Ricky Mario Peserta JKN-KIS
SURABAYA, bidiknasional.com – Pasca menjalani operasi usus buntu disalah satu Rumah Sakit (RS) di Kota Surabaya beberapa tahun yang lalu, Ricky Mario melalui istrinya Shanty, mengaku puas secara overall (Keseluruhan-red) atas pelayanan Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS).
Sempat berpindah fasilitas kesahatan terang Shanty, keluarga terdaftar sebagai peserta mandiri kelas dua di BPJS Kesehatan, Faskes pilihan tingkat pertama BP. Klinik Nayaka Husada, nomor kepesertaan 0001144109XXX dan segmen Pekerja Penerima Upah (PPU).
” Suami saya pernah menjalani rawat inap selama tujuh hari di Rumah Sakit swasta di Surabaya, dan sakitnya pada saat itu sempat menunggu beberapa waktu hasil keputusan dari dokter spesialis penyakit dalamnya,” ucap Shanty kepada bidiknasional.com di Sidosermo Surabaya (28/09).
Tak menunggu waktu lama lanjutnya, dokter menyatakan, pasien Ricky harus menjalani operasi usus buntu pada saat itu.
Shanty istri Ricky Mario Peserta JKN-KIS
Bergabung sebagai peserta BPJS Kesehatan sejak tahun 2014, perempuan yang selalu berhijab ini memaparkan, sakit yang dialami sang suami terjadi antara tahun 2015-2016.
Bicara manfaat pengobatan apa saja yg telah suami peroleh atas program JKN-KIS, ia menjelaskan, utamanya adalah dalam hal biaya. ” Alhamdulillah gratis, meskipun ada yang bayar tapi masih terjangkau,” ujarnya singkat.
Secara pribadi kata dia, pelayanan RS ditopang realisasi program jaminan kesehatan yang sangat baik, baginya merupakan layanan good job bagi masyarakat terutama Ricky Mario (suami) yang diperlakukan secara baik tanpa ada perbedaan, bahkan kelas kepesertaan pun sesuai.
” Kelas dua, layanan kamar dan seterusnya sesuai dengan kelas peserta,” imbuhnya.
Dijelaskannya, adapun pembiayaan kesemuanya memang ada obat yang harus dibeli secara langsung atau tunai. Namun alasannya karena memang ketersediaan obat yang dijaminkan oleh BPJS Kesehatan pada saat itu sedang tidak ada atau kosong.
” Memang pernah mas, pihak rumah sakit menyarankan agar kami membeli obat. Tentunya ya, harus beli dong mas. Itupun karena pas kosong, menurut saya masih bisa dijangkau dan sah-sah saja,” ungkapnya.
Wanita mandiri dengan tiga momongan dan memiliki usaha toko dirumahnya sendiri ini saat kembali ditanya wartawan apakah puas dilayani dengan JKN-KIS, dirinya menegaskan, secara pribadi dan keseluruhan puas.
” Cuman, pas saat suami sebelum dilakukannya operasi usus buntu itu, rawat inap suami saya sudah 4 hari dan waktu itu penyakit belum terdeteksi. Menurut pihak RS, jatah rawat inap saya sudah lebih batas. Jadi saya diberikan dua pilihan, mau naik kelas atau cek out. Lalu kemudian cek in lagi. Alhamdulillah, Sebelum putusan cek out kami ambil, analisa dokter memvonis penyakit sudah ditemukan, dan besoknya segera dilakukan operasi pengambilan usus buntu,” urainya.
Lebih spesifik lagi Shanty secara umum berharap, pelayanan di BPJS kesehatan jangan sampai ada kesenjangan, antara pasien umum dan pasien BPJS Kesehatan.
” Semoga tidak ada kendala yang dialami masyarakat, saat menggunakan kartunya baik di faskes maupun di RS,” pungkasnya. (*/boody)