Ritual Adat Dayak Menganjan Alm Maria Filipito Rohana Sukses Diselenggarakan
KETAPANG, KALBAR, BN – Upacara Adat Dayak Menganjan Menyerayong Melopasan Pantang Ponti Tabo Juru Kuning Merah, Sampang Jeronang Almarhumah Urang Kayo ‘’ Maria Filipito Rohanan ‘’ semoga Alm diterima di Sebayan Tujuh Serugo Dalam ditujukan sebagai penghormatan terakhir kepada Ibu Maria Filipito Rohana.
Adapun tempat pelaksaanaan Upacara Adat Menganjan Serayong dilaksanakan di Rumah Kediaman Bupati Ketapang Martin Rantan SH Jalan S. Parman Gg. Sukajadi No. 10 Kel. Mulia Baru Kec. Delta Pawan.
Acara Prosesi Ritual Adat Dayak berlangsung selama tiga hari dua malam (27-29 April 2018). Peristiwa seperti ini selalu dikenang masyarakat Dayak Se-Kabupaten Ketapang Provinsi Kalimantan Barat.
Secara sederhana makna Menganjan adalah ungkapan kemenangan atas maut. Dengan Menganjan dimaksudkan agar suasana duka dalam masa berkabung diganti dengan suasana riang gembira.
Menganjan juga untuk melepaskan semacam ikatan yang disebut pantang pamali, membersihkan. Keyakinan orang Dayak arwah keluarga yang meninggal dapat masuk ke Sebayan Tujoh Serugo Dalam, Ke Hujong Ke Penawaian, Kesiu’ Kependondaman, Be’arai Cetohu Bayu, Benasicetohu Basi, Beborascemenutu, Bejolu Cebekarang.
Artinya tempat dimana air tidak membusuk, nasi tidak pernah basi, beras tidak perlu menumbuk, dapat lauk-pauk tidak perlu berburu, suatu tempat yang digambarkan sebagai tempat yang abadi, kebahagiaan kekal.
Ritual inti Menganjan dimulai dengan ritual memotong Batang Kayu Garong. Sebanyak 20 orang wakil Ansang (sebutan untuk tamu) memotong kayu melintang di tengah jalan di ujung Kampong, Pekikan Puluhan Ansang menandai putusnya tiang pembatas Ansang dan tuan rumah itu. Empat pasang penari datang menjemput Ansang dan mengiringnya sampai ke tempat acara yang dinamakan Tetarok.
Para tamu dijamu dengan sirih pinang dan tuak, minuman beralkohol sekitar 25% yang terbuat dari beras ketan diberi ragi. Setelah para tamu (Ansang) diterima di Tetarok, ritual Menganjan. Tetapi sebelum tamu datang juga telah dilaksanakan serangkaian ritual.
Ada 14 ritual yang dilaksanakan selama proses Menganjan. Yakni (1). memberi makan tiang garong (2). membersihkan kepala kayau (3).pemberi makan roh-roh (4). dongeng asal-usul kanjan (5). penyerahan jarau (6). memotong garong (7). menyerahkan pelelawat (8).mengambil salib ke kuburan (9). memutus bulen (10). menebang jarau (11). mengembalikan salib ke kuburan (12). memotong kasau (13). bepalit parang beliung (14). piring beras.
Dari 14 prosesi ritual yang paling menarik perhatian warga dan paling sakral adalah ritual menumang kepala. Menumang kepala adalah membakar kepala diatas tungku tumang (tungku berkaki tiga).
Jaman pengayauan dulu, yang dibakar kepala manusia hasil mengayau atau Penebok. Meskipun orang Dayak Kalimantan Barat tidak ada tradisi Mengayau, namun jika ada pengayau yang menyerang maka diadakan perlawanan untuk membela diri. Kepala kayau merupakan simbol kemenangan. Kini tidak ada pengayauan lagi, maka yang dibakar buah kelapa hijau yang muda.
Hasil himpunan temuan wartawan BN silsilah Dayak Banjarmasin, (KAL-SEL) Dinas Kebudayaan dan Parawisata Kabupaten Ketapang dan Abdul Razak (Panitia Pelaksana) Saat dikonfirmasi(29/4) mengatakan dengan diselengarakan, upacara Adat Menganjan Menyerayong Melopasan Pantang Ponti Tabo Juru Kuning Merah, Sampang Jeronang Almarhumah Urang Kayo Maria Filipito Rohana yang hadir tidak hanya orang dayak saja, namun semua suku juga hadir dalam menyaksikan upacara ini.
Drs Yulianus M.Si, Leonardus Rantan.SH dan Abdul Razak berharap agar upacara Adat Menganjan seperti ini tetap dilestarikan, agar adat dan budaya kita tidak lapuk dimakan zaman, selain itu dengan diselengarakan acara adat Dayak bisa mengundang para wisatawan baik lokal dan manca negara bisa hadir dan melihat langsung adat budaya kita di Kalbar.
Berkat kerja keras Panitia Pelaksana yang di ketuai Martha Enne, S.IP. MM dan anggota panitia lainya dan didukung semua Pihak, acara adat Menganjan Almarhumah Urang Kayo Maria Filipito Rohana, aman terkendali dan kondusif selama acara dimulai sampai dengan selesai selama tiga hari dua malam.
Adapun undangan yang hadir dalam acara ini adalah Bapak Cornelis selaku Presiden Dayak Kalimantan Barat, seluruh tokoh Dewan Adat Dayak (DAD) se-Kalimantan Barat, seluruh DAD se-Kabupaten Ketapang, Polres Ketapang, Brimob, TNI, LSM, Ormas, Media, dan seluruh SKPD se-Kab Ketapang *** (Yan Pullar)