JATIMSURABAYA

Cegah Stunting, Ini Cara Akademisi dan Stakeholder di Surabaya

■ Akademisi Poltekkes Kemenkes Surabaya Lakukan Riset

SURABAYA, BIDIKNASIONAL.com – Selasa 26 April 2022, bertempat di Pendopo Kelurahan Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo, Kota Surabaya, seluruh stakeholder terdiri dari Lurah Medokan Semampir, Kepala Puskesmas Keputih Surabaya, Kasie kesra, ketua PKK, ahli gizi, bidan, kader posyandu, kader kesehatan dan ibu balita melaksanakan FGD (Focus Group Discussion) guna mencari pola atasi Stunting.

Untuk diketahui, Stunting adalah kondisi gagal tumbuh anak akibat kekurangan gizi di seribu hari pertama kehidupan anak. Kondisi ini berefek jangka panjang hingga anak dewasa dan lanjut usia.

Disampaikan oleh Anasita salah satu dosen jurusan gizi Poltekkes Kemenkes Surabaya sekaligus ketua tim peneliti, mekanisme pengumpulan data mencari masukan data dari masyarakat terkait pencegahan stunting merupakan salah satu cara bagaimana nantinya modul akan dibuat.

” Kami berencana membuat sebuah modul untuk alat edukasi pada keluarga yang mengalami stunting, modul semacam panduan sebuah edukasi dengan menggunakan alat, berupa alat peraga edukasi, bisa berupa gambar atau mungkin dalam bentuk buku,” ungkap Ana di Surabaya (26/04).

Memahami bayi mengalami gizi buruk atau Stunting anak, lebih sederhananya adalah anak-anak mengalami fisik pendek atau tinggi badannya tidak sesuai standar jika dibandingkan dengan umurnya.

“Jadi kalau misalnya katakanlah anak itu seharusnya usia setahun, itu misal, tinggi badan standar antara 80 sampai 100 Cm, maka dia dibawah itu, cuma 60 -70 Cm.

Perlu dilakukan satu penelitian, seperti forum diskusi yang baru saja kami laksanakan. Nanti kami tim peneliti akan mengolah datanya untuk menjadi pokok kunci dan bahan membuat alat peraga untuk mencegah balita stunting,” ucapnya.

Setelah tim peneliti Poltekkes Kemenkes Surabaya mendapatkan referensi dari Bakesbangpol Surabaya, Dinas Kesehatan kota Surabaya, Puskesmas dan Kelurahan berikutnya Kelurahan Medokan Semampir menjadi tempat diskusi.

Adapun dalam FGD terbagi menjadi dua kelompok diantaranya, stakeholder yang terdiri dari Lurah, Kepala Puskesmas, Kasie kesra, ketua PKK, ahli gizi dan bidan. Kelompok berikutnya yaitu kader posyandu, kader kesehatan dan ibu balita.

Taufiqurrahman SKM MPH salah satu anggota tim peneliti Poltekkes menambahkan, hasil diskusi akan menjadi referensi atau bahan diskusi lagi bagi tim peneliti untuk merumuskan, apa materinya dan desain yang cocok.

” Apa sih yang di inginkan, sehingga kita melakukan upaya-upaya untuk memberikan pemahaman, bagaimana ibu-ibu menyadari apa masalahnya. Kemudian tergerak hatinya untuk melakukan upaya upaya pencegahan.

Ini kan perlu satu cara edukasi yang tepat supaya bisa sampai ke masyarakat. Tentu nanti kami akan membuat media, yang tentunya akan kami kembangkan lebih lanjut, melalui uji coba. Kerangka desain tidak jauh dari masukan para kader dan stakeholder, dalam hal ini sasaran nya adalah keluarga yang mengalami stunting,” urainya.

Mengapa harus stunting, Taufiq membeberkan, hal itu merupakan issue nasional. Tim peneliti berkeinginan dapat memberikan kontribusi melalui bidang akademisi.

“Seperti kegiatan penelitian yang sekarang kita lakukan. Nah, hasil penelitian ini ,ketika modulnya jadi, ada materinya, nanti setelah kita uji coba ternyata efektif, nanti kita implementasikan dalam bentuk kegiatan pengabdian masyarakat. Tidak cukup pendidikan pengajaran, jadi apa yang kita ajarkan di bangku kuliah tentunya harus berbasis riset dan manfaat,” tandasnya.

Dikesempatan yang sama, drg. Siti Rozaemah, M.Kes Kepala Puskesmas Keputih Surabaya menegaskan, proses pencarian satu modul atau cara untuk bisa masuk ke dalam Stunting itu sendiri menjadi tanggung jawab bersama.

Diterangkan, selama sudah ada modul, proses aktifasi akurat mencari pola yang cocok akan lebih memberikan edukasi dan pemahaman bagi masyarakat.

” Yang jelas, masih ada stunting terus. Ini tadi kita mencari masukan, modul seperti apa yang kita pakai untuk keluarga itu paham, ini stunting, bahayanya, generasi seterusnya mengerti dan seberapa mudah dipahami,

Berharap masyarakat cepat mengerti apa resiko jika anak mengalami gizi buruk dan stunting. Bukan hanya terhadap tumbuh kembangnya, bukan terhadap fisik tapi juga terhadap motoriknya dan IQ anak. Kalau anak IQ nya dibawah normal apa bisa pintar. Anak adalah aset,” ucapnya.

Terpisah, Supriono, S.Sos, MM Lurah Medokan Semampir, Kecamatan Sukolilo mengatakan bicara kegiatan hari ini, sebenarnya pemerintah telah sejak lama memberikan perhatian mulai warga hendak menikah dan seterusnya, pemerintah berharap terbaik bagi warganya.

” Kami berkeinginan anak-anak Indonesia khususnya Surabaya menjadi bibit unggul. Perlunya ahli personal spiritual berdasarkan bidang nya masing masing. Bidang gizi apa kontribusinya, agar tumbuh kembang bayi memiliki kualitas yang lebih baik,” pungkasnya.

Penulis      : boody/red

Editorial     : Budi Santoso

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button