NTT

Bermodalkan Belajar Ukiran Di Bali, Berthus Konsili Kembangkan Bakat Seninya di Kampung Halaman Kota Uneng Sikka

MAUMERE, NTT, BN-Dengan bermodalkan belajar seni ukir selama merantau di Bali Bertus Konsili adalah seorang Alumni Sekolah Sasana Stakarya Bali ketika kembali ke kampung halamannya di Kota Uneng Sikka untuk mengembangkan bakat dan seninya dengan menganyam beraneka ragam jenis kerajinan tangan dari daun kelapa muda berupa Topi, Kap Lampu, piring serta dulang untuk meletakan makanan.

Ketika ditemui media di Sentra Jata Kapa,jalan Litbang kelurahan Kota Uneng Kabupaten Sikka-Flores NTT, Rabu(29/4) Bertus Konsili menuturkan bahwa dirinya pernah bersekolah dan lama tinggal di Bali. Selama merantau di Bali Berthus banyak belajar tentang cara membuat ukiran maupun lukisan dengan menggunakan motif Bali.

Kemudian dengan bermodalkan pengalamannya itu, dirinya diminta untuk membuat motif sikka seperti Nagalalang yg mana mewarnai dan menghitung liwarnya sehingga munculah ide membuat surat bunga. Hasil surat bunga itu kemudian difoto copi lalu dibagi-bagikan. Dari hasil itulah kepala Dinas Perdagangan, Koperasi dan UKM meminta dirinya untuk bergabung di sentra Jata Kapa milik Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM Kabupaten Sikka.

“Kebetulan saya pernah sekolah di Bali dan melihat cara orang Bali menganyam dari dedaunan kelapa sehingga dari awal belajar itulah sekarang saya kembangkan ilmu yang didapat itu untuk lanjutkan hasil belajar tersebut di kampung halaman saya Sikka. Ada juga yang menawarkan untuk menganyam dari daun lontar tapi belum saya coba,” ulasnya.

Dia juga mengisahkan bahwa selama merantau di Bali Gianyar sempat menjadi guru di sekolah tersebut. Kemudian dirinya ketika jatuh sakit dan ijin berlibur ke kampung halamannya Maumere Sikka tahun 2005 lalu dan tidak ingin kembali lagi ke Bali.

“Saat saya di Maumere Sikka awalnya anyaman ini dibuat untuk dijadikan hiasan dan dipergunakan untuk kalangan sendiri. Sambil itu, saya juga mengajarkan kepada dua kelompok home schooling di Kabupaten Sikka. Tentu sebagai seorang yang berjiwa seniman ukir ketika di sentra Jata Kapa saya diminta untuk membuat gambar motif sarung dan hasil pembuatannya akan dipajang di cafe tempat saya kerja. Kisahnya.

Lanjut Bertus mengaku bahwa Tugu ikanTuna di perempatan jalan di Kota Maumere adalah salah satu hasil karyanya.Dia tidak sendiri tetapi dia bersama teman-temannya yang tergabung dalam kelompok seni ukir dan melukis yang beranggotakan lima orang.

Kelompok seni yang dibentuk Berthus ini adalah orang-orang pilihan yang sudah ahli dibidangnya yakni pandai mengukir dan melukis baik itu patung maupun ukiran-ukiran lain.

Berthus tergolong pekerja ulet yang suka dengan tantangan dan perkembangan jaman. Dia tegolong manusia spesialis karena pandai mengukir pintu kayu, tiang rumah adat dan salib makam dengan relief serta motif yang indah menawan sesuai pesanan pelanggan.

“Saya sudah terbiasa dengan berbagai motif ukiran sesuai dengan permintaan pesanan. Pernah mengukir tiang rumah adat di Hewokloang dan Ende. Di sentra Jata Kapa saya juga disuruh untuk melukis motif tenun ikat agar masyarakat bisa menenun kembali. Untuk bidang seni pasaran di Kabupaten Sikka khususnya dan NTT umumnya masih jauh dari harapan dibanding Bali.

“Saya jujur katakan di NTT orang masih sebatas mengagumi belum sampai taraf membeli apalagi dengan harga yang mahal,” tandasnya.

Terkait dengan keahlian dalam seni mengukir, Berthuspun kemudian diminta dan direkrut oleh Kepala Dinas Perdagangan Koperasi dan UKM, Yosef Benyamin SH, untuk menganyam berbagai aksesoris dari daun kelapa muda dengan beraneka lukisan untuk dipajang di sentra jata kapa Sikka sebagai perlengkapan Cafe Nimba.

Bahan-bahannya semuanya alamia, baik itu Piring, gelas, sendok, garpu, tempat nasi dan lainnya. Khusus Untuk piring dan tempat nasi bahannya dari anyaman daun kelapa yg nantinya akan dilapisi dengan daun pisang, sementara gelas, sendok, garpu akan dibuat dari bambu atau tempurung, sehingga keasliannya tetap nampak.

“Kami rencana Cafe ini nanti semuanya berbahan alamia sesuai dengan bangunan beratap daun kelapa dan berdinding bambu termasuk Kursi dan asesoris lainnya.Kita juga bukan melihat dari besar kecilnyanya penghasilam tetapi kita bersyukur karena terpatri bisa menjadi media promosi kedepan untuk para pengunjung wisatawan lokal maupun mancanegara,” pintahnya. (athy meaq).

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button