ACEHSINGKIL

Keluarga Korban Duga Ada Oknum di Pulau Banyak Rekayasa Pemakaman Dengan Protap Covid-19

Pemakaman dengan protap Covid -19 yang dipermasalahkan keluarga korban

SINGKIL,bidiknasional.com – Bustami seorang warga asal Desa Teluk Nibung Kecamatan Pulau Banyak Kabupaten Aceh Singkil tidak terima anaknya Restu Permatasari (29) difitnah meninggal karena terpapar Covid-19. Padahal anaknya tersebut meninggal karena sakit pada paru-parunya.

Ia menduga terdapat oknum yang memanfaatkan kematian anaknya tersebut dengan seolah-olah merekayasa dikubur sesuai protokol tetap Covid-19.

Mengingat pada saat prosesi pengurusan jenazah anaknya, disaat anaknya dishalatkan dimasjid. Diwaktu yang sama ada oknum dengan pakaian astronot berikut peti matinya seolah-olah menguburkan jenazah dengan protokol tetap Covid-19 pada liang lahat anaknya.

“Anak saya masih dishalatkan di masjid, sementara dikuburan anak saya ada orang dengan berpakaian astronot melakukan penguburan, kan ini aneh seperti ada perekayasaan,” sebut Bustami melalui sambungan telepon, Jum’at (15/10/2021).

Bustami menceritakan kronologi kejadian yang menimpa keluarganya tersebut. Awalnya Jenazah Restu Permatasari tiba di Desa Teluk Nibung diterima oleh pihak keluarga, Sabtu (9/10/2021) siang.

Restu merupakan warga Pulau Banyak yang sebelumnya bekerja sebagai tenaga kesehatan di Puskesmas di Kabupaten Aceh Besar.

Ia sebelumnya merupakan tenaga kesehatan di RSUD Aceh Singkil, namun pindah tugas ke Aceh Besar lantaran ikut sang suami yang tugas di Pusat Kesehatan Angkatan Darat (Kesdam) Aceh.

Bustami selaku orang tuanya menyebut, anaknya tersebut sebelumnya sakit paru-paru. Ia dirawat di Puskesmas tempatnya bekerja. Kemudian dirujuk ke rumah sakit Kesdam Banda Aceh.

“Selama beberapa hari dirawat di rumah sakit Kesdam, dinyatakan anak saya juga terpapar positif Covid-19,”

Sebelas hari dirawat dirumah sakit Kesdam, si pasien belum sembuh juga. Kemudian dirujuk ke Rumah Sakit Zainoel Abidin Banda Aceh.

“Selama dirawat dirumah sakit Kesdam dan RSZA itu perawatannya selama tujuh belas hari,”

Kata dokter melalui sang suami yang bernama Odi, dua hari sebelum istrinya meninggal dunia statusnya negatif Covid-19. “Anak kita meninggal pada hari Jumat  pekan lalu 8 Oktober pukul 11.30 Wib,”

Selaku orang tua, Buztami mengusulkan kepada menantunya agar menyampaikan kepihak rumah sakit agar jenazah anaknya Ratih akan dimakamkan di kampung halamannya di Pulau Banyak.

“Tolong disiapkan pemandian dan pengafanannya oleh rumah sakit. Ada tiga ustadzah yang menyelesaikan pekerjaan memandikan dan mengkafankan,”

Lantaran jarak antara Banda Aceh ke Pulau Banyak jauh, jenazah kemudian dimasukan ke dalam peti mati.

“Kemudian dibawa jenazah tadi menggunakan ambulan menuju Pulau Banyak. Dua Petugas ambulan yang mendampingi tidak memakai baju astronot dan sarung tangan, hanya masker. Tidak memakai pakaian prokes,”

Sesampainya di Singkil pada kesokan harinya Sabtu sekitar pukul 10.00 Wib. Dinaikan speedboat yang telah disiapkan oleh pihak keluarga.

“Saat menaikan jenazah dari ambulan ke speedboat, keluarga kami tidak memakai masker begitu juga tentara yang berada dilokasi,”

Bustami merasa terkejut ketika tiba di Teluk Nibung Pulau Banyak, jenazah disambut oleh orang-orang berpakaian astronot.

Kemudian jenazah dibawa kerumah duka. Setelah sanak famili melepas rindu, melihat muka dan menciumnya. Jenazah selanjutnya dibawa menggunakan keranda untuk dishalatkan di masjid untuk selanjutnya dikuburkan ke TPU (tempat pemakaman umum) setempat.

Peti yang sebelumnya digunakan untuk membawa jenazah tadi, ternyata sudah dibawa ke TPU oleh orang yang berpakaian astronot.

“Kemudian mereka mendokumentasikan seolah-olah sedang melakukan pemakaman jenazah Covid sesuai protokol tetap (Protap) Covid-19. Entah Siapa yang mengkondisikan seperti itu,”

Bustami tidak mengetahui siapa orang yang berpakaian astronot tersebut berasal dari mana, apakah dari desa atau puskesmas setempat.

Padahal diwaktu yang sama, pihak keluarga sedang menshalatkan jenazah di masjid setempat.

Keluarga baru-baru ini mengetahui kalau foto-foto pemakaman jenazah yang dilakukan oleh orang berpakaian astronot dishare dihanphone.

Bustami beserta keluarga tidak terima atas tindakan oknum yang memanfaatkan situasi yang menimpa keluarganya tersebut.

“Jangan sampai kami difitnah merekayasa dan mengada-ada penguburan anak kami, orang-orang pada enggan menjenguk kami,”

Ia menuding ada pihak yang tidak bertanggungjawab merekayasa seolah-olah anaknya meninggal dalam keadaan terpapar Covid-19.

“Ini menjadi hal buruk pada keluarga kami, kami tidak terima atas tindakan oknum yang tidak bertanggungjawab itu,” tukas Bustami.

Hasil dari RSZA melalui surat keterangan yang diterima pihak keluarga bahwa jenazah meninggal dikarenakan sakit paru-paru.

Risnaldi salah seorang anggota keluarga lainnya menambahkan jika hal ini sudah dipertanyakan kepada Kepala desa setempat.

“Namun jawaban kepala desa tidak mengetahui perihal siapa oknum berbaju astronot tersebut,” katanya. (Roni)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button