Percaya Diri Berobat Dengan JKN-KIS
SURABAYA, JATIM, BN – Ditemui wartawan dirumahnya, Lindo (50) bekerja sebagai pedagang sate keliling beralamatkan di Pacar Kembang, Surabaya, Jawa Timur mengaku BPJS kesehatan mengawal penyakit yang dideritanya mulai dari merasakan gejala diakhir tahun 2018 sampai sekarang ini.
“Lebih percaya diri didampingi JKN-KIS, walaupun keluar masuk Rumah Sakit Spesialis Husada Utama Surabaya,” ucap Lindo di Surabaya (27/06).
Sejak akhir tahun 2018 sebelum adanya corona kata Lindo, ia mengalami gangguan penglihatan, pernah menderita bisul dua kali bahkan dioperasi sampai menjalani rawat inap yang terbilang sudah tidak dapat dihitung.
“Sekarang ini saya menderita penyakit diabet dan komplikasi penyakit dalam. Bisa dibilang yang paling lama saya menjalani rawat inap selama sepuluh hari. Lima hari, empat hari, tujuh hari saking seringnya saya lupa mas,” ungkapnya.
Sebelum merasakan sakit ini semua ujarnya, pada awalnya ia mengalami pusing yang tak kunjung sembuh.
Kemudian gangguan mata hingga pandangan kabur.
“Setelah mendatangi dokter praktek disekitar rumah, saya disarankan dokter untuk pengobatan lanjutan menggunakan kartu BPJS Kesehatan jika telah menjadi peserta,” jelasnya.
Sebagai informasi Lindo dan keluarga telah menjadi peserta Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) program dari BPJS Kesehatan sejak tahun 2015 ketika ia mendapat kartu KIS dari ketua RT di kediamannya.Terdaftar sebagai peserta JKN, segmen Penerima Bantuan Iuran Daerah (PBID) Kota Surabaya, kelas 3 dengan nomor peserta 000078932XXXX , Faskes Tingkat 1 Puskemas Pacar Keling.
Selanjutnya sambung Lindo, berbekal kartu KIS, ia diantar istri berobat ke RS spesialis Husada Utama Surabaya.
“Pertama mendaftar, kartu BPJS Kesehatan ditanyakan petugas administrasi rumah sakit. Setelah itu saya dilayani serius oleh dokter dan perawat sampai dirawat inap selama sepuluh hari,” terangnya.
Dibulan berikutnya ia kembali merasakan sakit serupa sampai dokter memvonis dirinya mengalami sakit diabet.
“Belum lagi saya menjalani dua kali operasi akibat penyakit bisul di punggung dan pinggang saya. Semua itu saya lakukan di RS HU,” ujarnya.
Meski bulan ini kata Lindo, corona virus belum reda, kontrol setiap bulan selalu rutin ia lakukan.
“Sebenarnya ya takut juga mas, tapi hal ini telah menjadi rutinitas, asal bersama BPJS Kesehatan dan saya menjalankan protokol kesehatan, InsyaAllah saya akan terus menjalankan perintah dokter demi kebaikan kesehatan saya pribadi,” ungkapnya.
Secara keseluruhan pelayanan, pria yang dikenal sebagai guru mengaji ini menegaskan, berobat dengan BPJS Kesehatan dilayani sangat baik, tanpa dibeda-bedakan meski dirinya hanya peserta yang iuran perbulannya dibayarkan oleh pemerintah daerah.
“Kami sangat puas atas pendampingan BPJS kesehatan selama ini. Bukan saya saja, anak dan istri saya juga sering menggunakan kartu KIS-nya untuk berobat. Rasan-rasan kata orang yang belum pernah berobat dengan JKN-KIS atau pernah sakit, jika berobat berstatus BPJS Kesehatan tidak diperhatikan rumah sakit ?, dokter atau perawat meremehkan pasien ?, semua itu bohong. Saya sendiri buktinya. Selain semuanya gratis, bahkan saya dirawat di rumah sakit spesialis atau orang ngomong elit. Padahal saya hanya masyarakat biasa yang terbilang warga kurang mampu ,” urainya.
Dalam kesempatan ini sambungnya, Lindo menyampaikan ucapan terimakasihnya kepada BPJS Kesehatan dan Pemerintah Kota Surabaya yang telah memberikan perhatian lebih kepada keluarganya di bidang kesehatan.
“Saya berharap, program ini terus ada.Program yang sangat membantu masyarakat kurang mampu. Tanpa BPJS kesehatan ,biaya perawatan setiap bulan,obat dan lain sebagainya terus saya bayar dengan apa. Sedangkan saya sendiri tidak sekuat dulu saat sebelum sakit ,” tutupnya. (boody)