Tidak Takut Lagi Saat Berobat dengan JKN-KIS
GRESIK, JATIM, BN-Mendampingi persalinan istrinya di salah satu Rumah Sakit (RS) swasta di Lamongan, Edi Siswanto (30) merasakan cemas saat dokter atau bidan yang melakukan pelayanan persalinan menyatakan bahwa sang istri harus melahirkan anak pertamanya dengan cara operasi cesar.
“Saat petugas medis RS menganjurkan harus operasi cesar, saya tentu memikirkan kondisi kesehatan istri juga berapa kira-kira biaya yang akan saya keluarkan, ” Kata Edi Siswanto atau yang biasa dipanggil Wanto ini kepada BN di Gresik (09/07).
Apalagi saat itu kata Wanto, beberapa teman memberikan informasi jika menggunakan kartu Jaminan Kesehatan Nasional-Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) pelayanan akan dibedakan atau lebih mengutamakan peserta umum.
“Terus saya dampingi istri saya, mulai dari awal masuk RS sampai proses operasi cesar selesai dilakukan. Ternyata tidak seperti yang saya bayangkan. Istri saya dilayani dengan baik. Tidak dibeda-beda kan seperti kata teman-teman saya yang menceritakan hal yang berbanding terbalik, ” ujarnya.
Kemudian setelah itu lanjutnya, pada saat akan pulang meninggalkan RS, sepeserpun ia tidak dimintai pembayaran. ” sampai-sampai saya tercengang. Padahal kalau bayar, saya sendiri tidak tahu harus merogoh kocek berapa. Belum biaya lain diluar operasi, ” ucapnya.
Wanto mengaku Program JKN-KIS yang dikelola BPJS Kesehatan sangat mulia. Dengan hanya membayar iuran dalam jumlah kecil, peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas 3 ini merasakan keuntungan yang tidak terbatas.
“Saya sangat berterima kasih kepada Pemerintah. Program mulia ini sangat membantu saya dan keluarga. Bayar iuran bersama istri saya dalam satu bulan sebesar hanya sebesar 51 ribu, tapi biaya operasi dan penyakit lainnya bisa ditanggung asal semua sesuasi indikasi dokter. Status pasien tidak dibedakan, dan pelayanan maksimal”, ungkapnya.
Menurut Wanto, Jika masyarakat belum juga bergabung menjadi peserta JKN-KIS saat ini adalah sebuah kerugian besar. Segala keuntungan diberikan tanpa melihat berapa lama menjadi peserta.
“Padahal saya bergabung menjadi peserta baru diawal januari tahun 2020. Makanya kalo ada masyarakat yang saya temui belum jadi peserta JKN-KIS saya bantu dorong mereka, karena tidak aka nada ruginya, ” jelasnya.
Kedepannya Wanto yang sehari-harinya berprofesi sebagai pemilik warung kopi ini berkomitmen terkait pembayaran iuran untuk tidak terlambat atau menunggak. Ketenangan luar biasa dia dapatkan meski hanya memiliki tabungan secukupnya, melangkah untuk berobat atau memeriksakan keluarga pada saat sakit tidak khawatir lagi.
“Sekarang dengan adanya program JKN-KIS, buang jauh-jauh pikiran takut berobat jika sakit. Semua sudah terjamin sama BPJS Kesehatan. Tugas kita rajin bayar iuran aja, walaupun kita ga sakit tapi iuran kita bisa membantu saudara kita yang sedang sakit. Semoga program ini terus dapat melindungi kita dan keluarga”, pungkasnya dengan nada puas. (boody).