SULBAR

Terbit Juknis Penyelenggaraan Idul Adha, KaKanwil Kemenag Sulbar Sampaikan Edara No SE 16 Tahun 2021

Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Barat, Dr. HM Muflih B Fattah, MM

MAMUJU, SULBAR, BN – Kepala Kantor Wilayah Kementrian Agama Provinsi Sulawesi Barat; Mufli B Fattah mengatakan bahwa Shalat Idul Adha 2021/1442 H di tiadakan pada wilayah dengan zona merah dan zona oranye.

“Kalau zona merah dan oranye itu di tiadakan”, kata Mufli B Fattah saat wawancara di ruang kerjanya. Senin (5/7/21).

Hal tersebut juga sesuai Surat Edaran Nomor SE 16 Tahun 2021 yang di tetapkan pada tanggal 2 Juli 2021, tentang Petunjuk Tekhnis Penyelenggaraan Malam Takbiran, Shalat Idul Adha, dan Pelaksanaan Qurban Tahun 1442 H/2021 M Di Luar Wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

“Surat Edaran, petunjuk tekhnis penyelenggaraan malam takbiran, shalat idul adha dan pelaksanaan qurban”, ucap Mufli kepada BN.

Mufli B Fattah menyampaikan bahwa langkah tersebut di lakukan dalam rangka mencegah dan memutus rantai penyebaran Corona Virus Disease 2019 (Covid-19).

Di ketahui, Pemerintah telah menetapkan kebijakan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Kebijakan ini diterapkan pada 45 Kabupaten/Kota dengan nilai asesmen 4 dan 76 Kabupaten/Kota dengan nilai asesmen 3 di Pulau Jawa dan Bali.

Sebagai tindak lanjut, Kementerian Agama menerbitkan dua surat edaran sekaligus. Pertama, edaran Menteri Agama No SE 16 tahun 2021 tentang Petunjuk Teknis Penyelenggaraan Malam Takbiran, Salat Iduladha, dan Pelaksanaan Kurban Tahun 1442 H/2021 M di Luar Wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat. Kedua, edaran Menteri Agama No SE 17 tahun 2021 tentang Peniadaan Sementara Peribadatan di Tempat Ibadah, Malam Takbiran, Salat Iduladha, dan Petunjuk Teknis Pelaksanaan Kurban Tahun 1442 H/2021 M di Wilayah Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

Ketentuan dalam Surat Edaran No SE 16 Tahun 2021 tersebut, yakni ;

1. Malam Takbiran diselenggarakan dengan ketentuan sebagar berikut:

a. Jemaah malam takbiran wajib dalam kondisi sehat (suhu badan di bawah 37 derajat celcius),

b. Malam takbiran hanya boleh diikuti oleh jemaah dengan usia 18 (delapan belas) s.d. 59 (lima puluh sembilan) tahun,

c. Malam takbiran hanya dapat diselenggarakan pada masjid/mushalla dengan status zona risiko penyebaran Covid 19 zona hijau dan zona kuning,

d. Masjid /mushalla yang menyelenggarakan malam takbira wajib menyediakan alat pengukur suhu tubuh (thermogun), hand sanitizer, sarana mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir, masker medis, menerapkan pembatasan jarak dan memastikan tidak ada kerumunan, serta melakukan disinfeksi di tempat penyelenggaraan sebelum dan setelah penyelenggaraan malam takbiran,

e. Malam takbiran hanya dapat diikuti oleh jemaah masjid/mushalla dari warga setempat dengan ketentuan maksimal 10 (sepuluh) persen dari kapasitas ruangan, dengan pengaturan bergantian maksimal 5 (lima) jemaah,

f. Takbir keliling, baik dengan arak arakan berjalan kaki maupun dengan arak-arakan kendaraan, DILARANG dilaksanakan di semua zona risiko penyebaran Covid 19,

g. Pelaksanaan malam takbiran di masjid /mushalla paling lama 1 (satu) jam dan harus diakhiri maksimal pukul 22:00 waktu setempat: dan

h. Jemaah yang mengikuti takbiran wajib pulang ke rumah/ kediaman masing masing seusai penyelenggaraan malam takbiran.

2. Shalat Idul Adha diselenggarakan dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Shalat Hari Raya Idul Adha 1442 H/2021 M DITIADAKAN pada Kabupaten/Kota dengan Zona Merah dan Zona Oranye yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan Satuan Tugas Penanganan Covid 19 setempat meskipun tidak termasuk kabupaten/kota dengan level asesmen 3 dan 4 yang diterapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat.

b. Shalat Hari Raya Idul Adha 1442 H/2021 M hanya dapat diselenggarakan di luar kabupaten/kota dengan level asesmen 3 dan 4 yang diterapkan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat dan termasuk daerah Zona Hijau dan Zona Kuning yang ditetapkan oleh Pemerintah Daerah dan Satuan Tugas Penanganan Covid 19 setempat dengan acuan sebagai berikut:

1) Penyelenggaraan Shalat Itul Adha dapat dilakukan di masjid/mushalla/lapangan terbuka yang dikelola masyarakat, instansi pemerintah, dan perusahaan dengan jumlah jemaah 304 dari kapasitas,

2) Penyelenggara Shalat Idul Adha wajib berkoordinasi dan dengan seizin Pemerintah Daerah, Satuan Tugas Penanganan Covid 19 setempat, dan aparat keamanan.

