Haerudin: Nilai-nilai Pancasila Harus Jadi Sesuatu yang Kongkrit Dalam Kehidupan Serta Jadi Daya Gerak
GARUT, JABAR BN – Forum Duha Garut Utara menginisiasi menggelar acara sosialisasi empat pilar konstitusi negara dengan menghadirkan anggota DPR/MPR RI, Haerudin, S.Ag., MH serta mengundang para tokoh masyarakat, aktivis, termasuk melibatkan para santriwan santriwati Pesantren Galmasih.
Dipaparkan Haerudin yang juga anggota Komisi XI ini, bangsa Indonesia memiliki dasar negara yang digali dari nilai-nilai luhur bangsanya sendiri. Nilai-nilai luhur bangsa yang dimaksud merupakan nilai-nilai yang pernah berkembang pada masa-masa kerajaan di Nusantara.
Namun demikian, sambungnya nilai-nilai luhur kehidupan Bangsa Indonesia di zaman moderen seperti sekarang ini, sudah mulai pudar akibat pengaruh budaya asing dan pesatnya perkembangan teknologi informasi begitu tidak terbendung yang berdampak pada perubahan perilaku atas nilai-nilai luhur bangsa indonesia sebagai bangsa yang beradab. Alih-alih justru dengan kondisi dan situasi situasi seperti sekarang justru dikhawatirkan akan menghancurkan akar kehidupan berbangsa sebagai akar kehidupan dan nilai yang dianut dalam masyarakat.
“Kita tidak mungkin mencintai Indonesia kalau kita tidak mengenalnya dengan baik. Inilah salah satu fungsi kegiatan sosialisasi, mengenalkan sejarah bangsa kepada masyarakat, agar timbul perasaan cinta yang makin besar kepada bangsa dan negara,” terang legislator Fraksi PAN di Pesantren Yayasan Galmasih Kersamanah Kabupaten Garut, Jumat (12/07/2019).
Haerudin yang dalam Pileg 2019 kembali lolos menuju senayan, menjelaskan beberapa faktor yang berpotensi mencederai Empat Pilar MPR RI, paling utama, adalah pemahaman yang bertentangan dengan agama dalam persoalan bangsa. Fenomena belakangan ini dianggapnya justru bertentangan dengan agama dan pilar itu sendiri. Maka itu, tegasnya, nilai-nilai pancasila harus diartikulasikan menjadi sesuatu yang kongkrit dalam kehidupan, bahkan nilai tersebut harus menjadi sebuah daya bagi masyarakat untuk gerak.
“Nilai-nilai Pancasila harus dijadikan arus diakektika agar jadi arus gerak masyarakat dalam segala hal. Mengingat nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia tidaklah sulit. Coba sempatkan kita mencermati kalimat yang ada di dalam teks Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Di sanalah Bangsa Indonesia meneguhkan sikap dan berkomitmen secara bersama-sama untuk bersatu dalam bingkai Negara Kesatuan Republik Indonesia, yang bertujuan mensejahterakan rakyat dan mencerdaskan bangsa yang berdasarkan Pancasila,” paparnya.
Menurutnya, nilai-nilai luhur Bangsa Indonesia, seperti gotong-royong, hidup rukun, cinta damai, saling membantu yang lemah, mesti dibangkitkan kembali. Karena seiring dengan kemajuan teknologi informasi, terkadang menjadikan generasi muda seolah terkungkung pada hubungan instan dengan media sosial dan hanya berorientasi pada kepentingan-kepentingan material dan individual, sehingga terjauh dari sikap luhur untuk mendahulukan kepentingan publik atau kepekaan sosial.
“Seperti dalam pernyataan Bung karno, saya bukan menciptakan tetapi saya menggali nilai-nilai luhur yang tumbuh subur di bangsa kita. Dari pernyataan itulah kita bisa menangkap pesan bahwa saat ini kita harus kembali berkaca akan sejarah lahirnya Pancasila, untuk mengingat betapa luhurnya kehidupan bangsa indonesia dalam memperjuangkan sebuah pekik ‘Merdeka’,” ujar Haerudin yang terpilih dari Dapil Jabar XI ini.
Dalam kesempatan itu pula, Haerudin mengungkapkan keberadaan pesantren memiliki reputasi dan prestasi besar bagi bangsa Indonesia melalui alumni-alumninya pantas untuk dikaji dan ditiru dalam penerapan pendidikan dan pengajarannya. Selain itu, pesantren pun telah berhasil dalam penanaman dan penumbuhan rasa nasionalisme terhadap bangsa. Serta pesantren telah berhasil juga dalam menanamkan moralitas bagi peserta didiknya.
“Pesantren telah membina dan mengedukasi para santrinya dalam bingkai pendidikan moral sehingga besar harapan para santri dapat dihandalkan dalam menjaga nilai-nilai dan karakter bangsa yang beradab,” pungkasnya. (**/red)