merambah ke berbagai Perkumpulan   Oleh karna itu Kami merasa perlu untk membuat suatu wadah  dalam menyatukan semua Perkumpulan Majelis Taqlim Se Indonesia,” Jelas H. Comsu.

Majelis Taklim dikenal sebagai lembaga dakwah di Indonesia yang berkembang pesat sejak tahun 70-an, dan pertumbuhannya masih berlangsung hingga saat ini. Sebagai institusi dakwah dan pembinan umat, Majelis Taklim berfungsi sebagai wadah untuk menyampaikan pesan keagamaan, tukar menukar pikiran dan berbagi pengalaman dalam masalah keagamaan, membangun keakraban sesame jamaah dan sebagai wadah informasi dan kajian keagamaan serta kerjasama di kalangan umat.

Lembaga ini dibangun oleh para kyai dan ustadz serta para tokoh masyarakat lainnya, baik di kampung-kampung maupun kota besar. Bahkan belakangan, majelis taklim juga berperan dalam pembinaan keluarga, pemberdayaan ekonomi umat, pengembangan lingkungan yang sehat dan bersih, penguatan keluarga sakinah, dan sebagainya.

H.Comsu mengatakan keberadaan majelis taklim yang terorganisir dalam HMTI hendaknya dapat menjadi pemersatu umat. Dengan begitu, masyarakat tak terpecah dengan adanya berbagai perbedaan pandangan furu dan terpapar radikalisme’.

“Bagi masyarakat majelis taklim digunakan untuk silaturahim dan interaksi sosial, tentunya selain kegiatan utamanya adalah belajar,” ujar H. Comsu.

Menurut, H. Comsu, majelis taklim pada dasarnya lahir dari perpaduan kreasi masyarakat, kebudayaan lokal, sekaligus menjadi sarana belajar ilmu agama. Di mata masyarakat, keberadaan majelis taklim identik dengan pengajian agama nonformal.

Di majelis taklim tak ada kurikulum yang baku. Pembelajaran dapat dikembangkan sesuai dengan kebutuhan masyarakat yang tergabung di majelis tersebut. Oleh karena itu, banyak majelis taklim tumbuh dengan mengusung tema tertentu, misalnya tafsir, fikih, dan akhlak.

Keberadaan majelis taklim saat ini sudah menjadi kebutuhan bagi masyarakat, khususnya di daerah perkotaan. Ada peningkatan kesadaran masyarakat yang tinggi terhadap ilmu agama, termasuk dalam pengamalan. Pada kalangan ini tumbuh kesadaran bahwa ada bagian-bagian yang belum sempat mereka dalami. Majelis taklim menjadi bagian dalam memenuhi kebutuhan ini.

Majelis taklim yang berkembang baru-baru ini tak hanya bicara ilmu agama secara saja. Menurut H. Comsu, “ pengajian yang ada acapkali menggabungkan ilmu agama dan kajian serta pemaknaan dari perspekti sains dan ilmiah. Di masa mendatang, majelis taklim diharapkan dapat menjawab kebutuhan masyarakat sesuai dengan zaman keterbukaan” Jelasnya.

Pengelolaan majelis taklim yang terus menunjukkan perkembangan tak lepas dari kendala. H. Comsu mengatakan, tak semua guru yang mengisi majelis taklim memiliki ilmu agama yang mumpuni.”Karena di Indonesia siapapun bisa jadi guru asal mau dan ada yang mau belajar (kepada)nya,” ucapnya.

Kualifikasi guru yang tak berstandar berisiko menimbulkan paham yang salah dan menyimpang. Oleh karena itu, kata H. Comsu, masyarakat perlu lebih selektif dalam mengundang guru yang akan mengisi majelis taklim. Guru hendaknya mumpuni secara agama dan dapat menjadi teladan dalam kehidupan. “Selain itu, perlu ditetapkan kualifikasi guru mengaji di majelis taklim yang dapat diukur dalam bentuk skala,” kata H. Comsu.

Kualitas intelektual masyarakat Indonesia yang terus membaik juga menuntut majelis taklim untuk senantiasa meningkatkan kualitas kurikulum. Kurikulum yang ada hendaknya selalu disempurnakan, sesuai dengan perkembangan zaman. Kurikulum itu juga harus disesuaikan dengan tingkat pengetahuan masyarakat yang mengaji.

Sementara Itu Menurut Kiai Amin Pengasuh Pondok Pesantren Ma arif , HMTI perlu memaksimalkan peran sebagai badan koordinasi antarmajelis taklim. Lembaga ini perlu memperluas jangkauan majelis taklum dan memotori integrasi dakwah antara ucapan dan tindakan (qaul wal hal).

Selain mengkoordinasi penyelenggaraan majelis taklim di bidang keagamaan, perlu ada upaya untuk melakukan dakwah dengan tindakan nyata. Kiai Amin menyarankan pemberdayaan ekonomi dan kepedulian sosial dapat menjadi salah satu contoh wujud nyata dakwah HMTI di masa mendatang.

Dengan begitu, ajaran yang disampaikan di majelis taklim dapat dirasakan langsung oleh para anggota. “Dengan langkah ini, HMTI diharapkan menjadi lokomotif untuk membangun umat melalui kegiatan majelis taklim,” papar dia.

Salah seorang ustad Kota Palembang Ustad Basori mengatakan, kehadiran HMTI mempunyai makna sangat besar bagi perkembangan keislaman dan syiar Islam. “Sangat terasakan. Ini sangat diharapkan untuk kepentingan dakwah,” ujar Ustad Basori.

Basori mengatakan, saat ini peran HMTI dalam meningkatkan solidaritas majelis taklim harus berjalan baik. Namun, sejalan dengan pendapat Kiai Amin, HMTI perlu meningkatkan perannya agar lebih bermakna bagi pemberdayaan masyarakat, di bidang ekonomi, kesehatan, pendidikan, dan sebagainya, terutama bagi kaum ibu.

Ustaz Irfan menilai berkurangnya minat masyarakat terhadap kajian di masjid dan rumah-rumah menjadi tantangan tersendiri bagi HMTI. Penyelenggaraan kajian yang monoton dianggap menjadi salah satu penyebab.

Melihat fenomena ini, Ustaz Irfan berharap HMTI kembali berperan untuk meningkatkan penyelenggaraan pengajian di masjid dan rumah-rumah. Adanya peningkatan kesadaran akan kebutuhan ruhani masyarakat hendaknya diimbangi dengan penyelenggaraan kajian yang menarik dan tidak monoton. “Dengan hidupnya majelis taklim, peran masjid sebagai pusat peradaban Islam diharapkan akan dapat ditingkatkan,” tukasnya.(MAS)

Related Articles

Back to top button