Hartatik (44) warga Mojoklangru Lor Baru Surabaya mendampingi anak keduanya Jagad Satria Putra Syarif Hidayatullah (4) di RSHU Surabaya (Foto: ist)
SURABAYA, BIDIKNASIONAL.com – Pelayanan kesehatan yang mudah, cepat dan setara selalu digaungkan oleh BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN). Hartatik (44) warga Mojoklangru Lor Baru Surabaya menceritakan pengalamannya menggunakan layanan kesehatan Program JKN ketika anak keduanya Jagad Satria Putra Syarif Hidayatullah (4) sakit dan membutuhkan pemeriksaan lebih lanjut segera.
“Awalnya anak saya mengalami gejala seperti demam panas yang tidak kunjung mereda, dan badannya terasa lemas. Kami kemudian memutuskan untuk membawanya ke Instalasi Gawat Darurat (IGD) Rumah Sakit Husada Utama (RSHU) agar segera mendapatkan pertolongan,” tutur Hartatik.
Hartatik dan keluarganya terdaftar sebagai peserta segmen Penerima Bantuan Iuran (PBI) yang dibayarkan oleh Pemerintah Kota Surabaya. Ia pun memutuskan untuk memanfaatkan fasilitas layanan kesehatan dari Pemkot Surabaya tersebut.
“Kami membawa Jagad Satria ke Instalasi Gawat Darurat RSHU dan diterima oleh dokter jaga disana kemudian diarahkan ke loket administrasi. Proses pendaftaran pasien cukup sederhana melalui Nomor Induk Kependudukan (NIK) dan menunjukkan kartu keluarga yang mencantumkan nama Jagad Satria,” ungkap Hartatik.
Hartatik yang sehari-hari bekerja sebagai wiraswasta ini mengungkapkan setelah pemeriksaan awal, petugas administrasi di IGD memberikan surat dari dokter untuk mengurus kamar rawat inap. Ia menekankan bahwa petugas di rumah sakit Husada Utama sangat efisien dan ramah.
“Setelah kami memberikan Kartu Keluarga bersama surat dari IGD, dalam waktu 10 menit, petugas memberikan arahan lebih lanjut kepada kami. Selain itu, mulai dari masuk rawat inap, Kartu Indonesia Sehat (KIS) dari BPJS Kesehatan menjadi andalan bagi kami,” ujar Hartatik.
Hartatik menyatakan bahwa dia hampir tidak percaya ketika dalam waktu beberapa menit, Jagad Satria dinyatakan sebagai pasien JKN. Semua prosesnya berlangsung cepat dan mudah, tanpa perlu repot-repot melampirkan fotokopi berkas.
“Petugas di rumah sakit Husada Utama ini yang bahkan melakukan fotokopi Kartu Keluarga serta berkas penunjang yang dibutuhkan. Kehangatan para petugas di rumah sakit ini sungguh mengesankan,” kata Hartatik.
Selama empat hari yang dihabiskan Hartatik untuk mendampingi putranya yang sakit, mereka merasakan bahwa pelayanan di rumah sakit Husada Utama tidak memiliki batasan waktu. Meskipun awalnya dijanjikan untuk pulang pada hari ketiga, mereka diberi pertimbangan baru.
“Akhirnya pada hari keempat, anak saya diizinkan pulang dengan surat kontrol rawat jalan. Jika tidak mengalami sendiri proses rawat inap seperti ini, mungkin kami masih belum percaya jika rumah sakit Husada Utama menerima pasien BPJS Kesehatan,” tutur Hartatik.
Apalagi, lanjut Hartatik, kami mendapatkan kelas tiga yang dibayar oleh pemerintah. Sebelumnya, kami menganggap RSHU adalah rumah sakit spesialis yang hanya melayani pasien kalangan atas atau mampu.
“Ternyata, layanan pasien BPJS Kesehatan di rumah sakit ini cepat, mudah, dan sama sekali tidak ada perbedaan perlakuan. Semua berita yang dulu kami dengar ternyata tidak terbukti. Hal ini juga ikut menyadarkan kami bahwa memiliki jaminan kesehatan itu sangat penting artinya,” ujar Hartatik.
Hartatik pun mengucapkan terima kasih kepada BPJS Kesehatan dan pemerintah kota Surabaya yang telah hadir membantu rakyat kecil seperti dirinya dan keluarga. Dahulu yang ia pahami adalah masyarakat kurang mampu seperti dirinya tidak boleh sakit karena tidak akan mampu membiayai pelayanan kesehatannya.
Disisi lain, disampaikan Budi Santoso Ketua Pengurus Daerah Forum Peserta Jaminan Sosial (FP Jamsos) Kota Sirabaya, Kisah Hartatik dan putranya, Jagad Satria, adalah contoh nyata tentang bagaimana BPJS Kesehatan meningkatkan akses dan perlindungan kesehatan bagi masyarakat kurang mampu.
” Program ini tidak hanya memberikan perlindungan kesehatan yang sangat dibutuhkan tetapi juga memberikan harapan baru bagi keluarga seperti Hartatik,” ucapnya.
Laporan: rn/ws/red
Editor: Budi Santoso