Anggota MPR RI Haerudin: Peradaban Dunia Dimulai dari Peradaban Maritim Atau Bahari

GARUT BN – Peradaban dunia berawal dari kehidupan manusia yang berada di jalur kehidupan sungai-sungai besar dunia. Maka itu, nilai-nilai peradaban manusia begitu menyejarah.
Demikian disampaikan anggota MPR RI dari Fraksi PAN, Haerudin, S.Ag., MH dihadapan pengurus dan anggota Pimpinan Daerah (PD) Himpunan Mahasiswa Persatuan Islam (Hima Persis) Kabupaten Garut, pada acara Sosialisasi Empat Pilar MPR RI di Kampung Tanjung Kecamatan Tarogong, Kaler Kabupaten Garut, Minggu (06/12/2020).
“Seperti hadirnya peradaban Harrapa India dengan sungai Gangga dan Yamuna, juga peradaban sungai Amazon di Eropa di Misisipi adalah peradaban Ezra Inca dan Maya. Begitu pula munculnya peradaban sungai Nil peradaban Mesir kuno serta pula peradaban Eufrat dan Tigris yang melahirkan peradaban Sumeria dan Adkaria,” beber Haerudin yang juga anggota Komisi IV DPR RI ini.
Dijelaskan Haerudin, hal demikian menegasikan sistematika ajaran dan misi negara purba yang pada umumnya awal peradaban di dunia ini berada di sepanjang sungai yang dimulai dari peradaban maritim atau bahari dan sungai.
Sambungnya, dari peradaban yang dimulai dari bahari diantaranya, Sungai Gangga atau Kali Gangga atau dengan kata lain Kalingga. Begitupula Sungai Yamuna di India melahirkan peradaban Harrapa Mohenjo Daro.
Selain itu, ada Sungai Yang Tze Kiang di China yang melahirkan peradaban Tiongkok, Sungai Amazon – Sungai Misisipi di Amerika yang melahirkan peradaban Aztec, Inca dan Maya. Juga Sungai Nil di Mesir yang melahirkan peradaban Mesir Kuno, ada Sungai Eufrat – Sungai Tingris yang melahirkan peradaban Sumeria – Akadia.
Disamping pula ada Sungai Citarum/Aki Tirem yang berasal dari kata dari Ti Rama – Misi Rama. Sungai Cimanuk atau Rawa Manuk Prabhu Sindhula yang melahirkan peradaban Sunda Besar.
Haerudin mengambil kisahnya Ratu Shima yakni Ratu Kerajaan Kalingga tahun (674-695) Masehi yang terkenal dengan kecantikan, kewibawaan serta ketegasannya dan hal ini dapat dilihat di prasasti Kalingga serta catatan para saudagar Tiongkok.
“Usai mendapat pengakuan, kala itu, Ratu Shima penguasa kerajaan, juga seorang ibu yang membesarkan putra makhkota sejak kecil langsung dengan tegas memberi titah kepada prajuritnya untuk memotong tangan putra makhotanya sebagai hukuman. Hukum harus ditegakkan dan supaya negeri dijauhkan dari kutukan sang pencipta. Saat itu rakyat pun tercekat. Mereka kagum dan takjub atas keberanian sang raja menghukum orang yang bersalah, meski itu adalah anaknya sendiri,” tutur legislator asal Dapil Jabar XI meliputi Kabupaten Garut, Kota dan Kabupaten Tasikmalaya ini.
Ditegaskannya, setiap peradaban mereka acapkali melahirkan nilai-nilai agung, mulai dari nilai-nilai monoteistis dari ditema credo hingga nilai-nilai keadilan.
“Dari sana kita bisa memahami, nilai-nilai agung baik dari nilai-nilai monoteistis dari ditema credo hingga nilai-nilai keadilan di dalamnya ada kesamaan hak di muka hukum, ada kesetaraan dan ada nilai-nilai perlindungan,” paparnya.
Dikatakannya, pelajaran berharga bagi semua dari kisah itu bagaimana nilai keadilan begitu menyejarah ribuan tahun lamanya di nusantara. Begitu pula nilai-nilai Pancasila menjari ikhtisar bagi sejarah bangsa dan peradaban manusia nusantara.
Sedang diutarakan Ketua PD Hima Persis Kabupaten Garut, Dzikri Rasyid nilai-nilai luhung dari sejarah peradaban manusia yang telah dibeberkan pada acara sosialisasi empat pilar ini menjadi bahan penting dan pembelajaran bagi masyarakat bahwa sejarah adalah guru kehidupan.
“Sejarahawan dunia Herodotus mengatakan Historia Vitae Magistra Sejarah adalah Guru Kehidupan, demikian bunyi pepatah latin yang secara eksplisit mengemukakan tentang pentingnya keberadaan sejarah. Di sisi lain, presiden pertama Republik Indonesia Soekarno secara tegas mengatakan never leave history, “jangan sekali-sekali meninggalkan sejarah”. Kedua pernyataan tersebut pada dasarnya memperlihatkan betapa penting dan strategisnya keberadaan sejarah dalam kehidupan manusia,” ujarnya.
Sejarah, lanjutnya, kerap kali dianggap sebagai hal yang membosankan dan tidak menarik. Adanya perkembangan zaman yang begitu pesat, sejarah seperti dilupakan dan disangkal. Banyak yang berpikiran, sejarah identik dengan belajar masa lalu. Pasalnya, sejarah berperan penting dalam pendidikan generasi milenial. Padahal sejarah itu penting karena dapat menjadi pedoman, memori kolektif dan pelajaran dalam berbangsa dan bernegara. Selain itu, sejarah memberikan pencerahan nyata, bukan mitos dan sebagai penghubung masa lalu dan masa depan. (Zaen)