Ine Aldrine Kader Militan JKN-KIS
SURABAYA, JATIM, BN-Tantangan terbesar Program Jaminan Kesehatan Nasional – Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola BPJS Kesehatan adalah kolektabilitas iuran pada segmen Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) atau Peserta mandiri. Beragam karakteristik dan latar belakang masyarakat, menjadi salah satu alasan BPJS Kesehatan untuk bekerja sama dengan pihak lain.
Salah satu metode pendekatan yang dibentuk oleh BPJS Kesehatan adalah dengan membentuk Kader JKN-KIS. Kader adalah mitra BPJS Kesehatan yang menjalankan fungsi kolektabilitas iuran di wilayah tertentu.
Adalah Ine Aldrine (50) Kader JKN-KIS,BPJS Kesehatan Surabaya wilayah Kecamatan Wonokromo Kota Surabaya, Selaku kepanjangan tangan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial ( BPJS ) Kesehatan JKN – KIS atau di sebut mitra dari BPJS Kesehatan.
Berangkat dari memiliki jiwa sosial yang tinggi dan ingin bermanfaat bagi sesama, Perempuan asli Wonokromo ini tertarik menjadi kader JKN – KIS.
“Sejak tahun 2017, saya bergabung bersama BPJS kesehatan Surabaya,” kata ine saat di temui bidiknasional.com di kantor BPJS Kesehatan Surabaya, Jum’at 14/06/2019.
Terjun ke masyarakat dengan dibekali daftar nama dan alamat dari kantor BPJS Kesehatan,Ine lebih tertantang datang dengan menjadi kawan.
“Sambil menerangkan dari awal,kebanyakan masyarakat menilai saya ini abal-abal dan lain sebagainya.Lebih parahnya terkadang di anggap tukang kredit,” terangnya sambil tertawa kecil.
Tapi, lanjut ine, semua itu adalah sebagian tantangan yang harus saya hadapi. Manfaat untuk sesama adalah tujuan utamanya. Cemoohan dan lebih tepatnya uji nyali.
“Masyarakat belum memahami kalau kami ini benar-benar kader dari BPJS Kesehatan Surabaya,pernah juga sampai saya di siram air,” ujar Ine dengan tertawa jika mengingat pengalaman itu.
Masih kata Ine, Saat berkeliling ke masyarakat ia sering menjumpai kisah-kisah yang membuatnya makin teguh menjadi kader.
“Pernah saat saya menagih iuran ke peserta BPJS Kesehatan yang lama menunggak. Dijawab buat apa bayar, kan saya sudah sehat. Begitu katanya. Kan ada SKTM ? Kenapa harus ribet bayar BPJS segala,” ujar Ine.
Selama ini ia mengaku tak mengalami hambatan dari sisi BPJS Kesehatan. Yang sering ia temui justru hambatan dari pihak rumah sakit atau puskesmas.
“Seperti pasien yang ditolak rumah sakit. Atau pasien yang ditolak mendapat rujukan dari rumah sakit atau puskesmas. Padahal mereka peserta BPJS Kesehatan,” katanya.
Namun Ine menghadapi semua itu dengan sabar, telaten, dan tak kenal menyerah. Ia terus mengabdi menjadi kader untuk bisa menolong orang-orang. Keikhlasan Ine menjawab azas gotong royong yang selama ini menjadi motto BPJS Kesehatan sendiri.
Ia mengklaim bahwa hidup ini akan lebih indah ketika terus menerus bisa menolong untuk sesama. Besarnya manfaat JKN-KIS bagi masyarakat, Yang sehat menolong yang sakit, dan masih banyak lagi manfaat yang di dapat.
Selain sebagai Kader ,Ine juga sebagai peserta JKN-KIS, ia juga sering menggunakan kartunya untuk berobat. Ine berharap ke depannya BPJS Kesehatan akan senantiasa meningkatkan pelayanannya agar peserta seperti dirinya yang secara rutin mendapatkan manfaat program JKN-KIS akan mendapatkan pelayanan lebih baik lagi. Ine juga berharap, peserta JKN-KIS bisa terus mendapatkan jaminan kesehatan yang komprehensif dan berkualitas.
“Selama program ini ada, maka saya yakin masyarakat akan lebih terjamin perlindungan kesehatannya dan jangan lupa, bayar iurannya ya !!!,” tutup Ine.
Di hubungi terpisah, Kepala BPJS Kesehatan Cabang Surabaya melalui Wiedho Widiantoro, Kepala Bidang Kepesertaan dan Pelayanan Peserta BPJS Kesehatan Cabang Surabaya mengatakan Kader JKN-KIS sendiri dalam koridor BPJS Kesehatan adalah bertugas membantu mendaftarkan masyarakat yang belum menjadi peserta dan menagihkan iuran peserta yang terlambat membayar.
“Membantu menagihkan iuran serta memberikan sosialisasi kepada masyarakat terkait kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional,lebih tepatnya,” terang Wiedho.
Jumlah Kader JKN-KIS BPJS Kesehatan cabang Surabaya sendiri hingga saat ini sebanyak 31 kader.
“Belum semua kecamatan memiliki kader namun BPJS Kesehatan akan terus melakukan penjaringan serta pengkaderan sampai ke semua Kecamatan yang ada di Surabaya,” ungkap Wiedho.
Sistem remunerasi bagi kader JKN-KIS, BPJS Kesehatan Surabaya menerapkan pada banyaknya kunjungan kepada calon peserta JKN-KIS yang di lakukan oleh kader, semakin mereka (kader) mendapatkan calon peserta yang mendaftar maka fi atau komisi yang mereka terima juga semakin banyak, plus fi jika peserta yang mendaftar pada awal setoran pembayarannya di titipkan pada kader maka, kader juga mendapatkan tambahan. (boody)