GARUTJABAR

Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan, Anggota MPR RI Hoerudin Sorot Krisis Pandangan Hidup

Anggota MPR RI Muhammad Hoerudin Amin saat menggelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Pondok Pesantren (Ponpes) Cilame Kecamatan Pangatikan Kab. Garut, Kamis 12 Desember 2024 (Foto: ist)

KAB. GARUT, BIDIKNASIONAL.com – Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan MPR RI, dilandaskan pada cita-cita negara Indonesia, salah satunya adalah untuk mencerdaskan kehidupan bangsa.

Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan pun semakin penting khususnya bagi generasi muda di era kekinian. Dalam era digital ini, juga masuk budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

Hal itu ditegaskan anggota MPR RI Muhammad Hoerudin Amin saat menggelar Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan di Pondok Pesantren (Ponpes) Cilame Kecamatan Pangatikan Kab. Garut, Kamis 12 Desember 2024.

“Indonesia adalah milik kita maka jagalah sama kita. Jika tak dijaga maka Indonesia akan lepas dari kita,” terang anggota Komisi X DPR RI dari Fraksi PAN yang akrab disapa Hoerudin.

Sosialisasi Empat Pilar Kebangsaan sebagai Media Sosial Dapil (Sosdap) MPR RI itu membahas tentang Pancasila, UUD 1945, NKRI & Bhineka Tunggal Ika.

“Generasi kita harus memahami bahwa Indonesia adalah warisan orang tua kita yang harus dijaga, dirawat, dibangun dan dikembangkan kemajuannya,” ujar Hoerudin.

Karena itu, ia memandang, penting bagi generasi muda untuk menghayati dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila menghadapi masuknya pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan nilai-nilai Pancasila.

“Jika kita meninggalkan Indonesia maka generasi kita akan hanya mengenang sejarah Indonesia, salah satu sikap dan langkah kita adalah internalisasi tata nilai sehingga kita merasa memiliki, menjaga dan mengembangkannya,” jelas legislator dari Dapil Jabar XI meliputi Kabupaten Garut, Kota Tasikmalaya dan Kabupaten Tasikmalaya.

Ia juga mengingatkan, bahwa empat pilar warisan besar pendahulu itu adalah sebagai ruh dan tali ikatan kebangsaan yang butuh dipupuk, dijaga dirawat dijiwai serta dikembangkan bahkan bisa menjadi cara pandang cara sikap dan cara tindak dalam berbangsa dan bernegara.

Sebelumnya, keprihatinan juga datang dari Ketua Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Robikin Emhas yang melihat kondisi generasi muda mulai mengalami krisis makna menyangkut pandangan hidup berbangsa dan bernegara.

Bahkan Robikin Emhas mengingatkan bahwa Pancasila adalah pandangan hidup dalam berbangsa dan bernegara. Pancasila merupakan satu-kesatuan tak terpisahkan dalam menjalani kehidupan berbangsa.

Dia pun menyadari pemahaman ini sulit terdesimenasikan di kalangan anak muda. Pasalnya, kalangan milenial dengan nilai-nilai sosial baru berbasis modernitas yang mereka adopsi cenderung jauh dari literasi mengenai pandangan-pandangan kebangsaan.

“Generasi milenial dengan segenap keunggulan ilmu pengetahuan dan teknologi di eranya, boleh jadi memiliki life skill dalam menghasilkan karya-karya kreatif dan inovatif baru. Namun pada saat yang sama, mereka mengalami krisis makna menyangkut pandangan hidup berbangsa dan bernegara,” ujarnya.

Laporan: Zaen

Editor: Budi Santoso

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button