BPBD Sosialisasi Pilot Projects Desa Tangguh Bencana
GAYO LUES, ACEH, BN-Badan Penanggulangan Bencana (BPB) daerah Aceh bekerja sama dengan Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Gayo Lues melakukan Kegiatan sosialisasi pilot projects Desa Tangguh Bencana, pada Kamis (3/10) di Hotel Nusa Indah Belangkejeren.
Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Gayo Lues Suhaidi, S.Pd. MSi melalui Kepala Bidang Pencegahan dan Kesiapsiagaan Hendra mengatakan ituasi kejadian bencana sangat rawan di daerah Kabupaten Gayo Lues ini.
“Kita lihat saat ini daerah kita memiliki berbagai ancaman dan frekuensi kejadian bencana yang semakin meningkat di sejumlah titik, seperti di Kecamatan Dabun Gelang dan Kecamatan Tripe Jaya, tak hanya itu khusus untuk Provinsi Aceh pada umumnya Pemerintah Indonesia telah berinisiatif untuk mengurangi risiko bencana di Aceh Khususnya di Gayo Lues,” tambahnya.
Hendra juga mengatakan bahwa, secara geografis, daerah Gayo Lues merupakan daerah yang berada di Lembah Gunung Leuser, yang menjadikan daerah ini sering mengalami bencana longsor dan banjir bandang.
“Kami sebagai pelaksana BPBD Gayo Lues sangat menyetujui dan mendukung komitmen pemerintah Aceh terhadap pelaksanaan kegiatan sosialisasi pilot projects Desa Tangguh Bencana,” terangnya.
Desa Tangguh Bencana, kata Hendra bertujuan untuk mengantisipasi dan mengurangi risiko bencana di daerah tersebut, khususnya dalam hal mengantisipasi bencana yang sering terjadi di kabupaten Gayo Lues seperti longsor dan banjir.
“Diharapkan dengan adanya Desa Tangguh Bencana ini masyarakat dapat menolong dirinya sendiri dan mempercepat memulihkan diri ketika terjadi bencana,” harapnya.
“Kegiatan yang dilaksanakan pada hari ini merupakan sebagai upaya untuk melatih dan membekali masyarakat agar memiliki kemampuan menyampaikan pengetahuan tentang kerangka kerja desa tangguh bencana dan menyebarluaskan informasi tentang penerapan kegiatan desa tangguh bencana ini,” terangnya.
“Ada empat indikator kunci desa tangguh bencana yaitu, 1 penguatan kualitas layanan dasar, 2 penguatan pengelolaan risiko bencana termasuk didalamnya adaptasi perubahan iklim melalui proses pemberdayaan masyarakat, 3 sistem koordinasi dalam pengelolaan risiko bencana, 4 penguatan sistem Kesiapsiagaan untuk mendukung kegiatan tanggap darurat, rehabilitasi dan rekonstruksi pasca bencana. Dan semua ini nantinya akan di jelas kan oleh narasumber,” pungkasnya. (dir)