Prosesi Akbar Pengesahan 1278 Warga Baru PSHT Cabang Wonogiri
WONOGIRI, JATENG, BN-Sekitar 1278 siswa pencak silat Persaudaraan Setia Hati Teratai (PSHT) berasal dari berbagai ranting Kecamatan se Kabupaten Wonogiri di wisuda. Dengan di wisudanya siswa ini maka diakui sebagai warga baru PSHT
Wisuda ini merupakan agenda tiap bulan Suro yang diselenggarakan dalam setahun oleh PSHT.
Tradisi wisuda ini dilakukan turun temurun dari Eyang Suro yang merupakan cikal bakal perguruan silat yang berdiri pada tahun 1922.
Hal ini merupakan kearifan lokal yang menjaga tradisi adi luhung, karya putra bangsa yang sampai saat ini masih eksis dalam proses latihan siswa sampai tahap akhir atau pengesahan.
Menurut Mas Aji Sinawung salah satu warga PSHT yang ditemui wartawan Bidik Nasional mengatakan silat tradisional adalah cipta karya dari seseorang yang dalam perjalanan secara fisik dan ritualnya membutuhkan tahapan dan proses yang memakan waktu lama dan rintangan yang berat.
Hal yang sama juga di amini oleh beberapa warga PSHT. Menurutnya, banyak dari mereka ingin menjadi warga, akan tetapi dalam prosesnya, banyak dari mereka putus di dalam proses latihan.
Hal ini karena tahapan atau fase yang wajib di lalui oleh siswa, mungkin dirasa berat atau faktor yang lain, siswa yang bertahan dalam proses dan yang tereliminasi, merupakan seleksi alam.
Sementara Mas Sukma,salah satu Warga , yang juga putra pendiri PSHT di Kabupaten Wonogiri mengatakan banyaknya polemik atau problem yang dari tahun ke tahun selalu terjadi, semisal adanya oknum yang mengaku warga PSHT, padahal hanya mengenyam latihan di pertengahan atau bahkan tidak sama sekali. Hal tersebut karena ada jalinan persaudaraan yang kuat antar sesama Warga PSHT.
Di momen yang berbeda, Mas Wahidi, yang merupakan tokoh pendiri juga warga PSHT trap ll atau tingkat 2, menambahkan salah satu tanggung jawab siswa setelah disahkan/di wisuda menjadi warga adalah mengembangkan eksistensi PSHT dimanapun berada, seperti dalam falsafah yang ada pada simbol atau loggo yang terletak di baju atribut pendekar PSHT. Bahwa dimanapun dan di kondisi apapun, bahwa bunga terate bisa hidup.
Menurutnya mengembangkan dalam arti yang lebih luas, bahwa seorang warga harus bisa membawa diri, beradaptasi di lingkungan dimana dia berada, tidak terbawa arus kehidupan yang negatif, paham dan tahu benar dan salah.
Meskipun dalam hal yang lain, juga tidak kalah pentingnya mengembangkan latihan atau membuka tempat-tempat latihan baru, mendidik siswa dalam berproses latihan dan lebih banyak lagi.
Mas Wahidi, putra asli Madiun, yang merupakan tokoh pendiri PSHT di tahun 1970 an ini berharap kedepan organisasi sebesar PSHT, menjadi kebanggaan sebuah bangsa dan menjadi kearifan lokal yang terus dijaga. (Ong74 )