MATARAM, BIDIKNASIONAL.com – H. Bambang Muntoyo atau yang biasa disapa HBM, merupakan Salah satu pengusaha asal Kota Mataram, sekaligus Ketua Umum DPD Gabungan Perusahaan Konstruksi Nasional Indonesia (Gapeksindo) Provinsi NTB, tengah menjalani tindakan dengan alat medis baru milik RSUD Ruslan Kota Mataram (C-Arm Radiography Fluoroscopy dan Ablasi Radio Frekwensi).
Pekan kemarin HBM menjadi salah satu pasien yang mengidap syaraf terjepit atau Hernia Nukleus Pulposus (HNP) dan menjadi pasien pertama RSUD Ruslan Kota Mataram yang merasakan manfaat dari alat media tersebut, dan mengaku puas dengan manfaat alat baru tersebut.
“Alatnya bagus, saya tidak lagi merasakan nyeri di bagian pinggang,” ungkapnya.
HBM juga memuji pelayanan para dokter terutama yang mengurusnya selama menjalani tindakan medis. Ia pun menyarankan untuk siapa saja, khususnya yang menderita sakit pinggang akibat saraf terjepit atau HNP, ia menjamin RSUD Kota Mataram, sebagai pilihan tepat untuk berobat.
“Silahkan bagi yang menderita seperti saya, segera berobat ke RSUD Ruslan Kota Mataram, selain pelayanan nya dokternya juga baik, dan sangat komunikatif selama saya dirawat dan menjalani tindakan,” pujinya.
Dokter Spesialis Saraf Intervensi Nyeri RSUD Kota Mataram, dr M. Sofyan Faridi Sp.N, FMIN., mengatakan, C-Arm Radiography Fluoroscopy atau Alat Panduan Radiologi, dan Ablasi Radio Frekwensi disingkat RF, digunakan untuk membakar syaraf terjepit atau HNP, dengan C-Arm, pihaknya melakukan ablasi terhadap saraf pada tulang belakang. Dilanjutkan dengan tindakan injeksi (Suntikan) tulang belakang pasien. Rabu. 18/12.
dr. Sofyan Faridi juga mengatakan, Alat itu didatangkan dari luar negeri dan RSUD Kota Mataram menjadi satu-satunya rumah sakit di Provinsi NTB yang menggunakan alat tersebut.
“Ini yang namanya tindakan intervensi nyeri. Tindakan medis terhadap saraf kejepit diawali dengan physiotherapy, kemudian obat-obatan anti nyeri, lalu obat anti nyeri saraf,” bebernya.
Tindakan intervensi nyeri atau Suntikan Transforaminal Lumbal dengan C-Arm dan RF di bagian tulang belakang dilakukan, jika pasien masih ada keluhan setelah physiotherapy.
“Nanti kita suntik ke tulang belakang itu di foramen. Biasanya daerah lumbal empat, lumbal lima. Atau lumbal lima, sakral satu,” terangnya.
Setelah pasien di MRI, akan ditentukan HNP yang diderita pasien masuk grade I, II, III, atau IV. apabila masih pada Grade I dan II, masih bisa dilakukan tindakan intervensi nyeri.
Namun jika masuk grade III dan IV, pihaknya menyarankan pasien untuk melakukan operasi. Pasien HBM menurutnya masih pada Grade II.
“Cuman pasien-pasien lansia takut untuk operasi. Karena banyak penyakit dasarnya. Seperti jantung, diabet,” katanya.
Saraf terjepit atau HNP awalnya merupakan gangguan di sensorik dengan ciri-ciri nyeri pinggang, kesemutan hingga menjalar ke betis dan telapak kaki.
Jika grade-nya berat, lama kelamaan saraf motorik terganggu dan menyebabkan gerakan fisik lemah. Kemudian gangguan saraf otonom, seperti sulit buang kecil dan BAB.
Laporan: Rilis/Aini
Editor: Budi Santoso