DPRD Kaltara: Ada Perbedaan Harga Sembako di Krayan dan Apo Kayan
Ellia Dj, anggota Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara)
TANJUNG SELOR, BIDIKNASIONAL.com – Terkait belum sirnanya virus Covid-19, Ellia Dj, anggota Komisi III Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Provinsi Kalimantan Utara (Kaltara) menyebut, ada perbedaan harga sembako yang dirasakan warga di wilayah Krayan, Kabupaten Nunukan dan warga Apo Kayan, Kabupaten Malinau.
“Saat ini persoalan ekonomi, khususnya untuk mencukupi 9 bahan pokok, sangat terasa sekali bagi warga Krayan dan warga Apo Kayan,” kata Ellia Dj, Kamis (19/5/2022).
Persoalan sembako dan bahan bakar minyak (BBM) satu harga di wilayah perbatasan, seperti yang disebut-sebut itu tidak terjadi di sana, khususnya di wilayah terjauh dari ibu kota kecamatan dan bandara perintis. “Betul, dia satu harga, tapi itu hanya dimana tempat pesawat udara mendarat. Katakanlah di kecamatan induk, tapi pendistribusiannya di kecamatan lain itu yang menjadi masalah,” jelasnya.
Sebab, ongkos atau biaya untuk mendatangkan sembako atau BBM ke desa-desa terjauh sudah tidak berimbang lagi. Selain itu, di wilayah Apo Kayan yang menjadi kesulitan selama ini adalah terkait masalah jalan yang kerusakannya sudah sangat parah, yaitu akses jalan menuju Kota Samarinda, Provinsi Kalimantan Timur (Kaltim). Warga lebih mudah menjangkau ke sana (Samarinda) ketimbang ke Malinau atau ke Tanjung Selor, Bulungan.
“Akses jalan untuk menjangkau Desa Long Bangun, selanjutnya ke Samarinda sepanjang 147 kilometer ini benar-benar sangat sulit untuk dilintasi oleh berbagai jenis kendaraan dan memang sangat sulit untuk diperbaiki oleh pemerintah, lantaran berada di areal penguasaan lahan (APL) PT Sumalindo,” jelas Ellia.
Dulunya, jalan dimaksud sangat bagus, karena PT Sumalindo sudah tidak beroperasi di lokasi tersebut, maka ruas jalan yang ada sudah tidak terurus lagi. Bahkan, jembatan yang dulu ada, sekarang sudah rusak. Mobil-mobil yang mengangkut kebutuhan warga menyeberangi sungai yang cukup dalam dan lebar. “Intinya, saat ini daerah Apo Kayan dan Krayan tidak ada akses, boleh dikatakan terisolir dari daerah di sekitarnya,” terang Ellia.
Harapan kita, sambungnya, apapun persoalan di sana harus ada solusi terbaik dari pemerintah. Minimal untuk tahun anggaran ini dan selanjutnya dana Subsidi Ongkos Angkut (SOA) barang dan orang ditingkatkan atau ditambah besarannya.
Memang selama ini warga di perbatasan mengandalkan pasokan sembako dan BBM dari negeri jiran Sabah Malaysia. Hanya saja, selama pandemi pintu masuk orang dan barang menuju daerah perbatasan ditutup (lockdown). Satu-satunya harapan untuk pasokan sembako dan BBM hanya melalui angkutan udara dari Tarakan dan Malinau.
“Mudah-mudahan dengan kehadiran PLBN nanti mampu menjawab kebutuhan warga kita. Kasihan saudara kita yang ada di perbatasan negara,” harapnya Ellia, seraya berharap untuk anggaran SOA harus lebih besar. Pasalnya, hal itu tidak luput dari urusan perut manusia.
Laporan: humas setwan/*
Editor: Budi Santoso