BEM Unsyiah Sayangkan Sikap Menteri BUMN Yang Menyetujui Pelepasan Sejumlah Aset Pertamina
BANDA ACEH, BN – Rakyat Indonesia untuk kesekian kalinya harus kembali merelakan aset negara yang akan dilepas oleh pihak pemerintah. Menyusul beredarnya surat penjualan aset PT Pertamina (Persero) tertanggal 29 Juni 2018 yang ditandatangani oleh Menteri BUMN Rini Soemarno membuat protes publik.
BUMN sebagai lokomotif penggerak ekonomi Indonesia khususnya Pertamina merupakan aset strategis bangsa yang tidak boleh secara cuma-Cuma dijual begitu saja.
Akuisisi Pertagas oleh PGN. Diawali dari gagasan membentuk Holding Migas dengan harapan untuk mendorong perekonomian dan ketahanan energi nasional melalui sinergi antara Pertamina dan PGN. Holding akan menghubungkan infrastruktur gas dari Indonesia bagian barat (Arun), hingga bagian Timur (Papua) tanpa ada duplikasi.
Pembentukan Holding BUMN Migas diiringi dengan adanya gejolak di tubuh Pertamina, antara lain pembubaran direktorat gas, pencopotan dan pengosongan jabatan strategis di Pertamina dan Pertagas. Pertamina sebagai pemegang mayoritas saham dan penerima mandat holding migas seharusnya tidak melepas fungsi dan jabatan strategis.
Skandal-skandal besar di Negeri Indonesia tercinta sudah banyak menggerogoti kemampuan negara dalam menyejahterakan rakyatnya.
Padahal dalam UUD nomor 14 pasal 33 jelas tertulis hal-hal vital yang menyangkut hajat hidup orang banyak di antaranya gas bumi harus dikelola oleh negara.
Muhammad Yasir selaku Ketua BEM UNSYIAH sangat menyayangkan tindakan Menteri BUMN Rini Soemarno yang menyetujui pelepasan sejumlah aset Pertamina. “Pertamina merupakan aset yang begitu penting bagi Indonesia, sudah sepatutnya pemerintah mengelola dengan baik aset tersebut demi kesejahteraan rakyat Indonesia. Kita tidak ingin terulang kembali, aset negara kita satu persatu mulai lepas dari tangan Ibu Pertiwi. Tentu kita masih ingat kasus penjualan Indosat dan kita tidak ingin hal tersebut menimpa Pertaminaā
“Muhammad Yasir juga menilai terjadinya pelepasan aset Pertaminan merupakan sebuah gambaran dari buruknya pengelolaan anggaran subsidi bahan bakar dan LPG oleh Pemerintahan Jokowi,”ungkap Yasir Senin (23/07/2018).
Senada dengan hal tersebut, M Haris Munandar selaku ketua departemen Polhukam Bem Unsyiah menyesali tindakan Pemerintah era Jokowi yang dengan mudah melepas aset negeri ini. “Kami para Mahasiswa dengan tegas menolak penjualan aset Pertamina, harus dilakukan peninjauan ulang terhadap kebijakan yang telah disepakati oleh Menteri BUMN Rini Soemarno” tegasnya.
Haris juga menambahkan, “jika pemerintah sudah menjual aset negara, itu artinya sudah terpuruk berada pada jalan buntu. Jika rezim terus menerus mengendalikan kebenaran, maka ada kebohongan yang dikendalikan. Para pekerja Pertamina dan rakyat tidak tinggal diam melihat aset-aset perlahan digadaikan dan lepas dari genggaman bumi Pertiwi dan stoptop bohongi rakyat,” pungkas Haris saat di wawancarai melalui pesan singkat.(Ariandy)