LAMPUNG

Sempat Jadi Polemik, Tokoh Adat Sekampung Limo Migo Gelar Cara Memasak Klawar ‎

LAMPUNG TIMUR, BN-Tayangan salah satu stasiun televisi beberapa bulan lalu terkait masakan khas adat Sekampung Limo Migo bernama klawar sempat menimbulkan polemik.

Dalam tayangan tersebut disajikan cara membuat masakan khas adat yang dinilai kurang pas dan menjijikkan karena yang diolah bukan daging sapi, kambing atau daging ayam yang seharusnya melainkan daging binatang malam bernama kelelawar.

Kisruh antara pembawa program dengan tokoh adat tersebut akhirnya dapat diselesaikan dengan kata sepakat setelah ditengahi Pemkab Lampung Timur dengan cara membuat program tayang ulang.

Namun karena program pemkab tidak kunjung datang akhirnya 6 tokoh adat Sekampung Limo Migo sepakat untuk menggelar tayang sendiri dengan cara potong kambing dan ayam sebagai awal proses pmbuatan masakan klawar khas Sekampung Limo Migo.

Selain jajaran pengurus dan warga adat acara itu juga hadir sejumlah kadis dan awak media yang meliput pembuatan masakan khas adat tersebut.

Menurut tokoh adat Hasan Basri, tokoh adat dan warga adat Sekampung Limo Migo berkumpul disini mengajar membuat makanan khas Klawar. Tujuan agar publik tahu dan tidak salah paham soal kuliner khas Sekampung Limo Migo.

Selaku tokoh adat Pangeran Paku Bintang Penggawa Dalem, Hasan Basri meminta pemda untuk kedepan kuliner khas daerah sewaktu menggelar festival karena Lampung Timur kaya ragam kuliner.

Pembuatan kuliner klawar dikediaman Hs Raja Bandar Desa Gunung Pasir Jaya itu dua ekor kambing dan 10 ekor ayam, bawang merah, cabai blimbing wuluh santan kelapa dan pendukung lainnya diracik sedemikian rupa.

Sementara daging kambing dan ayam itu dibakar terlebih dahulu sebulum akhirnya dijadikan satu dengan rempah rempah dan siap dihidangkan khas klawar asli kuliner khas Adat Sekampung Limo Migo.

Lanjut Raja Bandar terkait salah satu stasiun yang tayang ditelevisi masakan yang menggunakan daging kelalawar itu sangat tidak benar.

Selaku masyarakat Adat Sekampung Limo Migo, ia berharap pemerintah daerah bisa turut mengenalkan kepada publik terkait makanan khas adat yang bernama klawar tersebut. (yin).

Related Articles

Back to top button