Tujuh Tahun Suami Jalani Cuci Darah, Sunarti Bersyukur Seluruh Biaya Tercover JKN
Sunarti (56) bersama sang Suami peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) Foto.dok: SDM Komlik
BANYUWANGI, BIDIKNASIONAL.com – Sunarti (56) adalah peserta Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang sudah terdaftar sejak 2014. Ia dan suaminya terdaftar sebagai peserta Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) kelas satu.
Sunarti menceritakan bahwa suaminya sudah melakukan cuci darah selama tujuh tahun di Rumah Sakit Umum Daerah Blambangan Kabupaten Banyuwangi.
“Matur sembah suwun (terima kasih banyak) saya ucapkan kepada BPJS Kesehatan yang sudah menanggung biaya pengobatan cuci darah suami saya dari awal sampai saat ini,” ujarnya saat mendampingi suaminya melakukan cuci darah di rumah sakit.
Sunarti tetap setia mendampingi suaminya yang harus cuci darah dua minggu sekali di rumah sakit. Ia juga terlihat sangat menikmati prosenya karena bisa berdampingan dengan suaminya setiap saat.
“Saya tetap menikmati proses ini, yang penting suami saya bisa sehat terus. Saya juga merasa tidak jenuh saat di rumah sakit, karena banyak pasien lain yang cuci darah dan itu kita berbincang dengan yang lainnya. Apalagi Bapak disini termasuk pasien yang paling lama dan saya sudah akrab dengan pasien lainnya jadinya kita disini seperti saudara sendiri,” ucapnya.
Ia menceritakan bahwa pada saat itu suaminya juga pernah dirawat selama tujuh hari di rumah sakit karena komplikasi dan saat suaminya sembuh serta bisa pulang dari rumah sakit, Sunarti kaget kalau biaya perawatan suaminya sudah ditanggung seluruhnya oleh BPJS Kesehatan.
“Waktu bapak dirawat selama tujuh hari di rumah sakit, saya kaget kalau engga ada biaya apapun lagi yang saya keluarkan, padahal saat itu saya sudah membawa uang untuk membayar kalau misalkan ada selisih, tapi ternyata waktu saya dikasih tau sama petugasnya kalau biayanya itu udah ditanggung sama BPJS Kesehatan, disitu saya merasa sangat bersyukur sekali,” katanya.
Selain itu, Sunarti juga pernah merasakan manfaat dari Program JKN ini. Dimana ia harus dua kali masuk rumah sakit karena terserang diare. Lagi lagi ia tidak lupa mengucap syukur karena tidak mengeluarkan biaya apapun.
“Saya saat itu pernah keluar masuk rumah sakit karena diare dan harus dirawat, ternyata Program JKN ini memang benar benar nyata dan sangat membantu masyarakat yang membutuhkan pelayanan kesehatan,” tambahnya.
Sunarti juga bercerita tentang fasilitas dan pelayanan yang ia dan suaminya dapatkan selama pengobatan. Ia mengapresiasi petugas kesehatannya yang bersikap ramah dan baik dalam memberikan pelayanan di rumah sakit.
“Petugas rumah sakitnya juga pada ramah-ramah, bahkan saya sudah akrab dengan para petugasnya dan kita sudah seperti keluarga sendiri. Bapak saat ini usianya sudah 71 tahun dan ternyata bapak adalah pasien paling tua disini, kalau kata temen temen itu sudah seperti bapak sendiri disini,” ujarnya sambil menatap wajah suaminya yang sedang melakukan cuci darah.
Dengan kunjungan seminggu dua kali ke rumah sakit, Sunarti berpendapat bahwa hal itu harus bisa dijalani dan ia merasa tidak keberatan karena fasilitas dan suasana di rumah sakitnya sangat nyaman sekali.
“Kita disini jangan tegang dan harus bisa menikmati keadaan, yang penting kita tetap bisa beraktivitas seperti biasa. Bergurau dengan bapak atau teman teman yang lainnya membuat proses cuci darah ini tidak terasa. Padahal cuci darah itu waktunya tidak sebentar loh, bisa sampai lima jam prosesnya,” bebernya.
Diakhir, Sunarti berharap bahwa BPJS Kesehatan bisa terus hadir, karena tanpa adanya Program JKN ini, ia akan sangat merasa berat. Apalagi pengobatan suaminya harus rutin setiap 2 minggu sekali selama seumur hidup.
“Saya benar-benar ingin mengucapkan terima kasih kepada BPJS Kesehatan yang sudah menanggung biaya pengobatan cuci darah suami saya. Iuran yang saya bayarkan tidak sebanding dengan manfaat yang suami saya terima selama ini. Terus dengan pelayanan yang sudah semakin baik ini, semoga BPJS Kesehatan bisa terus hadir dan pastinya bisa memberikan yang terbaik kepada kami semua,” tutupnya.
Laporan: Red
Editor: Budi Santoso