JATIMSIDOARJO

Munculnya Standar Kecantikan Baru di Indonesia

SIDOARJO, BIDIKNASIONAL.comStandar kecantikan seringkali diterjemahkan dengan kulit putih. Hal tersebut bukan lagi isu baru di Indonesia. Standar kecantikan di Indonesia umumnya adalah berkulit putih, rambut lurus, dan memiliki tubuh yang ideal. Selain wajah, orang-orang juga cenderung memperhatikan bagian tubuh yang lain sebagai standar kecantikan.

Hal ini terjadi dikarenakan representasi cantik di media lebih banyak didominasi oleh perempuan-perempuan berkulit putih dan berbadan langsing dan diperparah oleh industri kecantikan yang mendoktrin hal yang sama.

Konstruksi media massa merupakan salah satu faktor utama di mana membuat pandangan sebagai perempuan menciptakan adanya stigma yang mengatakan cantik itu berbadan langsing. Persepsi cantik sendiri dibentuk oleh industry kecantikan agar produk mereka laku di pasaran.

Berbicara perihal cantik, besar sangkut pautnya dengan tampilan fisik, atas sampai bawah bahkan dari warna dan bentuknya. Dikutip dari Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), standar didefinisikan sebagai “ukuran tertentu yang dipakai sebagai patokan”.

Sedangkan, kecantikan diartikan sebagai “keelokan (tentang wajah, muka); kemolekan”. Bisa disimpulkan, bahwa standar kecantikan berhubungan dengan patokan ukuran keelokan atau kemolekan seseorang. 

Pahami asal mula standar kecantikan dilahirkan

Standar kecantikan Indonesia, dimulai sejak tokoh pewayangan Ramayana populer (Titib, 1998). Tokoh Sinta, istri dari Rama, yang digambarkan ‘bercahaya bak rembulan’ ditafsirkan sebagai wanita yang memiliki kulit bercahaya.

Ketika memasuki zaman penjajahan bangsa Eropa, produk-produk kecantikan diiklankan mengikuti standar mereka, begitu juga saat penjajahan Jepang. Terlepas dari berubahnya penguasa, yang tidak berubah adalah standar kecantikan mereka yaitu, kulit putih. Bukan lagi kuning langsat, seperti kulit khas aristrocrat. Bukan juga kulit sawo matang, kulit khas penduduk negara tropis.

Jika menengok sejarah, standar kecantikan Indonesia memang paling banyak dipengaruhi oleh bangsa-bangsa yang pernah menjajah Indonesia. Apalagi dengan kuatnya arus globalisasi di era modern ini, yang menjadikan standar kecantikan orang Indonesia tidak pernah lagi benar-benar Indonesia.Bahkan selama ini, industri kecantikan di Indonesia berkembang pesat di atas perasaan insecure para perempuan terhadap tubuh dan wajahnya. Mereka menciptakan berbagai produk seperti krim pemutih wajah, obat pelangsing tubuh, losion anti keriput, dan lain sebagainya.

Dengan membuat standar yang ‘mustahil’ seperti itu dan seragam lewat media, yaitu kulit putih dan mulus, tubuh langsing, perempuan dibuat berpikir bahwa ada sesuatu yang salah dengan tubuh mereka dan harus diubah demi masuk standar kecantikan tersebut.

Kamu cantik jika sudah memenuhi standar kecantikanmu sendiri

Pahami bahwa satu-satunya standar kecantikan yang perlu kamu penuhi adalah standar kecantikan dirimu sendiri, bukan orang lain. Ingatlah selalu, bahwa kamu hidup di dunia ini bukan untuk orang lain, apalagi laki-laki. Menjadi sehat adalah satu-satunya standar kecantikan yang semua orang dan kamu harus penuhi. Mengapa? Karena tubuhmu itu dibuat oleh Tuhan, maka menjaga pemberian Tuhan adalah perintah-Nya.

