Sariono (56) salah satu Kader JKN BPJS Kesehatan Cabang Pasuruan (kiri) saat berkunjung menemui Peserta JKN (dok.foto: red)
PASURUAN, BIDIKNASIONAL.com – Jaminan sosial yang menjamin biaya pemeliharaan kesehatan serta pemenuhan kebutuhan dasar kesehatan yang diselenggarakan secara bergotong royong dan bersifat wajib bagi seluruh penduduk Indonesia adalah program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) yang dilaksanakan oleh Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) Kesehatan.
BPJS Kesehatan sendiri telah membagi kelas kepesertaan diantaranya Pekerja Penerima Upah (PPU), PD Pemda, Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU), Bukan Pekerja (BP) serta Penerima Bantuan Iuran Jaminan Kesehatan (PBI JK).
Sebagai bentuk korelasi peningkatan pertumbuhan jumlah kepesertaan dan meningkatkan kolektabilitas iuran BPJS Kesehatan bagi segmen peserta informal atau Pekerja Bukan Penerima Upah (PBPU) dalam pelaksanaannya, BPJS Kesehatan hingga hari ini memiliki Kader JKN.
Disampaikan Sariono pria berusia 56 tahun salah satu Kader JKN BPJS Kesehatan Cabang Pasuruan bahwa, tugas Kader JKN adalah mengingatkan dan menyampaikan surat tagihan tunggakan iuran kepada peserta program JKN. Kemudian, melaksanakan kegiatan sosialisasi dan edukasi tentang program-program JKN serta membantu menjawab pertanyaan dan keluhan peserta.
“ Atas tugas tersebut, kami selaku kader ini adalah bagian garda depan yang turun langsung bertemu dengan masyarakat. Sementara dari pengalaman saya sendiri, kemampuan komunikasi Kader JKN menjadi syarat utama diterima Masyarakat,” ucap Rio sapaan akrabnya.
Lebih jauh dijelaskan Rio, bukan tugas ringan jika bertemu peserta JKN yang “bermasalah”, apalagi bila berjumpa dengan peserta yang tidak puas atau yang komplain atas pelayanan fasilitas kesehatan.” Pemantik pekerjaan rumah tersebut yakni kurangnya kesadaran peserta, kurangnya edukasi serta tidak mampu membayar iuran. Bisa dikategorikan, hal ini bukan tugas ringan apabila bersua dengan peserta-peserta bermasalah seperti yang saya ceritakan,” sebutnya.
Sementara dari pengalaman lapangan ujar Rio, keberadaan kader sangat dirasakan manfaatnya oleh warga masyarakat apalagi perangkat desa.” Lebih leluasa jika kita telah bersilaturahmi dengan perangkat desa. Modal Kader JKN, harus pintar dan cerdas memahami peraturan dan program yang terupdate. Data peserta yang diberikan kepada kami adalah peserta yang bermasalah dengan iuran dan rata-rata belum kenal Aplikasi Mobile JKN,” kata Rio.
Selain itu cetusnya, sambil berkunjung dirinya juga mensosialisasikan aplikasi mobile JKN, chika dan pandawa.” Lebih tepatnya kolekting edukasi dan penagihan, kunjungan ke peserta dari kantor, kita datangi peserta dan sangat penting, tidak menggunakan kata tagih saat berhadapan dengan peserta JKN,” jelas Rio.
Untuk itu, pria paruh baya yang memiliki satu momongan ini menjelaskan, strategi penerapan saat bertemu peserta JKN yaitu melakukan komunikasi melalui WhatsApp.” Kita tanyakan apakah masih disini atau tidak, atau data nya berubah. Saat seperti itu kami selalu bertemu dengan banyak para anggota keluarga peserta JKN,” tutur Rio.
Terpilih menjadi terbaik kedua dalam menjalankan tugasnya, Rio mengaku permasalahan klasik yang sering terjadi adalah peserta belum ada kesadaran membayar meskipun telah menunggak iuran, kesadaran berasuransi rendah juga faktor ekonomi dan edukasi diawal yang sangat kurang.
“ Kata kuncinya, jangan sekali sekali jadi kader berniat untuk mencari uang. Jadikan kader sebagai bagian aktifitas rutin biasa. Lebih penting lagi, kader merupakan bentuk partisipasi kontribusi terhadap negara,” tegasnya.
“ Resep wajib dan jangan ditinggalkan, Kader harus bisa bercanda. Jangan sekali-sekali bergaya dept kolektor, meskipun kita sudah membawa surat tagihan,” imbuh Rio sembari tersenyum menutup perbincangan.
Laporan: red
Editor: Budi Santoso