JATENGPEKALONGAN

Keluarga Korban Dugaan Pencabulan Oknum Guru Ngaji di Pekalongan Desak Polisi Usut Tuntas

Para korban menunjuk pengacara Didik Pramono, SH dan Zaenudin, SH dan kawan- kawan (Foto: Tim)

PEKALONGAN, BIDIKNASIONAL.comKorban pencabulan diduga dilakukan oknum guru mengaji di Desa Sambiroto, Kecamatan Kajen, Kabupaten Pekalongan menolak untuk berdamai maupun mencabut laporan polisi. Keluarga korban tetap menginginkan kasus tersebut berlanjut ke jalur hukum.Ia mendengar kabar para korban lain telah berdamai,” makanya saya tetap tidak terima dan minta ke adilan  agar pelaku mendapatkan hukuman yang setimpal,” kata keluarga korban pada bn.com. 

“Kami ingin pelaku tetap diproses hukum agar bisa menjadi pelajaran kepada yang bersangkutan,” tegas CT (37) orang tua dari korban DP (12), Minggu (28/5/2023).

CT mengatakan, pasca pelaporan pelaku ke polisi keluarganya kerap mendapat perlakuan tidak menyenangkan dari masyarakat maupun perangkat desa.

Ia juga heran dengan keluarga korban lainnya yang tiba-tiba berubah haluan menjadi pembela pelaku, padahal anak-anak mereka sudah jelas jadi korban sesuai dengan pengakuan pelaku saat dibawa pemuda ke balai desa.

“Bahkan waktu itu saya ditantang oleh salah satu keluarga korban yang sudah berdamai dengan keluarga pelaku untuk melapor ke polisi,” ungkap CT geram.

CT membantah adanya pernyataan bahwa tindakan pelaku pencabulan dikatakan sebagai bentuk ungkapan kasih sayang seorang guru kepada muridnya.

“Kasih sayang kok sampai mencium bibir dan itu dilakukan pelaku di tempat wudhu. Apakah pantas seorang guru mengaji mencium bibir santrinya di lingkungan mushola,” geramnya. 

Perlakukan tidak wajar SW juga diungkap oleh, AK (17), salah satu korban lain yang sekarang sudah duduk di kelas dua SMA. Oleh santrinya pelaku dikenal galak dan kerap berceramah menjurus ke arah porno seperti menyebut pakaian dalam dan sejenisnya.

“Saya pernah jadi korban pelaku saat kelas enam SD hingga akhirnya memilih keluar tidak lagi mengaji di tempat itu dan risihnya yang bersangkutan kerap chat sayang ketika saya SMP, entah darimana bisa dapat kontak saya,” aku AK yang juga kerap didatangi perangkat untuk mencabut laporan.

Demikian juga dengan NA yang sekarang telah berusia 19 tahun dan baru saja lulus sekolah. Ia mengaku terpaksa harus berganti nomor kontak karena kerap dihubungi pelaku.

“Saya sering diteror lewat telepon untuk diajak ketemuan namun diminta untuk tidak bilang ke siapa-siapa, akhirnya saya ganti nomor,” tuturnya.

Sementara itu Hd (53) orang tua dari NA menambahkan bahwa dirinya masih ada hubungan kerabat dengan pelaku, namun demikian dirinya merasa dipojokkan dengan adanya kasus yang menimpa anaknya.

Kini masyarakat memandang bahwa dirinya orang yang tidak tahu berterima kasih pernah ditolong malah sekarang mau mengkasuskan pelaku.

“Saya sebenarnya sakit hati dapat gunjingan seperti itu hanya karena pelaku dari keluarga kaya. Terlebih saat saya membela anak saya yang menjadi korban, banyak masyarakat maupun keluarga pelaku mengejek mau habis uang berapa melawan pelaku dan pengacaranya. Seolah saya mencari keadilan tidak akan berlanjut kasusnya di kepolisian tanpa punya uang, bahkan oleh perangkat desa pun saya diminta untuk mencabut laporan,” beber Hd.

Seperti ramai diviralkan di media sosial sebelumnya, seorang oknum guru mengaji diduga mencabuli delapan santrinya yang masih di bawah umur.

Atas kejadian tersebut pelaku diamankan polisi setelah sebelumnya sekelompok pemuda menggeruduk pelaku dan membawanya ke Balai Desa,pelakupun mengakui perbuatannya mencabuli para santrinya  yang masih dibawah umur.

Didik Pramono dan Zaenudin selaku kuasa hukum para korban mengatakan,akan mengawal kasus ini sampai mendapatkan keadilan yang seadil-adilnya.ia juga sangat menyayangkan adanya dugaan intimidasi dari pihak pemerintah desa.

“Saya selaku Ketua LBH ADHYAKSA kuasa dari pihak korban akan segera melakukan klarifikasi ke pihak Polres ,sampai mana tindak lanjutnya,” tegas Didik Pramono.

Laporan: Tim

Editor: Budi Santoso

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button