Terlepas dari warna kulit, kesehatan wajah juga sama pentingnya. Berhentilah melakukan perawatan wajah jika kamu bertujuan ingin dipanggil cantik, tapi lakukanlah untuk dirimu sendiri dan menjaga pemberian Tuhan. Berhentilah melakukan diet dan olahraga karena ingin diterima masyarakat, tapi lakukan agar tubuhmu selalu sehat dan bugar. Berhenti merasa tidak aman karena memiliki dada dan pantat yang rata, selama masih befungsi dengan baik, tidak ada yang perlu dipikirkan. Jangan menunggu dunia untuk berubah untuk merasa nyaman di tubuhmu sendiri.

Korea Selatan berhasil membius masyarakat di penjuru dunia, tidak terkecuali di Indonesia dengan beragam kebudayaannya. Hal ini yang di mana disebut sebagai Korean Wave.

Terdapat berbagai aspek budaya dalam Korean Wave yang salah satunya adalah K-beauty. Dari dulu hingga kini, K-beauty tidak pernah gagal dalam menarik perhatian masyarakat, terutama kaum hawa. Berkembangnya K-beauty di Indonesia tidak terlepas dari pengaruh aspek-aspek lain dari Korean Wave seperti K-pop serta K-drama.

Selain kedua aspek di atas, maraknya penggunaan media sosial turut menyumbang alasan mengapa tren kecantikan ala Korea Selatan dapat dengan mudah berkembang di Indonesia. Perempuan-perempuan di Korea Selatan, apabila ingin dikatakan cantik, mereka harus memenuhi beberapa aturan standar kecantikan yang telah dikonstruksi oleh masyarakat seperti kulit putih, tampilan wajah mulus tanpa noda, wajah tirus dengan dagu berbentuk seperti huruf V, badan langsing tanpa lemak, dan lain-lain.

Aturan mengenai standar kecantikan tersebut turut berdampak pada persepsi yang dibentuk oleh masyarakat, terutama kaum hawa di Indonesia dalam memandang definisi ‘cantik’ pada perempuan.

Pertanyaannya, mengapa hal tersebut dapat terjadi? Penyebab pertama adalah masuknya K-pop serta K-drama ke Indonesia. Dua aspek tersebut masih menjadi puncak teratas konsumsi hiburan masyarakat di Indonesia hingga saat ini. Deretan idola K-pop serta para pemain drama Korea dengan tampilan fisik yang sempurna menjadi daya tarik tersendiri bagi para penggemarnya.

Daya tarik tersebut akhirnya timbul menjadi keinginan untuk memiliki penampilan yang seperti para idolanya tersebut. Dari hal itu, berbagai cara dilakukan, seperti dengan menggunakan rangkaian produk kecantikan yang memiliki klaim memutihkan secara instan, mengikuti tren make-up dari artis Korea, dan bahkan ada yang melakukan diet ekstrem hingga melakukan perubahan pada wajahnya dengan berbagai metode kecantikan yang telah bertebaran di pasaran.

Standar kecantikan tersebut juga berdampak pada penggunaan produk make-up yang digunakan, seperti karena ingin memiliki kulit putih akhirnya banyak perempuan yang memilih produk make-up yang tidak sesuai dengan tone warna kulit sehingga hal ini berakibat pada perbedaan warna kulit di antara wajah dengan leher serta tangan atau tampilan wajah yang terlihat berwarna abu-abu.

Sering melihat produk-produk perawatan kulit yang mengandung bahan berbahaya yang diciduk oleh pihak kepolisian? Nah, munculnya berbagai produk perawatan kulit yang menawarkan hasil tampilan wajah putih serta mulus tanpa noda, tetapi dengan menggunakan bahan berbahaya juga merupakan akibat dari adanya standar kecantikan yang telah dibentuk oleh masyarakat di Indonesia; hal tersebut tidak terlepas dari Korea Selatan sebagai referensinya.

Metode Kecantikan

Tampilan idola dan artis drama Korea dengan wajah tirus serta dagu berbentuk seperti huruf V masih menjadi idaman para perempuan di Indonesia. Keinginan untuk memiliki wajah seperti itu berakibat pada menggunakan metode kecantikan yang bertebaran di pasaran, seperti melakukan metode filler, botox, atau bahkan sampai kepada metode operasi plastik.

