● Bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram, RSUD Provinsi NTB dan UKK ERIA
MATARAM, BIDIKNASIONAL.com – IDAI (Ikatan Dokter Anak Indonesia) Cabang NTB menghelat penyelenggarakan kuliah pakar pada tanggal 20 september 2022 dengan tema Padiatric Acture Respiratory Disteress Syndrome (PARDS).
Padiatric Acture Respiratory Disteress Syndrome (PARDS) adalah sindrom gagal nafas akut yang ditandai dengan hipoksemia progresif, dispnea, dan peningkatan usaha napas. Penyakit ini menyebabkan tingginya angka mortalitas dan morbiditas pada anak.
Kondisi PARDS memerlukan perawatan di Pediatric Intensive Care Unit (PICU) prevalensi PARDS bervariasi dapat mencapai 2,2 % hingga 12,8%. Strategi ventilasi protektif paru (protective lung strategy) direkomendasikan dalam penannganan pasien dengan PARDS. Strategi tersebut mencakup pembatasan PEEP dan delta pressure pada penggunaan ventilator untuk mencegah mortalitas. Tatalesana PARDS terus berkembang sehingga diperlukan pemaparan tentang diagnosis dan tataleksan terbaru.
Keadaan PARDS merupakan salah satu kondisi penyakit yang menjadi focus di bagian Emergensidan Rawat Intensiv Anak (ERIA). Untuk itu IDAI cabang NTB bekerjasama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Mataram. RSUD Provinsi NTB dan UKK ERIA untuk membentuk suatu kegiatan peningkatan keilmuan dan keterampilan dokter dengan cara kuliah pakar yang diberikan oleh pakar atau narasumber yang ahli dibidangnya.
Angka kematian bayi postneo sampai usia 1 tahun itu ternyata sejatinya selama 3 dekade gak pernah turun, kematian bayi dan balita itu tetap tinggi adalah tugas terberat bagi kami, dari bidang kami juga saat ini kami menyoroti ternyata permaslaah itu terletak dari hulu sampai hilir.
Begitu Pernyataan dr Ririe Fachrina Malisie, Sp. A(K) selaku Ketua UKK Emergensi dan Rawat Intensif Anak IDAI dalam acara tersebut.
“Penyebab dari tingginya kematian anak balita dan bayi adalah sebelumnya tidak dikenali kegawatdaruratannya, tidak dilakukan dengan tepat, penanggulangan kegawatdaruratannya pada waktu mau dirujukpun tidak dilakukan stabilisasi sehingga di RS rujukan tempat terbatas, stabilisasi tidak dilakukan akhirnya biasanya kasus itu selesai di jalan atau selesai di IGD, tidak sempat masuk unit seharusnya atau unit intensivnya penuh tidak ada tempat.” ungkap dr Ririe.
Selain itu dr. Nurhandini Eka Dewi, Sp.A, MPH selaku ketua IDAI cabang NTB mengatakan bahwa salah satu penyebab tingginya angka kematian anak dan balita karena tidak ditangani dengan baik dan kurangnya perawatan di Pediatric Intensive Care Unit (PICU).
“Setelah berkoordinasi dengan dr. Riri diantaranya adalah tentang PICU pendirian Rumah Sakit yang berada di kabupaten, karena adanya keinginan teman-teman di Kabupaten untuk mempunyai PICU sehingga layanan keintesivan anak di Kabupaten bisa terlaksana dengan baik tentunya juga mengurangi beban RSUD Provinsi NTB sebagai Rumah Sakit rujukan dan Alhamdulillah dengan hasil konsultasi dr. Ririe satu PICU dilahirkan dan baru kemarin sudah di SK kan ke Rumah Sakit Sumbawa.” ujarnya
Dalam kesempatan yang sama Direktur RSUD Provinsi NTB Lalu Herman Mahaputra, M.KES., MH. menyapaikan harapannya untuk RSUD Provinsi NTB menjadi salah satu Rumah Sakit Unggulan.
“Saya tidak pernah bermimpi karna memang bahwa RSUDP ini insha Alloh akan menjadi Rumah Sakit rujukan Indonesia Timur, saya berharap Rumah Skit akan menjadi salah satu Unggulan kita, dan InsaAlloh tahun ini kita akan melakukan operasi bedah jantung semua sudah kita siapkan.” ungkapnya.
Selain itu Dr. Jack menyampaikan bahwa pihak Rumah Sakit juga sedang menyiapkan IGD Integritas yang akan launching pada Hari Ulang Tahun NTB tanggal 17 desember mendatang dan saat ini kami juga sedang bernegoisasi dengan teman-teman kemitraan kesehatan terkait dengan lahan dari poltekes yaitu rencananya kami akan membuat rumah sakit ibu dan anak. jadi ada rumah sakit dalam rumah sakit, tutupnya.
Laporan: Aini
Editor: Budi Santoso