HALMAHERA SELATANMALUKU UTARAOPINI

Kisah Tangis Di Negeri Dolar

Penulis : Anwar Gane
Direktur Eksekutif Save Halmahera

HALMAHERA SELATAN – Minggu 6 juni 2024, pukul 16.00 waktu indonesia timur, longboat yang saya tumpangi jikotamo berjalan menyusuri perairan laut pulau obi, melewati beberapa pulau rimbun meski di bagian lain bukitnya terkelupas di keruk, tampak dari kejahuan terdengar suara mesin pabrik terdengar nyaring, kebisingan dan debu aktivitas pertambangan menjadi teman keseharianku di pulau dolar itu.

Pulau Obi adalah negeri dolar yg menjadi target pengusaha tambang, pemerintah memperlakukan pulau ini sebagai salah satu tumpuan industri di kabupaten Halmahera Selatan, namun sejak industri pertambangan di beri restu, pemerintah mengeruk daerah ini, pohon-pohon di gusur perusahan yang menyebabkan sumber kehidupan lenyap.

Tanah yang menjadi Kebutuhan dasar bagi manusia mencari nafkah,Tanah juga di jadikan aset yang sangat strategis sebagaimana di amanat konstitusi, Pasal 33 ayat 3 Undang-Undang Dasar 1945 yang berbunyi “Bumi Air dan kekayaan alam yang terkandug di dalamnya di kuasai oleh negara dan di pergunakan untuk sebesar-besarnya untuk kemakmuran rakyat”.

Kasus lahan milik almarhum Hamisi la awa, lagi-lagi menjadi sasaran objek penyerobotan oleh pihak investor, peristiwa yang cukup memprihatinkan dan meresahkan, ini bukti keterlibatan Birokrasi mengawal hajatan para pelaku bisnis.

Hutan dan lahan perkebunan di gusur, lingkungan tercemar, laju kerusakan dan ancaman ruang hidup tak terkendali. Solusi untuk para pengambil kebijakan, segera buat aturan pro terhadap rakyat jelata.

Sejingkal tanah adalah kehidupan, setetes air adalah sumber kehidupan, laut adalah harapan hidup.

Salam Lestari

Isi naskah tanggung jawab penulis

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button