Selain itu, banyak dari idola atau artis Korea yang membagikan tips diet dengan efek menurunkan berat badan dengan cepat, seperti penyanyi IU yang melakukan diet hanya dengan makan satu buah apel pada pagi hari, siang harinya hanya mengonsumsi satu buah ubi, serta minum protein shake pada malam hari. Efeknya, IU dapat menurunkan berat badan hingga 8 sampai 10 kg hanya dalam waktu seminggu.

Melihat hasil yang diperlihatkan oleh IU, yakni tampilan bentuk tubuh yang ideal, hal ini dapat menjadi referensi bagi kaum perempuan di Indonesia dan berujung pada mengikuti diet ekstrem tersebut. Namun, dari kita tidak pernah memperhatikan efek samping yang ditimbulkan. Selain itu, apabila ada teman kita yang memiliki tampilan fisik yang sesuai dengan apa yang dibentuk oleh masyarakat saat ini, akibat dari adanya tren K-beauty, akan memperoleh like atau komentar positif yang lebih banyak.

Dari hal itu, berakibat pada, perempuan lain menginginkan tampilan yang serupa dengan tujuan mengejar like serta komentar positif di media sosial. Berbagai cara dilakukan, salah satunya dengan menggunakan filter foto yang beredar di aplikasi gawai agar dapat memberi tampilan yang sempurna, seperti wajah tirus dengan dagu berbentuk seperti huruf V, hidung mancung, dan kulit putih.

Berdasarkan konsep hiperrealitas Jean Baudrillard, masyarakat, dalam hal ini perempuan, tingkat kesadaran mereka semakin mengalami penurunan dalam melihat apa yang “real” akibat dari apa yang telah dikonstruksikan oleh masyarakat perihal standar kecantikan dalam media sosial. Menurut Baudrillard, citra lebih meyakinkan daripada realitas atau fakta yang sebenarnya dan bahkan menjadi model referensi baru bagi masyarakat.

Standar Baru

Tren K-beauty yang telah membius perempuan-perempuan di Indonesia menimbulkan standar kecantikan baru. Perkembangan K-beauty tersebut berakibat pada perempuan-perempuan di Indonesia akan terbayang-bayang apabila tampilan fisiknya tidak sesuai dengan tren kecantikan saat ini. Hal tersebut, berujung pada penggunaan filter foto yang dapat memberikan kesan ‘cantik’ seperti artis Korea Selatan; hal tersebut tidak merepresentasikan dirinya yang sebenarnya.

Ubah inscecure jadi bersyukur

Coba renungkan kembali, Tuhan itu sejatinya sudah memberikan yang terbaik untuk kamu,  masih diberikan tubuh yang sehat, dimana semua organ tubuh berfungsi dengan optimal tanpa kurang sedikitpun.

Kamu harus bersyukur, karena masih banyak perempuan lain yang mungkin tidak seberuntung kamu. Jangan sampai standar kecantikan membuatmu jadi tidak bersyukur atas pemberian Tuhan.

Ingat, bahwa kamu tidak membutuhkan semua orang untuk menyukai dan menerima dirimu, beberapa orang yang tulus mencintai dirimu apa adanya sudah cukup. Dan teruslah mencintai dirimu sendiri.

Mirisnya di luar sana, banyak perempuan yang berusaha mati-matian untuk mencapai standar kecantikan yang ‘mustahil’, hingga tak lagi mempertimbangkan kesehatan fisik dan psikologis, bahkan perekonomian.

Mereka lebih memilih mengikuti standar yang diagung-agunkan oleh masyarakat, daripada menerima diri mereka apa adanya, dengan dalih agar diterima oleh society.

Berikut ini, simak beberapa cara yang bisa kamu lakukan untuk melawan berbagai narasi standar kecantikan yang tak masuk akal dan tidak relevan. 

Laporan: yah

Editor: Budi Santoso

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button