SURABAYA, BIDIKNASIONAL.com – Dikutib dari radarjatirogo.com, Pagi itu tepat pada pukul 8.30, Kami para jamaah umroh travel arofahmina berkumpul di terminal T2 Bandara Juanda untuk melaksanakan briefing keberangkatan. Setelah ditutup dengan doa dan perpisahan dengan keluarga/pengantar, kami diarahkan check in kedalam ruangan tunggu untuk menanti pesawat yang akan membawa kami ke kota Madinah Munawarah di negara Saudi Arabia.
Penerbangan kali ini menggunakan pesawat Batik air dengan nomor penerbangan 075 JT. Pesawat yang kami gunakan kali ini relatif lebih kecil dibandingkan pesawat yang biasa digunakan oleh jamaah Travel arofahmina yaitu pesawat Saudi Arabia Airlines. Akan tetapi hal itu tidak menyurutkan para jamaah untuk melaksanakan panggilan Allah ini.
Setelah penerbangan lebih kurang 10 hingga 11 jam kami tiba di airport Muhammad bin Abdul Aziz Madinah Munawarah. Setelah menyelesaikan proses ke imigrasi an kami langsung keluar Bandara dan sudah ditunggu oleh muthowif/ pemandu umroh yang bernama Ustaz Jaswardi yang berasal dari Lombok. Beliau memiliki pengalaman yang cukup lama di bidang muthowif yaitu selama 8 tahun untuk melayani para jamaah umroh.
Jam menunjukkan pukul 8.30 malam ketika kami tiba di hotel Golden Hayat yang bertepatan dengan pintu 320 arah Masjid Nabawi. Jarak antara hotel dan Masjid Nabawi Sekitar 500 meter. Kemudian dilanjutkan dengan makan dan salat Maghrib yang dijama’ dengan Isya dan sambung dengan istirahat.
Pukul 2.30 pagi, kami sudah berkumpul di lobby. Kemudian bersama-sama berjalan ke masjid Nabawi untuk melaksanakan salat sunnah Tahajud berjamaah. Diselingi dengan tausiyah dan arahan dari pembimbing atau TL. Untuk tausiah kali ini pembimbing menjelaskan tentang keutamaan salat di Masjid Nabawi, yang mana sesuai dengan hadis Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam, salat di masjid tersebut pahalanya 1000 kali lipat dibanding salat di masjid yang lain. Tak lama berselang alunan panggilan adzan Subuh pun berkumandang. Terasa salat yang kami laksanakan subuh itu begitu syahdu.
Setelah melaksanakan salat subuh kami kumpul kembali di halaman masjid Nabawi, kami dipimpin muthawif dan tour leader berziarah ke tempat-tempat bersejarah di sekitar Masjid Nabawi. Yang pertama tentunya kami sebagai tamu harus sowan, atau minta izin kepada shohibul bait atau tuan rumah. Yaitu beliau Baginda Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi Wasallam. Dikarenakan paska pandemi semua aturan berubah maka pada kali ini kami tidak bisa dengan mudah ber jalan menyusur menuju samping makam Rasulullah melalui Babussalam atau pintu salam seperti masa sebelum sebelumnya. apalagi kami beserta rombongan ibu-ibu atau para wanita, sehingga kami hanya mampu mengucapkan salam dari luar masjid ke arah kubah hijau yang dibawahnya terletak makam Baginda Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. Sungguh suatu perasaan sesak, Haru dan sebak di dada. Kerinduan kami kepada Baginda dan harapan kami untuk menjadi umatnya yang berbaris bersama beliau pada hari kebangkitan kelak. Hanya untaian salam dan sholawat yang kami panjatkan pada pagi yang indah itu. Kemudian dilanjutkan kami mengirimkan salam kepada sahabat Baginda yaitu khalifah pertama Abu Bakar As Siddiq dan juga kepada khalifah kedua yaitu Umar Bin khotob yang berada satu ruangan yang sama dengan Baginda Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam.