3) Penyelenggara Shalat Idul Adha wajib:

a) Menyediakan alat pengukur suhu tubuh (thermogun),

b) Menyediakan hand sanitizer dan sarana mencuci tangan menggunakan sabun dengan air mengalir,

c) Menyediakan masker medis,

d) Menyediakan petugas untuk mengumumkan, menerapkan, dan mengawasi pelaksanaan protokol kesehatan,

e) Jemaah dengan kondisi tidak sehat dilarang untuk mengikuti Shalat Idul Adha.

f) Mengatur jarak antarshaf dan antarjemaah mumimal 1 (satu) meter dengan memberikan tanda khusus,
g)Tidak menjalankan/mengedarkan kotak amal/infak ke jemaah,

h) Memastikan tidak ada kerumunan sebelum dan setelah pelaksanaan Shalat Idul Adha,

i) Melakukan disinfeksi di tepat penyelenggaraan sebelum dan setelah Shalat Idul Adha.

c. Penyampaian Khutbah Idul Adha wajib memenuhi ketentuan:

1) Khatib memakai masker medis dan pelindung wajah (faceshield),

2) Khatib menyampaikan khutbah Idul Adha dengan durasi maksimal 15 (lima belas) menit,

3) Khatib mengingatkan jemaah untuk selalu menjaga keschatan dan mematuhi protokol kesehatan.

d. Jemaah Shalat Idul Adha wajib;

1) Berusia 18 (delapan belas) s.d 59 (lima puluh sembilan) tahun,

2) Dalam kondisi sehat,

3) Tidak sedang menjalani isolasi mandiri,

4) Tidak baru kembali dari perjalanan luar kota,

5) Disarankan tidak dalam kondisi hamil atau menyusui,

6) Berasal dari warga setempat.

7) Membawa perlengkapan shalat masing masing (sajadah, mukena, dsb),

8) Menggunakan masker rangkap sejak keluar rumah dan selama berada di area tempat penyelenggaraan Shalat Idul Adha,

9) Menjaga kebersihan tangan dengan mencuci tangan menggunakan sabun atau hand sanitzer,

10) Menghindari kontak fisik seperti bersalaman,

11) Menjaga jarak antar shaf dan antar jemaah minimal 1 (satu) meter,

12) Tidak berkerumun sebelum dan setelah Shalat Idul Adha.

3. Pelaksanaan Qurban wajib memenuhi ketentuan:

a. Penyembelihan hewan qurban dilaksanakan sesuai syariat Islam, termasuk hewan yang disembelih,

b. Penyembelihan hewan qurban berlangsung dalam waktu tiga hari yakni pada tanggal 11, 12 dan 13 Dzulhijah untuk menghindari kerumunan di lokasi pelaksanaan gurban,

c. Pemotongan hewan qurban dilakukan di Rumah Pemotongan Hewan Ruminasia (RPH-R),

d. Dalam hal keterbatasan jumlah dan kapasitas RPH-R, pemotongan hewan qurban dapat dilakukan di luar RPH R dengan ketentuan:

1). Penerapan jaga jarak fisik meliputi:

a) Melaksanakan pemotongan hewan qurban di area yang luas sehingga memungkinkan diterapkannya jaga jarak fisik,

b) Penyelenggara hanya membolehkan petugas dan pihak yang berkurban untuk menyaksikan pemotongan hewan qurbannya,

c) Menerapkan jaga jarak fisik antarpetugas pada saat melakukan pemotongan, pengulitan, pencacahan, dan pengemasan daging,

d) Pendistribusian daging hewan qurban dilakukan oleh petugas kepada ke tempat tinggal warga yang berhak,

e) Petugas yang mendistribusikan daging qurban wajib mengenakan masker rangkap dan sarung tangan untuk meminimalkan kontak fisik dengan penerima.

2)Penerapan protokol kesehatan dan kebersihan petugas dan pihak yang berkurban:

a) Pemeriksaan kesehatan awal yaitu melakukan pengukuran suhu tubuh petugas dan pihak yang berkurban di setiap pintu/jalur masuk tempat penyembelihan dengan alat pengukur suhu tubuh,

b) Petugas yang menangani penyembelihan, pengulitan, pencacahan daging, tulang, serta jeroan harus dibedakan,

c) Setiap petugas yang melakukan penyembelihan, pengulitan, pencacahan, pengemasan, dan pendistribusian daging hewan harus menggunakan masker, pakaran lengan panjang, dan sarung tangan selama di area penyembelihan,

d) Penyelenggara hendaklah selalu mengedukasi para petugas agar tidak menyentuh mata, hidung, mulut, dan telinga, serta sering mencuci tangan dengan sabun atau hand sanitizer,

e) Petugas menghindari berjabat tangan atau kontak langsung, serta memperhatikan etika batuk/bersin /meludah dan,

g) Petugas yang berada di area penyembelihan harus segera membersihkan diri (mandi) sebelum bertemu anggota keluarga.

3) Penerapan kebersihan alat:

a) Melakukan pembersihan dan disinfeksi seluruh peralatan sebelum dan sesudah digunakan, serta membersihkan area dan peralatan setelah seluruh prosesi penyembelihan seiesai dilaksanakan,

b)Menerapkan sistem satu orang satu alat. Jika pada kondisi tertentu seorang petugas harus menggunakan alat lain, maka harus dilakukan disinfeksi sebelum digunakan. (Bahri)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button