BULOG: BERAS RUSAK LELANGAN BULOG DILARANG DIKONSUMSI MANUSIA DAN HEWAN
SURABAYA, JATIM, BN-Bulog Divre Jatim mengakui jika puluhan ribu ton beras afkiran/rusak yang tersimpan di gudang PT Sunan Drajat, Paciran, Lamongan berasal dari lelangan Bulog. Beras itu berasal dari gudang Bulog di luar Jatim, diantaranya dari Sumsel dan Nusa Tenggara Timur.
“Lelangnya di kantor pusat Jakarta, pemenangnya memang PT Sunan Drajat yang punya gudang di Lamongan itu,” kata Amrullah, Wakabulog Divre Jatim ketika dikonfirmasi bidiknasional.com dan Koran Bidik Nasional (BN) melalui telepon seluler Jumat (19/6).
Amrullah menegaskan, beras rusak yang dilelang Bulog itu tidak boleh dikonsumsi manusia dan tidak boleh digunakan untuk pakan ternak. Oleh pemenangnya informasinya digunakan untuk pupuk organik.
“Ada klausul yang harus ditaati oleh pemenang lelang yakni beras rusak itu tidak boleh dijual untuk konsumsi manusia dan tidak boleh untuk pakan ternak. Jika terbukti pemenang lelang melanggar ketentuan itu, masyarakat bisa langsung lapor polisi,” tandas Amrullah.
Dikatakan Amrullah, setelah ada berita di media akhir Mei lalu, pihaknya telah menurunkan tim ke lokasi, sekitar tgl 28 Mei lalu, bersama Polres Lamongan. Hasil pengecekan, tidak ditemukan beras-beras itu dijual untuk konsumsi manusia dan digunakan untuk pakan ternak. Bahkan di lokasi juga tidak ditemukan mesin poles, yang ada mesin pembuat pupuk.
“Yang kami temukan mesin pembuat pupuk, memang beras rusak itu diolah untuk pupuk. Pengelolanya Pak Untoro juga sudah membuat laporan kegiatan ke Kasat Intel Polres Lamongan,” jelas Amrullah.
Ketika ditanya BN apa masuk akal beras-beras rusak itu untuk bahan pupuk organik karena beras bukan bahan dasar membuat pupuk, Amrullah mengatakan, pemenangnya tentu punya alasan dan cara mengolah beras rusak itu menjadi pupuk.
“Untoro khan lulusan IPB, jadi dia punya cara mengolah beras itu menjadi pupuk,“ Jelasnya.
Seperti diberitakan BN cetak dan online sebelumnya, akhir-akhir ini sering ada berita miring beras untuk Raskin (rakyat miskin), bansoster dampak Covid 19, mutunya jelek, berkutu dan tidak layak konsumsi. Diduga kuat beras berkutu itu memang beras yang sudah kadulawarsa expired atau afkhiran dan rusak yang dilelang oleh Bulog untuk pakan ternak.
Kenyataan itu ada benarnya. Sebab hasil investigasi BN di salah satu desa di kawasan Kec Drajat, Kab. Lamongan, tak jauh dari makam Sunan Drajat ada sejumlah gudang untuk menimbun beras lelangan Bulog. Gudangnya cukup tersembunyi, di kamuplase dekat kandang ayam, seolah-olah dari luar gudang tersebut mirip kandang ayam beneran.
BN yang mengecek langsung lokasi gudang, sangat terkejut karena di dalam Gudang ada ribuan ton beras yang dikemas dalam kantong bertuliskan Bulog. Sebagain lagi dikemas dalam kantong polos.
Menurut sumber BN di kawasan tersebut, yang namanya tidak mau disebutkan, beras yang di timbun di dalam gudang mencapai sekitar 23 ribu ton dengan harga pembelian sekitar Rp 40 Milyar lebih. Beras tersebut milik Widodo, bos besar disebut-sebut dari Jakarta.
Widodo ini dapat beras akfkhiran dari Bulog di Pulau Jawa dan luar pulau, bahkan ada yang dari Nusa Tenggara Timur (NTT) dan sejumlah daerah lainnya.
“Benar mas ini beras kedaluwarsa hasil lelangan Bulog, yang diperuntukkan untuk pakan ternak,” kata sumber itu.
Sumber itu menyebutkan, oleh pemenang tender beras tak layak itu dan berkutu itu bukan digunakan untuk pakan ternak, tapi dipoles dan dijual kembali untuk konsumsi manusia.
Menurutnya, pembelinya dari sejumlah daerah di Jatim, seperti Mojokerto dan Jawa Barat. Untuk harga penjualan beras yang belum di poles dipatok harga ber-kisar Rp 3000 rupiah per kilo.
Sedangkan, untuk beras yang sudah dikelola dan dipoles dipatok harga sekitar Rp 5.300 perkilo.Modus operandinya, beras expired (kadaluarsa) yang berlogokan Bulog tersebut dikelola dengan cara diselep dan diberi bahan tambahan agar beras kelihan agak putih. Setelah proses tersebut, beras di oper sak. Kemudian beras siap untuk diedarkan.
Sementara itu, seorang pengelola yang berinisial Untoro, asal Drajat Lamongan, saat dikonfirmasi BN pada tanggal (16/5/2020) tentang beras tersebut telah membantah, kalau beras yang ditimbun diperjual belikan untuk konsumsi manusia.Lelaki bertubuh tambun itu dan bermobil Fortuner VRZ dengan congkaknya menegaskan berasnya untuk pupuk dan pakan ternak.
“Beras itu untuk pupuk, siapa bilang untuk dikonsumsi manusia,” bantah Untoro, dengan lantang.
Ketika BN menanyakan mengapa di dalam ada mesin poles, Untoro dengan lantang mengatakan, itu bukan mesin poles, tapi mesin untuk membuat pupuk. Namun Untoro menolak ketika BN mengajak mengecek sama-sama ke lokasi gudang dengan dalih, dirinya hanya mandor, sedang pemiliknya adalah Widodo orang Jakarta.
“Silahkan sampean ngomong sendiri sama bos Widodo,” kilah Untoro, saat ditemui di pinggir pelabuhan.
Widodo ketika dihubungi BN mengakui terus terang jika beras yang digudang itu milik dirinya. Bahkan, ia mengaku masih kerabat dekat Kabulog Budi Wasesa atau dikenal dengan sebutan Buwas.
Sumber BN menyebutkan, permainan beras afkhiran ini sangat meresahkan masyarakat dan diduga melibatkan orang orang penting di Jatim dan pusat. Itu bisa disimak dari kata-kata Widodo yang selalu menyebut menyebut nama Budi Waseso dan institusi kepolisian.
Bahkan, pada sejumlah pelanggan Untoro dan Widodo tak segan-segan mengatakan instansi kepolisian mulai dari pusat dan polda Jatim sudah kondusif. (Tim Lip Sus)