JABAR

Opera Kolosal Ciung Wanara Berpijak Pada Akar-akar Tradisi Seni Budaya Tatar Sunda

BANDUNG, JABAR, BN – Opera “Ciung Wanara” merupakan pergelaran yang menampilkan sebuah drama kolosal yang sarat dengan muatan sejarah dan kearifan lokal. Tidak hanya sekedar kekayaan sastra, seni dan sejarah Sunda tetapi budaya Sunda secara komprehensif.

Sebuah kisah dalam sasakala atau legenda dengan ditandai situs-situs dan petilasannya, menunjukan bahwa kisah legenda Ciung Wanara pernah terjadi yakni pada masa kerajaan Galuh Pakuan.

Dengan mengangkat tema “nyungsi bihari gaya kiwari”, pergelaran opera kolosal yang dikemas dalam bentuk kekinian sengaja dihadirkan Dinas Pariwisata dan Kebudayaan (Disparbud) Jawa Barat dengan harapan dapat diterima oleh berbagai kalangan dengan tetap berpijak pada akar-akar tradisi seni budaya Tatar Sunda.

Bertempat di Teater Tertutup Taman Budaya UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Disparbud Jawa Barat, pagelaran opera Ciung Wanara hasil karya seniman besar Bambang Aryana Sambas sedianya akan digelar dalam dua sesi dengan waktu selama dua hari, mulai Rabu (31/7/2019) dan Kamis (1/8/2019).

Pergelaran opera kolosal legenda “Ciung Wanara” ini dihadiri dan disaksikan langsung Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil didampingi Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Jawa Barat, Dedi Taufik selain pula tamu undangan khusus lainnya. Sementara bagi pengunjung umum dapat menyaksikan pada esok hari.

Pergelaran dihadirkan bertujuan agar dapat terus meningkatkan peran taman budaya sebagai ruang ekspresi seni bagi para seniman dan budayawan, melestarikan dan memajukan seni daerah Jabar. Disamping juga, memberikan motivasi kepada para seniman kreatif agar terus berkarya.

Karya seni yang diwujudkan oleh para seniman tidak saja lahir ke dalam bentuk karya estetika, melainkan juga mampu menjadi sebuah industri kreatif berbasis seni budaya. Yang tak kalah penting, lebih mengenalkan taman budaya sebagai salah satu destinasi wisata seni budaya di Jabar.

Adapun pergelaran Opera Kolosal Legenda Ciung Wanara salah satu bentuk realisasi dari program kegiatan Dana Alokasi Khusus (DAK), Direktorat Kesenian, Direktorat Jenderal Kebudayaan Kementrian Pendidikan dan Kebudayaan RI bekerjasama dengan UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jabar Disparbud Jabar.

“Pementasan Opera Ciung Wanara ini sebagai upaya penggalian terhadap kearifan budaya lokal di Jawa Barat, yang kami angkat dan disajikan dalam bentuk pertunjukkan seni lakon. Dengan tujuan, selain penonton dapat menikmati opera ini juga mampu menginterpretasikan prihal pesan moral yang terkandung dalam legenda Ciung Wanara,” terang Kepala Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Provinsi Jawa Barat, Dedi Taufik dalam sambutannya dirangkai dengan pembukaan simbolis memukul gong bersama Ridwan Kamil, Rabu (31/7/2019).

Sementara itu, Kepala UPTD Pengelolaan Kebudayaan Daerah Jawa Barat, Erick Henriana berharap pementasan opera ciung wanara dapat memenuhi rasa rindu masyarakat Jabar, khususnya warga Kota Bandung akan drama kolosal yang mengangkat cerita legenda yang penuh dengan sejarah.

“Di daerah Yogyakarta ada kisah Ramayana yang dipentaskan di kawasan Candi Prambanan, begitu pula di daerah Bali dengan tarian kecaknya yang sama-sama mengangkat kisah Ramayana. Kami ingin di daerah Jawa Barat pun ada sebuah pementasan drama kolosal yang mengangkat kisah lokal. Cerita Legenda Ciung Wanara hadir untuk itu,” ujarnya.

Erick pun berharap, pergelaran atau pementasan Legenda Ciung Wanara ini bisa disajikan setiap minggu di Gedung Teater Tertutup Taman Budaya (UPTD) Jawa Barat.

“Kita harapkan pementasan seperti ini bisa digelar setiap minggu sehingga bisa memenuhi kehausan warga akan seni pementasan (drama kolosal) maupun bisa menarik wisatawan,” tambahnya didampingi Kepala Seksi Atraksi Budaya, Iwan Gunawan kepada awak media.

Sedang dikatakan sang penulis cerita sekaligus sutradara, Bambang, seni opera adalah genre dari seni teater yakni sebuah pertunjukan lakon yang menghadirkan unsur dialog melalui media nyanyian.

“Sehingga jelas bahwa kemasan musikal menjadi bagian yang penting dan menjadi komponen integral dalam sebuah pertunjukan seni opera,” katanya.

Terkait jargon yang diusung “nyungsi bihari gaya kiwari” dijelaskannya pergelaran tersebut sengaja dihadirkan dalam bentuk kekinian yang semoga dapat diterima oleh berbagai kalangan dengan tetap berpijak pada akar-akar tradisi seni budaya Tatar Sunda.

Walaupun diakui Bambang, seni opera adalah seni pentas yang memiliki tingkat kerumitan berlipat-lipat, namun semua pelaku dan pemain mampu mementaskan cerita dengan ikhlas dan kerja keras.

“Semoga dengan menyaksikan Opera Legenda Ciung Wanara yang bersumber dari cerita Pantun Sunda diharapkan dapat diapresiasi kembali tentang kekayaan khasanah seni budaya Sunda (musik, tari, sastra dan artistik) yang indah dan megah,” tandasnya.

Hingga kini Bambang Aryana Sambas terus menerus menghasilkan banyak karya seni inovatif khususnya di bidang seni pertunjukan lakon. Dengan melibatkan dan didukung seniman kreatif muda milenial berbakat seperti Ahmad Farmis, Oos Koswara, Iman Gondrong, Yadi Yacobs, Diah Agustini, Dr Lili Suparli. (Zaen)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button