GRESIKJATIMOPINI

Bereliminasi Ciptakan Iklim Kompetitif Yang Konstruktif Bersama Insan Pendidik Penuh Dedikasi 

Kasek UPT SD Negri Driyorejo (Foto: SA)

GRESIK, BIDIKNASIONAL.com – Pepatah jawa mengatakan “Putie Beras Gak Teko Deplokan Tapi Teko Gesekan Sak Konco Kancane”. Berlandaskan filosofi itulah maka iklim kompetitif sengaja penulis ciptakan, sekaligus menjadi misi besar dalam mengejawantahkan peran dan fungsi sebagai personal pers media, berekspektasi guna dapat memenuhi tuntutan perkembangan era.

Merebaknya lembaga-lembaga yang bergerak dalam bidang kontrol sosial, serta telah menjadi kepastian pula bahwa arus penetrasi personalitynya tumpekblek membarengi, hingga mengakibatkan lajunya roda penyelenggaraan kehidupan berbangsa dan bernegara dalam bingkai pemerintahannya, dalam catatan dan pengamatan penulis perlu perhatian khusus.

Menanggapi akan hal itu, pada kesempatan ini penulis yang berprofesi sebagai awak media Cetak & Online Bidik Nasional akan menuangkan segala apa yang telah diperoleh dilapangan saat dan dalam menjalankan tugas-tugas pokok jurnalistik beserta kewartawanannya. Bertujuan memperkaya referensi khasanah berbingkai kebebasan berekspresi, sebagai cara dalam turut berkontribusi sosial, yakin dalam berpikir objektif, rasional yang cerdas dalam berakurasi, presisi dalam berpijak seberapa penting dan prioritasnya neraca problematika.

Berbekal sekelumit pernyataan dari sang Kepala Sekolah (Kasek) Upt SD Negri, sebagai materi dasar dalam mengungkapkan seluruh peristiwa yang telah dialami dan dilalui oleh penulis. Berautodidak observatif, beranalisa yang elaboratif berharap mampu menggenapi jika hal itu menjadi syarat mutlak dalam mempertanggungjawabkan karya. Fundamental, elementer dan komplementer berpadu dalam resources akademik dan ilmiah entitas figur jati diri.

Ya memang setiap harinya seperti ini, silih berganti dan keluar masuk para tamu yang datang, ucap Kasek sekaligus mengawali percakapan sebagai respon jawaban pertanyaan dari awak media, seraya mempersilahkan duduk kepada kita berdua.

Proses rekayasa agar berhasil ditemui oleh seorang pejabat, via telepon menghubunginya apakah berkenan untuk menemui bila saatnya nanti kami akan berkunjung, “berniat sowan atau bertema silaturrahmi”, tidak munafik, dengan harapan akan mendapatkan secarik tradisi yang bukan prinsipel dan fundamental. Lamat-lamat terdengar suara perempuan yang mempersilakan untuk datang kekantornya, maka refleksi asumsi mengkonstruksi rasa respect dan penghormatan yang seakan berlebih atau istimewah dari beliaunya, kepada kita para personal awak media.

Sebagai catatan, adalah prinsip bagi penulis yaitu pantang berkomunikasi liwat udara terhadap siapapun jika dirasa hal itu tidaklah sangat penting, bukan sok suci namun sangat berpengaruh pada moralitas, bisa merusak hubungan persaudaraan. Etika formal dan non formal adalah segalanya bagi penulis, mengingat bukan hanya dasar teknis dalam menjalankan tugas, etika adalah sekaligus menjadi nilai jual yang tak ternilai harganya, etika adalah parameter hubungan kedekatan dengan siapapun dan apapun.

Etika, adalah dasar dan inti dari pada tujuan penciptaan manusia. Etika atau kode etik jurnalistik adalah tidak hanya menjadi syarat dan/atau kewajiban mutlak yang harus dipatuhi pada saat menjalankan profesi sebagai wartawan atau journalist.

Bukankah sempurnya akhlak adalah manifestasi dari valeu tertinggi dari butiran-butiran sila yang tertuang di dalam dasar negara kita yaitu Pancasila.

Bereliminasi edukator, seperti para guru dan kepala sekolahnya. Etika, adalah perisai dalam membentengi martabat, harga diri dan/atau integritas. Bertaruh dan bertarung kualitas akademik dan kuantitas ilmiah antar sesama penyandang profesi telah menjadi makanan sehari-hari bagi para jurnalisem.