Selanjutnya kami berdoa ke arah makam Baqi, makam Baqi adalah pemakaman umum dimana para sahabat nabi dan istri-istri nabi serta anak-anak nabi dimakamkan di tempat tersebut. Saat berziarah sedang berlangsung, Fajar pun terbit. manakala secara otomatis payung-payung raksasa yang kuncup di halaman masjid Nabawi mulai terbuka bak ibarat bunga-bunga yang bermekaran. Payung-payung ini mempunyai fungsi untuk melindungi atau menahan terik panas matahari yang menyengat di bulan September ini.
Sembari berjalan pulang, kami menziarahi masjid-masjid di sekitar Masjid Nabawi diantaranya ada yang disebut dengan masjid Ghumamah yang mana pada sejarahnya masjid ini digunakan oleh Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam pertama kalinya salat idul fitri selepas beliau berhijrah dari Mekah ke Madinah. Kemudian masjid ini mempunyai arti naungan awan yang mana pada kisahnya Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam ketika salat di masjid ini dinaungi oleh awan salam rangka sholat meminta hujan. Masjid ghumamah pada saat ini tidak lagi digunakan sebagai tempat salat akan tetapi lebih sebagai semacam museum atau tempat nampak tilas, kemudian ada juga masjid yang tidak jauh dari masjid ghumamah yaitu Masjid yang dinamakan Masjid Abu Bakar. dalam riwayatnya masjid tersebut dibangun oleh Khalifah Abu Bakar As Siddiq Akan tetapi sekarang tidak digunakan, bahkan hanya dijadikan sebagai monumen.
Setelah itu pun kami melanjutkan perjalanan ke suatu taman yang berada di sebelah Masjid Nabawi Taman tersebut dinamakan dengan saqifah Bani Saadah, yaitu tempat dimana Khalifah Abu Bakar As mengambil sumpahnya menjadi khalifah sepeninggal wafatnya Baginda Nabi Sallallahu Alaihi Wasallam. Lalu kami pun kembali ke hotel untuk sarapan dan istirahat.
Hari itu kami melaksanakan salat lima waktu di Masjid Nabawi, Kami juga mendapatkan giliran sesuai yang ditetapkan kerajaan Saudi Arabia melalui Kementerian Haji dan umrah untuk masuk dan salat di roudhoh. Roudhoh adalah suatu yang tempat yang berada diantara kamar dan mimbar Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam yang mana disebutkan dalam salah satu hadist bahwa tempat tersebut adalah tempat yang berasal dari tanah surga yang diturunkan ke bumi dan memiliki kelebihan mustajabnya doa yang di panjat di tempat tersebut. sehingga tidak heran kaum Muslimin yang datang ke Madinah pasti akan berusaha agar dapat salat di dalam roudhoh. Setelah melalui proses antrian yang panjang akhirnya jamaah arofahmina dapat masuk dan salat di dalam raudhoh di mana pada momen itu dada kita begitu terguncang, jiwa kita begitu Terpukul Penyesalan akan kehilafan kehilafan selama ini semua ditumpahkan di tempat tsb dan juga doa doa Harapan dan keinginan keinginan agar di ijabah oleh Allah subhanahu wa ta’ala. Sungguh inilah suatu momen dimana ego kita runtuh, kesombongan kita lebur, kita hanya merasa bagaikan Butiran Debu dan tak ada daya dan upaya kecuali milik Allah Subhanahu Wa Ta’ala.
Puas bermunajat di Raudhoh. Kami diarahkan atau lebih tepatnya di perintahkan oleh para tentara atau yang biasa disebut dengan Askar bergantian meninggalkan Raudhoh agar antrian berikutnya dapat masuk ke tempat tersebut, kami pun berjalan melalui pintu yang mana terletak makam Baginda Nabi Sallallahu Alaihi yang begitu dekat dengan tempat kita berjalan sekali lagi mau tidak mau memaksa air mata tumpah ruah dikarenakan rasa Haru, Rindu, dan tak percaya karena tempat kita berdiri saat ini begitu dekat dengan Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam.
Penulis: Ustad Hudy Hidayat Arofah Mina/Bp/red
Editor: Budi Santoso