Widodo Bos Beras Afkiran Kebal Hukum
■ Tampung Ratusan Ribu Ton di Gudang Drajat Lamongan
■ Ngaku Kerabat Kabulog Budi Waseso
LAMONGAN, JATIM, BN-Akhir-akhir ini sering ada berita miring beras untuk Raskin (rakyat miskin), bansoster dampak Covid 19, mutunya jelek, berkutu dan tidak layak konsumsi.
Diduga kuat beras berkutu itu memang beras yang sudah kadulawarsa expired atau afkhiran dan rusak yang dilelang oleh Bulog untuk pakan ternak.
Kenyataan itu ada benarnya. Sebab hasil investigasi BN di salah satu desa di kawasan Kec Drajat, Kab. Lamongan, tak jauh dari makam Sunan Drajat ada sejumlah gudang untuk menimbun beras lelangan Bulog.
Gudangnya cukup tersembunyi, di kamuplase dekat kandang ayam, seolah-olah dari luar gudang tersebut mirip kandang ayam beneran.
BN yang mengecek langsung lokasi gudang, sangat terkejut karena di dalam Gudang ada ribuan ton beras yang dikemas dalam kantong bertuliskan Bulog. Sebagain lagi dikemas dalam kantong polos.
Menurut sumber BN di kawasan tersebut, yang namany tidak mau disebutkan, beras yang di timbun di dalam gudang mencapai sekitar 23 ribu ton dengan harga pembelian sekitar Rp 40 Milyar lebih. Beras tersebut milik Widodo, bos besar disebut-sebut dari Jakarta.
Widodo ini dapat beras akfkhiran dari Bulog di Pulau Jawa dan luar pulau, bahkan ada yang dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sejumlah daerah lainnya.“Benar mas ini beras kedaluwarsa hasil lelangan Bulog, yang diperuntukkan untuk pakan ternak,” kata sumber itu.
Sumber itu menyebutkan, oleh pemenang tender beras tak layak itu dan berkutu itu bukan digunakan untuk pakan ternak, tapi dipoles dan dijual kembali untuk konsumsi manusia.
Menurutnya, pembelinya dari sejumlah daerah di Jatim, seperti Mojokerto dan Jawa Barat. Untuk harga penjualan beras yang belum di poles dipatok harga ber-kisar Rp 3000 rupiah per kilo.
Sedangkan, untuk beras yang sudah dikelola dan dipoles dipatok harga sekitar Rp 5.300 perkilo.
Modus operandinya, beras expired (kadaluarsa) yang berlogokan Bulog tersebut dikelola dengan cara diselep dan diberi bahan tambahan agar beras kelihan agak putih. Setelah proses tersebut, beras di oper sak. Kemudian beras siap untuk
diedarkan.
Sementara itu, seorang pengelola yang berinisial Untoro, asal Drajat Lamongan, saat dikonfirmasi BN pada tanggal (16/5/2020) tentang beras tersebut telah membantah, kalau beras yang ditimbun diperjual belikan untuk konsumsi manusia.
Lelaki bertubuh tambun itu dan bermobil Fortuner VRZ dengan congkaknya menegaskan berasnya untuk pupuk dan pakan ternak.
“Beras itu untuk pupuk, siapa bilang untuk dikonsumsi manusia,” bantah Untoro, dengan lantang.
Ketika BN menanyakan mengapa di dalam ada mesin poles, Untoro dengan lantang mengatakan, itu bukan mesin poles, tapi mesin untuk membuat pupuk. Namun Untoro menolak ketika BN mengajak mengecek sama-sama ke lokasi gudang dengan dalih,bdirinya hanya mandor, sedang pemiliknya adalah Widodo orang Jakarta.
“Silahkan sampean ngomong sendiri sama bos Widodo,” kilah Untoro, saat ditemui di pinggir pelabuhan.
Widodo ketika dihubungi BN mengakui terus terang jika beras yang digudang itu milik dirinya. Bahkan, ia mengaku masih kerabat dekat Kabulog Budi Wasesa atau dikenal dengan sebutan Buwas.
Sementara Kadivre Bulog Jatim ketika akan dikonfirmasi Jumat (12/6) sedang sakit. Sementara Rizky, humas Bulog Jatim ketika dihubungi via WA mengaku minta waktu untuk menjawab dan nanti akan dikabari.
Sumber BN menyebutkan, permainan beras afkhiran ini sangat meresahkan masyarakat dan diduga melibatkan orang orang penting di Jatim dan pusat. Itu bisa disimak dari kata-kata Widodo yang selalu menyebut menyebut nama Budi Waseso dan institusi kepolisian.
Bahkan, pada sejumlah pelanggan Untoro dan Widodo tak segan-segan mengatakan instansi kepolisian mulai dari pusat dan polda Jatim sudah kondusif. (Tim Lip Sus)