Hari Jadi Lamongan (HJL) yang ke- 455 tahun, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi dan jajaran Forkopimda lakukan ziarah ke makam leluhur Lamongan, di Makam Mbah Sabilan, Mbah Punuk, dan Mbah Lamong di Kelurahan Tumenggungan Kecamatan Lamongan (Foto: ist)
LAMONGAN, BIDIKNASIONAL.com -Menyongsong Hari Jadi Lamongan (HJL) yang ke-455 tahun, Bupati Lamongan Yuhronur Efendi beserta jajaran Forum Koordinasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) ziarah ke Makam leluhur, Mbah Sabilan, Mbah Punuk, dan Mbah Lamong di Kelurahan Tumenggungan Kecamatan Lamongan, Sabtu (25/5/2024).
Menurut Bupati yang akrab disapa Pak Yes, ini, leluhur di Lamongan memiliki peran penting. Atau bisa disebut sebagai pionir dalam membawa kejayaan Lamongan di masa lampau hingga saat ini.
“Alhamdulillah di Hari Jadi Lamongan yang ke 455 tahun ini harus kita jadikan momentum untuk menghormati jasa leluhur yang telah membawa kejayaan Lamongan pertama kalinya,” tutur Pak Yes.
Selanjutnya orang nomor satu di Kota Soto itu mengatakan bahwa sebagai generasi yang bertugas melanjutkan dan mempertahankan kejayaan Lamongan, harus meneladani sifat positif yang dimiliki para leluhur. Terutama garus diterapkan dalam melakukan pembangunan berkelanjutan di Lamongan.
“Tugas kita adalah melanjutkan dan mempertahankan kejayaan Lamongan. Yangmana dapat dilaksanakan dengan melakukan pembangunan berkelanjutan untuk masyarakat Lamongan. Tentu para leluhur harus kita jadikan teladan,” kata Pak Yes.
Seperti yang diceritakan, bahwa Rangga Hadi (Bupati Lamongan Periode 1569-1607) memiliki sifat mengayomi masyarakat. Maka dari itu disebut sebagai Mbah Lamong yang berasal dari Bahasa Jawa “Ngemong” atau yang berarti mengayomi dalam menyebarkan ajaran agama, mengatur pemerintahan, dan kehidupan masyarakat di Kawasan Kenduruan, karena beliau merupakan santri Sunan Giri.
Begitupun dengan Mbah Punuk dan Mbah Sabilan, keduanya merupakan tokoh penting dalam sejarah Lamongan. Mbah Sabilan yang hingga saat ini belum diketahui nama aslinya, sangat erat kaitannya dengan tradisi calon pengantin perempuan yang melamar calon pengantin laki-laki di Lamongan.
Tradisi tersebut diambil dari kisah putri Adipati Wirasaba, Dewi Andanwangi dan Andansari, jatuh hati pada kedua putra Raden Panji Puspa Kusuma, yang melamar adalah pihak perempuan.
Mbah Sabilan juga merupakan seorang patih atau panglima perang dari adipati ke-3 Lamongan Raden Panji Puspa Kusuma ayah dari Raden Panji Laras dan Panji Liris sekitar tahun 1640-1665. Beliau diberi nama Mbah Sabilan karena meninggal sebagai sabilillah di medan perang.
Reporter: Arif Mustofa
Editor : Budi Santoso