LAMPUNG

Menanggapi Terkait Video Yang Viral Pada Saat Acara Adat. Ini Kata Kiay Suttan Pesirah Abung

LAMPUNG UTARA, BN-Menanggapi terkait vidio yang beredar dibeberapa media sosial bahwa ada oknum polisi yang melakukan penembakan ke udara dalam prosesi adat Lampung Abung Pepadun (Begawi).

Melihat vidio tersebut sebetulnya saya pribadi sebagai putra pribumi lampung tidak merasa heran. Karena dalam prosesi adat Lampung (Begawi) khususnya pepadun sering dijumpai adanya tembakan baik itu memakai jeduman, petasan bahkan jaman dahulu makai meriam.

Nah, yang harus masyarakat umum ketahui khususnya masyarakat Lampung itu sendiri bahwa tembakan ke udara atau dalam bahasa Lampung (timbak) itu adalah salah satu warisan atau pangkat adat seorang penyimbang Lampung yang cukup sakral.

Tembakan ke udara atau dalam bahasa Lampung (timbak) itupun tidak semua masyarakat Lampung Pepadun miliki, hanya tokoh-tokoh atau dalam bahasa Lampungnya (penyimbang-penyimbang) yang mendapatkan warisan dari turun menurun atau warisan adat yang didapatkan dari pihak besan, paman dari orang tua perempuan dalam prosesi adat Manjau Balak Begawi.

Timbak itu ada banyak macamnya ada tembakan 4 (timbak pak) ada timbak serbo buluh (tembakan yang banyak) dan lain-lain tergantung masyarakat adat tersebut miliki, biasanya itu tertulis dalam dokumen kepemilikan pakaian adat masing-masing rumah atau suku dalam Lampung Pepadun.

Namun pada praktiknya mungkin harus ada yang diperhatikan seperti tempat dalam melakukan tembakan ke udara baik memakai jeduman bambu, petasan, atau yang lain-lain harus diposisi yang aman dan tidak membahayakan orang lain.

Saya mendapatkan informasi bahwa oknum polisi tersebut juga adalah bagian keluarga besar dari pemilik acara adat tersebut, mungkin saja mereka ingin berpartisipasi dalam upacara adat sembari ikut menjaga kondusifitas upacara adat yang sakral tersebut.

Dalam prosesi adat lampung pepadun (begawi) pun tidak bisa dilebihkan atau mungkin dikurangi baik dalam alat-alat adat atau proses didalamnya jika yang melebihkan atau mengurangi apa yang sudah menjadi kadarnya maka akan mendapatkan sangsi-sangsi yang sudah ditetapkan dari turun menurun.

“Mari kita terus lestarikan adat budaya sebagai aset kearifan nusantara,” cetus kiay Suttan Pesirah Abung yang juga anak dari tokoh penyimbang adat Kotabumi Nadikiyang Pun Minak Yang Abung. (eka Saputra)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button