Pejabat publik, bersumber dari latar belakang akademisinya terlingkupi kesadaran serta kewaspadaan dalam menjaga performanya, senantiasa sengaja atau dibuat-buat. Saling menjaga kehormatan dan harga diri antara satu pihak dengan pihak yang lainnya, menjadi hikmah tauladan yang dapat dipetik.

Dan juga skaligus menjadi keharusan baginya yaitu para pejabat publik yakni turut bertanggung jawab terhadap komunitas dan lingkungannya, khususnya dalam hal moralitas, hal itu adalah sebagai bentuk tuntutan bagi mereka yang beralmamater.

Lantas bagaimana dengan kita atau mereka yang mengatasnamakan dirinya sebagai person atau lembaga kontrol sosial, berbasic autodidak ?. Bila dalam catatan penulis bedasar dari aduan para mitra kerja atau sumber yang sangat terpercaya bahwa masih banyak yang menyalagunakan peran dan fungsinya dengan cara yang sangat tidak bermoral ?, berangkat dari situlah artikel ini.

Tampak pemandangan padatnya tamu yang hadir pada pagi menjelang siang, Kamis (12/6/2025), sekira pukul 9.30 WIB, dikantor Kasek Upt SD Negri wilayah Driyorejo. Bergegas dan tanggap entitas responbility tinggi dari seorang Kasek, pejabat fungsional kabupaten Gresik. Menerima serta mempersilakan seluruh yang datang dan hadir untuk duduk dan menikmati suguhan termasuk kita awak media. Seketika rasa cangggung, enggan hati dan sangat segan memulai percakapan, oleh karena beliaunya meninggalkan sementara tamu yang berada dalam diruangan kerjanya hanya demi menemui kita, Maa Syaa Alloh.

Konsolidasi, mengingat kali pertama awak media Bidik Nasional bertemu dengan Kasek Upt SD Negri wilayah Driyorejo, penawaran kerja sama kemitraan spontan langsung didisposisi, tentu sangatlah kooperatif. Jika sumber sikap itu adalah kedekatan komunikasi sebelumnya, maka izinkan penulis berpersepsi yang berbeda, demi untuk menyususun catatan-catatan informasi melalui kata-kata agar menjadi sebuah kalimat yang bernarasi sebagai naskah artikel, tersaji dalam ruang publik dengan besar harapan dapat diterima sebagai karya intelektual jurnalistik, adalah rutinitasnya.

Motif karakter yang sangat tentu berdedikasi, dedikasi adalah kepercayaan yang diperoleh dari amanahnya kita dalam menjalankan tugas dan/atau perkerjaan, hampir seluruh tamu yang hadir beliau sempatkan untuk menemuinya dengan serta merta mempersilakan duduk sembari menunggu.

Sudah pasti pembaca bisa membayangkan bagaimana perasaan anda jika berada diposisi kami, seakan-akan tamu prioritas.

Mengarahkan percakapan dengan kesan penting dan sangat mendalam, jika tujuan dan prinsip pendidikan berkiblat pada Unesco jelas menurut penulis jika mengutip sebuah pernyataan dari seorang rektor atau mantan menteri pendidikan bahwa potret penyelenggara pemerintah saat ini adalah hasil dari proses pendidikan 25 tahun yang lalu, apakah sudah dapat dikatakan berhasil ?.

Konsep pendidikan Unesco atau Barat bila pada umumnya yang kita pahami adalah menggabungkan antara IQ, SQ dan EQ. Realitasnya, adalah dunia saat ini dari semua aspek dan lini kehidupan telah berhasil mereka kuasai, ralat dan koreksi jika keliru.

Oleh karena itu, sebagai blance atau penyeimbang keberlangsungan alam semesta yang secara kodrati diciptakan berpasang-pasangan, maka kita harus yakin dan lebih mantap dengan prinsip dasar dan tujuan dari pada penyelenggaraan pendidikan kita yakni bangsa Timur, berdiri diatas pondasi filosofis Ing Ngarso Sung Tulodo, Ing Madya Mangun Karso, Tut Wuri Handayani, ucap awak media kepada Kasek.

Dialektika percakapan berkesan tergopo-gopo atau tergesa, sangat kental terasa pada percakapan yang berlangsung dengan Ibu Kasek, mengingat sangatlah buanyak tamu yang menunggu, akhirnya beberapa point kesimpulan kita dapati, dari kami awak media jika pada kesempatan pertemuan berikutnya adalah membahas tentang Human Personlity dan Human Dikniti beserta kaitannya.

