JATIMJOMBANG

Fashion On The Street “Launching Busana Khas Jombang Deles” Dibuka Bupati Hj.Mundjidah Wahab

Bupati Jombang Hj.Mudjidah Wahab bersama Wakil Bupati Jombang membuka “Fashion On The Street” (Foto: tok)

■ Disporapar Akan Segera Kembangkan Sektor Pariwisata

JOMBANG, BIDIKNASIONAL.com – Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Jombang sepertinya sudah mulai berbenah diri dengan menggalakkan pariwisata daerah. Minggu (23 Oktober 2022), menggelar acara yang semarak luar biasa yakni Fashion On The Street. Nampak sekdin juga ikut memeriahkan busana khas Jombang “Deles”.

Berbarengan dengan memeriahkan Hari Jadi ke 112, Hari Santri Nasional dan Hari jadi ke-77 Pemprov (Pemerintah Provinsi Jawa-Timur.
Bupati Jombang Hj. Mundjidah Wahab dan Wakil Bupati Jombang Sumrambah membuka acara.

Turut hadir dalam acara tersebut Kapolres Jombang beserta anggotanya, Dandim beserta anggotanya, Radar 22, Para DPRD dan para tamu undangan beserta seluruh elemen masyarakat ikut hadir.

Pada acara tersebut diperagakan busana khas Jombang oleh Putra- Putri Jombang.

Rangkaian acara dimulai pembukaan menyanyikan lagu Indonesia Raya dilanjutkan sajian tarian- tarian dan sambutan oleh Bupati Jombang.

Bupati Jombang Hj. Mundjidah Wahab dalam sambutan nya menyampaikan, Busana ini sarat nilai sejarah, filosofi dan latar belakang. Harapan ke depan, busana khas Jombang Deles ini akan di pakai setiap hari Kamis oleh ASN (Aparatur Sipil Negara) ” ujar Bupati Jombang.

Senen Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Jombang juga menjelaskan, Nilai sejarah, filosofi dan latar belakang busana khas Jombang ini ada.

Perlu diketahui, filosofi busana khas Jombang Deles “pria” disebut busana Kudawaningpati, yang terdiri dari;

1.Penutup kepala disebut Udheng/Blangkon Sundhul Mego ,merupakan gabungan penutup kepala tekes era abad 13, Udheng Remo, Udheng Ludruk,Udheng Jawa timuran,dan Blangkon Cekdongan . Mengingat kan bahwa insan Jombang sangat Egaliter,sangat menghormati perbedaan,dan sangat toleran. Nama Sundhul Mego diambil dari nama Patih dalam cerita Wayang Topeng Jatiduwur dalam lakon Wiruncono Murco . Udheng Blangkon Sundhul Mego dengan Poncot Ngarsoh atau Poncot depan ada 2 (dua) macam , yaitu Poncot Ngarsoh menghadap ke bawah yang melambangkan “Ati Sareh serta ndingkluk ‘e pari “?

2. Busana Atasan Jas Gulon Dwigatra juga dipakai oleh Bupati Jombang pertama Bupati Aryo Suroadingrat. Sedangkan Jas Gulon Dwigatra merupakan busana atasan pria ( bagian jas Gulon Dwigatra) ,jadi ada titik perbedaan dengan busana adat dengan daerah lain di Jawa-Timur dengan memakai kerah tegak ,agar bisa membedakan dengan bentuk Jas Mataraman dan Jas Jawa-Timuran atau disebut “Jas Basofi”. Selain itu, untuk nama Busana Dwigatra adalah bertemunya dua Gatra budaya , menurut pemetaan sejarawan dan budayawan / ilmuwan Profesor Ayu Sutarto, adalah Gatra Budaya Mataraman atau Pracima dan Gatra ” Budaya Arek”.

3. Tapih Kudaningpati Bebet (pria) .Istilah Tapih yang artinya kain atau busana bawah yang sudah dipakai sejak era Mataram kuno atau Medang. Nama Tapih Kudawaningpati untuk menunjukkan busana pria Jombang “Deles”
Nama Kuwaningpatih diambil dari tokoh dalam cerita Panji pada wayang Topeng Jatiduwur yang diprediksi masih peninggalan Mojopahit. Sejarah Mojopahit tak lepas dari sejarah yang ada di Jombang. Raden Panji Kudawaningpati adalah putra mahkota Kerajaan Jenggala yang wilayahnya masuk Jombang sebelah timur.
Tampilan Tapih Kudawaningpati (berupa gabungan dari celana dan sarung atau celarung) .Sedangkan bagian depan dibuat bukaan samping kiri untuk menghadap posisi pasangan busana putri. Bahkan bisa di gunakan bebet untuk acara tertentu dengan memakai celana hitam.

Filosofi Busana Khas Jombang Deles (wanita) disebut Busana Kemodoningrat yakni:

1. Busana Kemodo ningrat diambil dari nama Dewi Kemodoningrat,yaitu nama Dewi Sekartaji atau Galuh Candra Kirana,istri Panji Admarabangun alias Panji Kudawaningpati .Sedangkan Dewi Kemodoningrat dipercaya sebagai Pembabat Dusun Kemodo, Desa Dukuhmojo Mojoagung .

2.Kudung, Jilbab dan Selendang Pati, adalah penutup kepala wanita mengenakan kerudung polos yang senada dengan warna baju.Bahkan warna corak selendang yang disepakati adalah hijau botol, dengan kombinasi motif lain yang mencerminkan Islam sebagai agama mayoritas dan juga bentuk perwakilan warna santri.
Pada bagian kerudung ini sebagai penutup kepala sesuai ciri khas kabupaten Jombang sebagai kota santri . Untuk model kerudung berupa selendang seperti busana adat Jawa- timur pada umumnya. Dari itu, untuk yang mau mengenakan busana khas Jombang Deles putri yang muslim bisa mengenakan jilbab saja.

3. Tapih Kudawaningpati (wanita) bagian bagian bawa busana wanita Jombang Deles terbuat dari kain jarik serta memiliki sampitan kain penutup di bagian depan seperti jarik pada umumnya. Bagian depan di buat bukaan samping kiri untuk menghadap posisi pasangan busana putra,dan menghadap sebaliknya atau mengarah ke kanan.

Menurut Ali Arifin ketika mendampingi Kepala Disporapar Jombang Bambang mengatakan, Tentunya Disporapar Jombang sangat mengapresiasi dan perhatian dari kegiatan ini, karena ada unsur Uri-Uri Budaya Jawa.

“Semoga ada hikmah dari kegiatan ini membawah dampak baik,dan nantinya akan membawah gairah dan dapat menggeliat kan pada Sektor Pariwisata kembangkan terutama pada sumber daya lokal di Kabupaten Jombang,” ujarnya.

Laporan: Tok

Editor: Budi Santoso

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button