Mahasiswi Praktikum IKS FISIP USU Berikan Inovasi Pada Peserta Kampung KB Lubuk Pakam
LUBUK PAKAM, SUMUT, BN – Kampung Keluarga Berencana (KB) merupakan program pemerintah yang jitu dalam mengatasi masalah kependudukan. Kehadiran kampung KB bertujuan meningkatkan kualitas hidup masyarakat di tingkat kampung.
Egha Syahfitri (NPM 170902006) yang merupakan Mahasiswi Ilmu Kesejahteraan Sosial (IKS) FISIP USU memilih Kampung KB yang terletak di Desa Sekip, Kecamatan Lubuk Pakam sebagai Lokasi Praktek Kerja Lapangan (PKL).
Desa sekip terpilih menjadi model Kampung KB sejak 2017 karena kriteria Desa Sekip sangat cocok untuk dijadikan model Kampung KB.
Praktikum ini dilakukan di Kampung KB Desa Sekip Lubuk Pakam berlangsung selama 5 minggu.
Menurut penuturan Egha di minggu ke-1 proses assesment, mengadakan sosialisasi bersama peserta Kampung KB.
Minggu ke-2 mengikuti kegiatan BKKBN, yaitu adanya layanan Posyandu balita dan kegiatan pemasangan Implan KB untuk warga Desa Sekip Lubuk Pakam.
Minggu ke-3, adanya pelatihan membuat dimsum dengan bahan-bahan yang ekonomis dan praktis.
Minggu ke-4 Egha mencoba memberikan inovasi untuk sistem penjualan karya-karya peserta ke media sosial disertai diskusi dan tanya jawab.
Pada minggu ke-5, Egha mengajari kaum ibu agar bisa berdagang melalui media sosial seperti facebook dan instagram. Harapan Egha agar kaum ibu bisa mandiri meningkatkan penjualan dimsum dan karya tangan lainnya.
Praktikum ini dibimbing oleh seorang supervisor sekolah yaitu Bapak Husni Thamrin, S.Sos, MSP.
Kampung KB desa sekip di pilih menjadi tempat praktikum karena Desa Sekip memiliki potensi untuk berkembang dari keterpurukan ekonomi selama ini.
Dengan mengikuti sosialisasi kampung KB bersama beberapa narasumber dari Dinas BKKBN Kabupaten Deli Serdang, Dapat dilihat konteks yang di inginkan dan dibutuhkan para peserta Kampung KB.
Egha merancang suatu program pemasaran untuk membantu peserta dalam menjalankan soft skill yang mereka punya.”dengan bermodalkan data internet dengan begitu para peserta dapat mempromosikan hasil tangan peserta ke dunia maya” ujar Egha.
Menurut Egha rendahnya keterampilan anggota masyarakat di Kampung KB Lubuk Pakam ini sejatinya disebabkan karena akses atau kesempatan mereka untuk mendapatkan pelayanan pendidikannya pada umumnya buruk. “Oleh sebab itu, pemberdayaan ekonomi masyarakat yang cukup realistis untuk masyarakat pekerja yang tuna daya, adalah melalui helping profession action (pelatihan soft skill dan berjualan online bagi masyarakat tunadaya) di bidang marketing, ” papar Egha.
Dalam kesempatan itu, Egha turut membantu peserta Kampung KB desa Sekip Lubuk Pakam untuk mempromosikan olah karya tangan mereka ke media sosial. Inovasi yang Egha berikan kepada mereka yaitu diantaranya sebagai berikut.
1. Memberikan pelatihan membuat dimsum, sekaligus memberi edukasi terkait apa dan seperti apa pola mekanisme pasar untuk jajanan pada era modernisasi saat ini.
2. Bantuan ketersediaan sarana prasarana pemasaran atau transportasi dari lokasi produksi ke pasar, akan mengurangi rantai pemasaran dan pada akhirnya meningkatkan penerimaan petani dan pengusaha mikro, pengusaha kecil dan menengah. cara yang dilakukan adalah memanfaatkan platform digital sosial media sebagai strategi pemasaran.
3. Bantuan pendampingan, dalam hal ini pendampingan masyarakat memang sangat penting. Tugas utama pendampingan ini adalah memfasilitasi proses belajar dan menjadi mediator untuk penguatan kemitraan.
Alhasil yang didapatkan, setelah adanya promosi yang kami buat di media sosial, kini peserta Kampung KB dapat menjalankan bisnis dimsum secara mandiri dan terprogram.
Dalam kegiatan ini, Egha berharap output dari pemberdayaan ini bertujuan untuk membentuk individu-individu masyarakat di Kampung KB Lubuk Pakam menjadi mandiri, meliputi mandiri berpikir, bertindak dan mengandalkan apa yang mereka lakukan. Diharapkan pula agar masyarakat mengutamakan slogan “Berdikari di bidang Ekonomi serta Berdikari dibidang Budaya”.
Berdiri di kaki sendiri (Berdikari) di bidang Ekonomi akan melahirkan kegiatan masyarakat yang mendatangkan pundi-pundi uang untuk menunjang ekonomi masyarakat serta meminimalisir pengangguran ditengah-tengah masyarakat. Berdiri di kaki sendiri di bidang budaya akan menjaga kebudayaan luhur Indonesia ditengah perkembangan zaman seperti saat ini.
” Kemandirian masyarakat merupakan kondisi yang dialami oleh masyarakat yang ditandai oleh kemampuan untuk memikirkan, memutuskan serta melakukan sesuatu yang dipandang tepat demi mencapai pemecahan masalah-masalah yang dihadapi,” Tegas Egha.
Di akhir acara, Kepala desa Kampung KB Lubuk Pakam, sangat mengapresiasi ide-ide jenius Egha Syahfitri. Ini salah satu bentuk kepedulian adinda Egha terhadap masyarakat dalam bidang ekonomi kerakyatan. Ini yang seharusnya dibudayakan mahasiswa Indonesia seluruhnya,” Tutupnya. (Red)