
Pembangunan pelebaran jembatan di Desa Kelurahan, Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk diduga kropos (Foto: ISK)
NGANJUK, BIDIKNASIONAL.com – Pekerjaan konstruksi merupakan salah satu pekerjaan yang mempunyai risiko tinggi terutama pada tahap pelaksanaan konstruksi, tidak terkecuali dalam pekerjaan pelaksanaan konstruksi jalan dan jembatan.
Dilansir dari laman garuda.kemdikbud.go.id, Analisa risiko dengan melakukan uji validitas dan reliabilitas, sehingga faktor risiko tereduksi sebanyak 9 faktor dan analisa level risiko untuk mendapatkan risiko dominan, risiko dominan yang diperoleh terdapat 4 faktor dominan yaitu faktor risiko yang paling tinggi dengan bobot 11,657 adalah kondisi lokasi site yang sulit, selanjutnya kesalahan estimasi waktu pelaksanaan proyek dengan bobot 10,886, ketidaktersediaan material dengan bobot 10,657, dan keterlambatan pengiriman material dari suplier dengan bobot 10,400.
Proyek Pembangunan pelebaran jembatan di Desa Kelurahan Kecamatan Ngronggot, Kabupaten Nganjuk diduga bobot kurang dari 11,657 dan kropos di dalamnya, sementara pembangunan yang bersumber dari Dana APBD TA 2022 senilai Rp 824 juta itu semakin menjadi tanda tanya besar bagi masyarakat ngronggot.
Pasalnya, proyek pembangunan jembatan dengan Kontraktor CV Putra Pratama Mulia, kendati anggarannya hampir mencapai 1 miliar namun tidak bisa dimanfaatkan bagi masyarakat sekitar diduga pembangunan jembatan tersebut kropos.
“Luar biasa! Masa iya sih jembatan senilai Rp 824 juta dibangun seperti ini? Mahal-mahal tapi pembangunannya sangat jelek dari kulitas,” kesal salah seorang warga yang tidak mau disebutkan namanya disini.
Warga setempat menduga jika perusahaan rekanan pelaksana pengerjaan jembatan tersebut hanya mencari keuntungan tanpa memikirkan kepentingan masyarakat banyak.
“Saya selaku sopir aja bisa menilai jika pemborong yang membangun jembatan ini hanya mencari untung besar,” ujar warga ngronggot setempat itu dengan kesal.
Dari pantauan awak media di lokasi, Rabu (26/10/2022), posisi jembatan pembangunan jembatan tersebut juga tidak simetris dengan badan jalan desa. Bahkan lebih terkesan pondasi jembatan menuju arah lahan sawah warga.
Proyek Jembatan Rp 824 Juta Diduga kropos didalamnya, Bagaimana ini Dinas PUPR Nganjuk, Ironisnya, jembatan yang dibangun terindikasi buru-buru memasuki akhir Oktober 2022 sudah lewat dari nilai kontrak.
Warga setempat yang tidak mau di sebutkan namanya, mengatakan, Jika jembatan tersebut ditimbun dan disimetriskan dengan badan jalan desa dipastikan akan memakan lahan warga. Sementara rekanan yang mengerjakan proyek pembangunan jembatan tersebut hanya melengkungkan pagar pembatas jembatan agar posisi jembatan terlihat mengarah ke badan jalan.
“Cobalah mas tengok, jalan desa ini nggak pernah diaspal, pembangunan jembatan yang diharapkan warga dari dua dusun ini agar bisa membawa hasil, namun pembangunan jembatan tersebut menuai kecemasan warga,” ujar warga yang ditemui sedang melintasi jembatan menggunakan kendaraan roda 2 kepada wartawan.
Sementara di lokasi tidak ada pekerja proyek, warga setempat ketika ditemui wartawan, kesal melihat pembangunan tersebut.
Laporan: ISK
Editor: Budi Santoso