
Tek Gambar: Taufiq/24 Peserta JKN KIS
SURABAYA, BIDIKNASIONAL.com – Menceritakan pengalaman menerima layanan kesehatan pada waktu berobat hingga menjalankan rutinitas kontrol, Taufiq warga Mojo 3F , Kelurahan Mojo, Kecamatan Gubeng Kota Surabaya memastikan bahwa program BPJS Kesehatan melalui Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN KIS) telah menjadi pilihan utama memperoleh layanan kesehatan bagi dirinya dan keluarga.
Alasan tersebut dikemukakan oleh pria yang saat ini masih aktif sebagai seorang pengajar atau ustadz di PP. Madrasatul Qur’an Tebuireng Jombang kepada bidiknasional.com, di Surabaya, Selasa 29 Maret 2022, pagi.
Taufiq menerangkan, dirinya adalah pasien rutin di RSUA (Rumah Sakit Universitas Airlangga) Surabaya sejak bulan November 2021.
Menjawab pertanyaan wartawan terkait alasan memilih BPJS Kesehatan saat berobat, Taufiq menjelaskan, hal ini satu pengalaman pribadi ketika ia mengalami problem keluhan pada perut sisi kanan atas.
” Saya sering mengeluhkan sakit dibagian perut sebelah kanan. Jika ditekan sakit, makan atau minum sedikit saja terasa kenyang dan timbul mual seperti hendak muntah,” ujar dia.
Selanjutnya atas rekomendasi dari beberapa saudaranya, Taufiq mendatangi salah satu Klinik Lestari di daerah Gebang Surabaya.
Petunjuk awal paska periksa di klinik, surat rujukan dikantongi untuk melanjutkan cek darah lengkap + rapid.
Dokter Klinik sendiri menerangkan bahwa jika tidak harus di tangani secepatnya maka membahayakan karena itu sudah lumayan parah menurut dokter.
” Periksa pertama hanya di cek dan perkiraan sakitnya usus buntu. Langkah selanjutnya saya disarankan melakukan tes lab darah lengkap untuk mengetahui apakah benar-benar, sakit usus buntu. Mengenai biaya kemungkinan Rp.700.000,- (Tujuh Ratus Ribu Rupiah) jika di lakukan di luar Klinik,” tutur Taufiq mengutib pembicaraan dokter Klinik.
Spontan, Taufiq menentukan pilihan pada Kartu KIS yang selama ini dimilikinya.
” Pilih BPJS Kesehatan saja, jangan ragu ragu atau mendengarkan omongan omongan dari orang yang memberikan kabar belum tentu kebenarannya dan belum tentu bisa dibuktikan, kalau berobat dengan BPJS Kesehatan akan dibedakan,” tutur Taufiq menirukan ucapan ayahnya.
Sekira di bulan November 2021 dan telah masa pandemi Covid19, pria yang mengajar di Pondok Pesantren sejak tahun 2017 tersebut menyebutkan, berobat di RSUA sebagai bentuk lanjutan perintah dokter Klinik Lestari Gebang.
Proses registrasi pendaftaran RSUA Surabaya, terbilang sederhana tidak ribet dan cepat. ” Datang, pasien diterima, swab, registrasi atau daftar diloket pendaftaran, isi pilihan berobat menggunakan BPJS kesehatan, disertai lampiran bukti KTP dan Kartu KIS. Setelah itu, saya langsung diperiksa intensif.
Selama lima hari menjalani rawat inap kata Taufiq, menjadi pengalaman pertamanya berobat berstatus pasien JKN. ” Dilayani kok pak. Tidak dibedakan. Padahal saya adalah peserta KIS yang dibayarkan iuran nya setiap bulan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Pelayanannya cukup bagus, maksimal dan saya sendiri merasa tidak dibedakan,” ungkapnya.
” Nilai 100 bagi BPJS Kesehatan dan RSUA, Kamar atau ruangannya seperti kelas VIP, ber ac, perawat, dokter, cleaning service ramah selalu menyapa. Serasa pasien umum pak. Apalagi ruangannya bersih dan di isi tidak banyak orang. Satu ruangan waktu itu hanya dua orang ,padahal luas kamar kurang lebih 8 meter kali 8 meter,” beber Taufiq.
Kembali pada bulan Januari 2022 sambung Taufiq, dirinya mengalami keluhan yang sama diperut.” Langsung kami mendatangi RSUA Surabaya kembali. Dari diagnosa dokter kami di vonis sakit pembengkakan limpa. Periksa lagi di bulan Januari itu, saya juga rawat inap selama kurang lebih 8 hari,” sebutnya.
Dan yang terakhir, kemarin pak. Senin, 28 Maret 2022 saya mengeluhkan hal serupa dan kembali berobat ke RSUA. Ketakutan ada sakit usus buntu atau yang lain. Hasil periksa kemarin, alhamdulillah, bukan sakit usus buntu,” jelas Taufiq.
Secara keseluruhan, BPJS Kesehatan telah memberikan ketenangan kata Taufiq. Ia merasa program ini benar-benar memperhatikan dan mempedulikan masyarakat.
” Saya berharap, BPJS kesehatan terus ada, mewakili harapan tetangga dan kerabat saya. Apalagi di Surabaya seperti saya ini mengalami pelayanan istimewa tidak seperti dikota lain. Tidak punya kartu BPJS, jika warga Surabaya dan memiliki KTP Surabaya otomatis punya kartu KIS.
Benar ini pak, teman saya di Jombang ngomong seperti itu. Enak ya, bisa langsung punya kartu BPJS tanpa harus mendaftar. ” Moro-moro” (tiba-tiba-red) punya kartu,” urainya.
Sedikit menambahkan ujar Taufiq, meminta, program baik untuk masyarakat Surabaya ini terus ada. ” Meskipun ganti pemimpin, saya meminta pak, dan mohon diwakili menyampaikan, program BPJS Kesehatan harus ada dan jangan digantikan,” tutupnya.
(☆/boody)