Konsolidasi yang utuh dari pada unsur-unsur komponen negara, kerja sama yang komprehensif antara elemen bangsa, soliditas yang konstruktif pada semua organisasi-organisasi yang ada, baik organisasi pemerintah maupun non pemerintah, demokratis dalam menyelesaikan masalah, adil individu atau terhadap diri sendiri terlebih adil dan merata bagi segenap tumpah darah Indonesia, prolog komunikasi tekstual adalah prinsipnya.

Dialegtis nuansa percakapan, sesekali komunikasi dihiasi dengan logat kental daerah, mengungkap sekilas tentang performen Ibu Kasek Upt SD Negri wilayah Driyorejo, senyum riang gembira senantiasa menghiasi wajah parasnya, bahkan nyaris tak nampak secuilpun rasa keberatan dengan keberadaan kita, hanya pas pada waktu menanyakan berapa beaya jika ADV atau pemberitaan tentang kegiatan sekolahnya dimuat didalam koran atau online Bidik Nasional, terlintas tampak dahinya mengerutkan kening dan berkata apabila mereka yang seprofesi tidak pula menuntut meminta hal yang sama, saya tidak keberatan, ucap Kasek Upt SD Negri wilayah Driyorejo, Gresik.

Menimpali akan hal itu, sejauh mana peran K3S kecamatan Driyerejo dalam beroganisasi, selain guna mongkoordinir para anggotanya, apakah tidak ada kiat atau siasat untuk bekerjasama yang apik dan terlebih saling menguntungkan, lanjut tanya awak media ?, dengan nada yang sedikit berkesan kritis.

Perlu diketahui, bahwa jika berminat menayangkan jenis apapun artikel dalam media kami Cetak & Online Bidik Nasional tentu tidak sekaku atau seradikal demikian sifatnya, akan saya fasilitasi berbicara langsung dengan Pimpinan Redaksi, dengan harapan transparansi dan kredibilitas yang melahirkan integritas akan senantiasa terjaga pada semua pihak atau mitra.

Ibu Kasek Upt SD Negri wilayah Driyorejo setelah mendisposisi kerjasama dalam bentuk partisipasi berlangganan koran mingguan Bidik Nasional sedikit menjelaskan bahwa dalam kesehariannya terdapat lebih dari 5 kunjungan dari pada pers media, bahkan terkadang lebih, ungkapnya.

Terkait hal itu, lembaga pendidikan yang menjadi tempat bertugas Ketua K3S kecamatan Driyorejo juga mengalami hal yang sama atau bahkan nyaris sama setiap bulan atensi yang diberikan terhadap keberadaan pers media, masak harus anggaran operasional sekolah lebih banyak tersita untuk hal itu, tekan Kasek, intonasi yang memprihatinkan terdengar.

Pada artikel ini, sekali-kali bukan berniat untuk membatasi ruang lingkup serta peran dan fungsi dalam keberadaannya ditengah-tengah masyarakat saat menjalankan tugasnya khususnya bagi para kalangan atau komunitas pers media, mengingatkan bahwa urusan perut atau fee adalah bukan semata-mata menjadi tujuan dari pada peran dan fungsi pers media, menurut pendapat penulis.

Pentingnya bercermin agar tau diri, karena dengan tau diri kita akan dapat dengan muda meraih kebahagiaan. Bahan introspeksi bagi kita semua pihak yang terlibat dalam penyelenggaraan pendidikan, khususnya terhadap keberadaan-keberadaan organisasi-organisasi pers media yang berada didalam wilayah kerja daerah kabupaten Gresik.

Rekomendasi dari pemerintah daerah kepada organisasi-organisasi pers media dalam wilayah kerja kabupaten Gresik, bahwasanya sejawat kita yaitu meraka yang mengatasnamakan sebagai person dengan lembaga kontrol sosialnya, berada dalam ruang lingkup akar rumput, bagaimana dengan nasib dan masa depan mereka, jika realitas dilapangan demikian kurang menjanjikan, adalah pesan harap dari penulis.

Sebagai ungkapan penutup dari putra bangsa, dengan lantang berteriak, dengan seru menyuarakan bahwa kita berhak untuk berbangga diri sebagai bangsa, karena tidak ada bangsa dimuka bumi yang dapat mengalahkan Tata Krama (Logika) Kita, tidak ada bangsa yang dapat mengalahkan Sopan Santun (Etika) Kita dan tidak pula ada bangsa yang bisa mengalahkan Tepo Sliro (Estetika) Kita, bangsa dan rakyat Indonesia.

Laporan: SA

Editor: Budi Santoso

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button