KAB.GARUT, BIDIKNASIONAL.com – Anggota Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia (MPR RI) Muhammad Hoerudin Amin, S. Ag., MH menggelar Sosialisasi Dapil (Sosdap) mengenai Empat Pilar Kebangsaan di Gedung Olahraga Kadungora Kabupaten Garut, Selasa, 23 Januari 2024.
Sosdap MPR RI tersebut terselenggara berkat kerjasama dengan Yayasan Duha. Pada kesempatan itu, Hoerudin sapaan akrabnya menguraikan tentang bagaimana penguatan kebangsaan dan merekatkan persaudaran.
“Kekuatan bangsa Indobesia karena seluruh elemen bangsa bersatu padu mendirikan negara Indonesia. Dan menurut kesejarahannya Bangsa Indonesia bermula dari kerajaan-kerajaan Islam dan kerajaan daerah yang bersepakat mendirikan negara,” terangnya.
Anggota Komisi IV DPR RI ini juga menandaskan momentum yang terbentuk pada saat itu, terlahir dari perasaan dan pikiran bersama karena senasib dan sepenanggungan dikarenakan dampak penjajahan yang dilakukan Kerajaan Belanda dengan perusahaan dagangnya atau dikenal dengan Verenigde Oost Indische Compagnie (VOC).
Bangsa Indonesia merasakan penderitaan akibat penjajahan pada masa VOC dimulai sejak pendirian VOC di tahun 1602 hingga 1799.
Bahkan sejarah mencatat, VOC melakukan monopoli perdagangan sejak tahun 1602, berdampak Belanda secara perlahan menjadi penguasa wilayah Indonesia.
Dan hal itu, sambungnya, terartikulasi dari konstruksi nilai yang dibangun dan terkandung dalam lima sila Pancasila.
“Karenanya, mensosialisasikan empat pilar kebangsaan diharapkan dapat memperkuat persatuan dan kesatuan rakyat Indonesia, serta akan menjadi benteng penguatan kebangsaan dan ikhtiar saling merekatkan persaudaran,” ujar legislator Fraksi PAN Dapil Jabar XI meliputi Kabupaten Garut, Kota dan Kabupaten Tasikmalaya ini.
Hoerudin juga berharap, penguatan kebangsaan dapat memupuk rasa nasionalisme. Begitu pula, lanjutnya, nilai-nilai Pancasila masih sangat relevan dalam berbagai sektor masyarakat.
“Sebab hingga hari ini, Pancasila dijadikan sebagai sumber inspirasi dalam kehidupan berbangsa dan bernegara secara konsisten,” pungkasnya.
Laporan: Zaen
Editor: Budi Santoso