Arista Mustikawati (52) peserta JKN (dok.foto: ist)
SURABAYA, BIDIKNASIONAL.com – Dalam era kesehatan yang semakin kompleks, asuransi kesehatan menjadi salah satu prioritas utama bagi banyak orang. Di tengah kebutuhan akan jaminan kesehatan yang memadai, Program Jaminan Kesehatan Nasional (JKN) hadir sebagai solusi terjangkau yang memberikan manfaat luas bagi masyarakat Indonesia. Salah satu peserta Program JKN, Arista Mustikawati (52), yang tinggal di Rungkut Mejoyo, Surabaya, menyampaikan pentingnya menjadi peserta JKN untuk menjaga kesehatan keluarga.
“Meskipun hingga saat ini hanya menggunakan fasilitas program JKN untuk berobat penyakit ringan seperti flu dan demam, kami menyadari bahwa jaminan kesehatan merupakan kebutuhan yang tidak bisa diabaikan. Memang belum pernah sampai rawat inap, tapi kami merasa terbantu ketika anggota keluarganya sakit, karena jaminan kesehatan dari Program JKN ini tetap tersedia,” ungkap Arista di Surabaya, Sabtu (30/03).
Menurut Arista, meskipun ia juga memiliki beberapa asuransi kesehatan swasta, BPJS Kesehatan tetap menjadi pilihan utama karena manfaat yang lebih lengkap dengan premi yang lebih terjangkau. BPJS Kesehatan sebagai penyelenggara Program JKN diakuinya menawarkan perlindungan yang cukup menyeluruh sehingga membawa rasa aman bagi para pesertanya.
“Awalnya keluarga kami terdaftar sebagai peserta yang didaftarkan oleh perusahaan tempat saya bekerja. Waktu itu kami memilih fasilitas kesehatan tingkat pertama di Klinik Jemursari yang hingga saat ini, alhamdulillah, hanya digunakan untuk periksa sakit biasa seperti lambung, demam, panas, flu dan batuk pada umumnya,” jelas Arista.
Arista mengungkapkan selama ia menggunakan fasilitas dari Program JKN, dirinya dan keluarga tidak pernah mengalami kesulitan. Ia mengakui fasilitas kesehatan melayani dirinya tanpa dibeda-bedakan dengan peserta umum lainnya.
“Kami selalu dilayani secara profesional. Datang cukup berbekal Kartu Indonesia Sehat (KIS), menyampaikan keluhan sakit, dapat nomor antrean dan menunggu panggilan dari dokter untuk diperiksa,” tutur Arista.
Tak perlu menunggu lama, sambung Arista, setelah diperiksa oleh dokter, obat pun diberikan tanpa harus membeli obat dari luar. Ia juga tidak pernah diminta untuk membayar biaya tambahan, semua pemeriksaan dan obat bebas biaya atau gratis.
“Saya yang memiliki beberapa asuransi kesehatan selain BPJS Kesehatan merasakan betul kemudahan, cepatnya layanan yang diberikan dan perasaan disetarakan dengan pasien yang menggunakan asuransi swasta lainnya maupun pasien umum. Padahal, iuran yang harus dibayarkan untuk menjadi peserta BPJS Kesehatan relatif lebih terjangkau,” ujar Arista.
Meskipun telah mengundurkan diri dari pekerjaannya sejak Desember 2023, Arista tetap memilih untuk tetap menjadi peserta BPJS Kesehatan sebagai prioritas utama untuk menjaga kesehatan keluarganya. Ia merasa keputusan ini adalah hal yang tidak bisa ditawar lagi.
“Berdasarkan pengamatan saya, biaya berobat tanpa menggunakan fasilitas Program JKN di klinik berkisar antara 100 hingga 200 ribu rupiah, sementara dengan menjadi peserta JKN semua biaya bisa lebih terjangkau asal kita rajin membayar iurannya. Selain hal ini memang merupakan hal yang terbaik bagi keluarga saya, sekaligus membawa manfaat bagi peserta JKN lainnya,” tutur Arista.
Arista berharap agar masyarakat Indonesia lebih banyak menggunakan fasilitas Program JKN ini untuk menjaga kesehatan mereka. Ia pun berharap agar kualitas pelayanan BPJS Kesehatan terus ditingkatkan.
“Mudah-mudahan BPJS Kesehatan tidak berhenti berinovasi untuk meningkatkan kualitas layanannya dan selalu memberikan yang terbaik bagi peserta Program JKN. Saat ini sudah cukup baik, namun tentu saja ada ruang untuk perbaikan,” ujar Arista.
Dengan pengalaman dan pandangan yang disampaikan oleh Arista, dapat disimpulkan bahwa Program JKN tidak hanya menjadi solusi terjangkau bagi jaminan kesehatan, tetapi juga membawa dampak positif dalam menjaga kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia. Program JKN diharapkan untuk terus berkembang dan memberikan manfaat yang lebih besar bagi seluruh pesertanya.
Laporan: rn/ws/red
Editor: Budi Santoso
