Sutekno Widjaja (57) terdaftar sebagai peserta JKN segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas dua (Foto: ist)
SURABAYA, BIDIKNASIONAL.com – Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hadir sebagai solusi terbaik untuk mewujudkan keadilan dalam akses layanan kesehatan bagi seluruh masyarakat Indonesia tanpa khawatir mengenai biaya. Keunggulan yang secara nyata dimiliki Program JKN adalah menawarkan pelayanan kesehatan yang terjangkau dan merata, serta memberikan perlindungan finansial terbaik ketika menghadapi masalah kesehatan. Hal ini dirasakan oleh Sutekno Widjaja (57), yang sempat berhenti menjalani pengobatan stroke karena terkendala biaya.
“Pada tahun 2020, saya didiagnosis menderita stroke oleh dokter di RS Mitra Keluarga Darmo Satelit Surabaya dan saat itu saya belum menjadi peserta JKN, jadi terpaksa harus membayar sebagai pasien umum. Tidak sedikit biaya yang harus kami keluarkan untuk rawat inap, obat-obatan, hingga rutin fisioterapi. Mengingat kondisi saat itu di tengah pandemi, beban biaya yang harus ditanggung oleh keluarga kami terasa berat sekali, belum lagi jika harus membeli perlengkapan lainnya untuk penunjang terapi,” tutur Sutekno, Senin (26/08).
Pengobatan Sutekno sempat terhenti karena biaya yang semakin membengkak dan keluarganya tidak mampu mencari tambahan biaya. Padahal dokter telah memberikan penjelasan bahwa stroke yang tidak segera ditangani dapat menyebabkan kerusakan otak yang berkepanjangan, sehingga diperlukan pengobatan maksimal yang tidak hanya mencegah komplikasi, tetapi juga mencegah terjadinya stroke di masa yang akan datang.
“Saya khawatir setiap hari memikirkan bagaimana bisa melanjutkan pengobatan, kalau berhenti takutnya menimbulkan penyakit yang lebih kompleks. Untungnya, Program JKN hadir sebagai penyelamat. Kala itu, saya merasa hidup sudah di ujung tanduk, namun berkat Program JKN bisa memperpanjang usia saya,” ujar Sutekno.
Sutekno yang terdaftar sebagai peserta JKN segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas dua merasa sangat bersyukur karena tidak lagi khawatir soal biaya pengobatan rawat jalan rutin. Ia pun mengakui pelayanan kesehatan yang diberikan selalu memuaskan. Fasilitas rumah sakit yang diterima tidak pernah mengecewakan, petugas medis yang memberikan pelayanan dan pengobatan juga tidak memberikan kesulitan sedikitpun.
“Puji Tuhan pelayanan kesehatan yang saya terima tidak pernah ada perbedaan antara pasien umum maupun pasien Program JKN. Saya tetap merasakan kualitas pelayanan yang sama seperti saat menjadi pasien umum. Kemudahan akses fasilitas kesehatan sebagai peserta JKN benar-benar sangat membantu saya,” ungkap Sutekno.
Sutekno menekankan bahwa di zaman sekarang, memanfaatkan layanan Program JKN adalah suatu keharusan, mengingat biaya kesehatan yang semakin meningkat. Kabar baiknya, Sutekno kini telah sembuh total dari stroke dan kondisi fisiknya kembali normal. Ia juga mengakui BPJS Kesehatan tentunya memiliki peran besar dalam proses pengobatannya yang cukup panjang ini.
“Saya sangat menganjurkan agar setiap masyarakat tidak perlu ragu mendaftarkan diri menjadi peserta JKN, karena manfaat yang akan diperoleh jauh lebih besar jika dibandingkan dengan iuran bulanan yang harus dibayarkan. Saya sudah merasakan sendiri manfaatnya, jika kita rajin membayar iuran tepat waktu sehingga status kepesertaan kita tetap aktif, maka suatu saat kita mengalami hal-hal yang tidak diinginkan terkait kesehatan, kita tidak perlu khawatir lagi karena sudah terdaftar sebagai peserta JKN,” tambah Sutekno.
Sebagai bentuk rasa terima kasih kepada BPJS Kesehatan, Sutekno tetap membayar iuran tepat waktu setiap bulan meskipun ia telah sembuh total dari penyakit stroke. Menurutnya, iuran yang dibayarkannya dapat membantu pengobatan peserta JKN lain yang sedang memerlukan layanan kesehatan.
“Saya berharap agar BPJS Kesehatan terus mengembangkan dan meningkatkan pelayanan kesehatannya. Saat ini Program JKN sudah memenuhi ekspektasi masyarakat Indonesia, hal ini perlu dipertahankan dan akan lebih baik jika selaras dengan meningkatkan fasilitas kesehatan yang memadai,” pungkas Sutekno.
Laporan: rn/ws/red
Editor: Budi Santoso