TEMUAN UNIK DALAM VISITASI SD/ MI DI SUATU DAERAH LINGKUP KABUPATEN BARITO UTARA
OPINI
Oleh: Dr.Cand, Effrata, M.Si
Dosen Sosiologi di Universitas PGRI Palangka Raya dan peneliti di bidang budaya
Sebagai Asesor yang diberi kepercayaan menjalankan tugas ke daerah-daerah khususnya Kalimantan Tengah, berdasarkan surat tugas yang saya terima saya diberi tugas ke daerah kabupaten Barito, yaitu Barito Utara tepatnya. Dimana saya ditugaskan di 4 Sekolah Dasar di kabupaten tersebut yaitu:
1. SD Negeri -1 Hurung Enap
2. SD Negeri -2 Hurung Enap
3. SD Negeri Malawaken
4. SD Negeri Malungai
Untuk mewujudkan sistem pendidikan yang berkualitas, Maka untuk itu asesor berfungsi untuk melaksanakan uji kompetensi terhadap peserta uji (orang yang dinilai) berdasarkan tugas yang diberikan oleh LSP (Lembaga Sertifikasi Profesi) atau BNSP (Badan Nasional Sertifikasi Profesi). Disamping itu sekalian melihat setiap kondisi sekolah yang dituju dimana sekolah tersebut berada di kabupaten yang jauh dari kota.
Di hari kedua saya bersama teman saya Ibu Etty Junas selaku anggota saya, kami dari kabupaten Muara Teweh langsung menuju ke kecamatan Lahei, dimana dari Lahei tersebut kami perlahan namun pasti menapaki satu demi satu anak tangga yang digunakan masyarakat tersebut secara turun temurun, dimana anak tangga tersebut digunakan masyarakat untuk mengambil air, mandi, dan juga tempat menambat perahu kecil atau masyarakat biasa menyebutnya Jukung, untuk bisa sampai ke tujuan yaitu desa Hurung Enap kami harus melewati jalur air dengan jarak tempuh 3- 4 jam. Setelah menempuh jarak tersebut tibalah kami di desa Hurung Enap, tak terasa rasa lelah, keringat bercucuran dengan deras ketika kami menginjakan kaki di sana. Sementara saya berhenti karena lelah duduk di bangku di pinggiran sungai, beberapa warga lewat menyapa dengan ramah lewat senyum simpul. Menggambarkan bahwa warga Hurung Enap adalah masyarakat yang ramah kepada setiap tamu yang datang. Karna baru pertama kali datang ke tempat tersebut saya tidak tau pasti dimana lokasi SD yang saya Tuju jadi saya bertanya kepada warga yang lewat. Dengan serempak warga beberapa warga menjawab “di ujung kampung ibu..”
Setelah berjalan beberapa menit sampailah kami di SD Negeri Hurung Enap, begitu tiba kami telah ditunggu dan disambut oleh kepala sekolah dan guru-guru yang berjumlah 4 orang serta beberapa murid yang terdiri dari kelas 4 dan kelas 5. Setelah selesai berbincang dengan para guru kami melanjutkan dengan meninjau tiap kelas. Sebelumnya tiap kelas dan murid biasa saja seperti pada kelas pada umumnya, tetapi setelah saya sampai di kelas 4 maka spontan hal tersebut terasa berbeda karena di kelas tersebut saya melihat sorang anak kelas 4 SD dengan penampakan yang tidak biasa, anak perempuan tersebut memiliki wajah yang dewasa dan bisa dikatakan tidak sesuai dengan ukuran seorang anak kelas 4 SD.
Kartini demikian nama anak perempuan tersebut, dia menyapa saya dengan sebutan Ibu dan menawarkan saya minum, demikian kartini yang saya lihat mempunyai keinginan yang kuat untuk belajar dan bersekolah dengan segala keterbatasan yang dimilikinya. Setelah selesai melihat ruang-ruang kelas. Kami pergi diajak kepala sekolah ke rungangan untuk membahas bebarapa hal. Setelah sampai di ruangan kelas sekolah kami mulai mengobrol santai dengan beberapa guru yang ada disana. Saya mulai menjelasakan kedatangan kami kesana dan apa yang menjadi tujuan kami, yaitu untuk melakukan uji kompetensi atau penilaian terkait sekolah tersebut. Kelapa sekolah juga menyambut baik kedatangan kami dan mengapresiasinya, selain itu kepala sekolah juga menyampaikan beberapa keluhan terkait dengan keadaan SD Hurung Enap, Beliau mengatakan bahwa SD Hurung Enap belum memenuhi standar sekolah pada umumnya dan bisa dikatakan sekolah dasar Hurung Enap adalah sekolah dasar terpencil, lanjut Beliau karna sekolah tersebut masih memiliki banyak kekurangan, seperti ruang kelas yang belum memenuhi standar belajar, dimana perlengkapan kelas seperti alat tulis masih menggunakan kapur. Bangku dan kursi yang bisa dikatakan usang, serta tenaga guru yang masih sangat kurang.
Karena kondisi desa yang terpencil dan kondisi sekolah tersebut sehingga murid yang bersekolah di SD Hurung Enap hanya berjumlah 21 murid yang terdir dari kelas 1 sampai kelas 6. SD Hurung Enap juga belum menerima fasilitas berupa Listrik, karna memang desa juga belum dialiri listrik, seperti yang disampaikan kepala sekolah Listrik sangat dibutuhkan untuk menunjang proses belajar mengajar, selain itu juga dapat membantu pekerjaan daripada guru-guru, misalnya dengan adanya fasilitas listrik sekolah dapat memiliki komputer, printer, dll yang dapat digunakan untuk mengetik bahan ajar ataupun untuk sekedar belajar Komputer. Selain bebrapa permasalahan diatas, SD Hurung Enap juga belum memiliki fasilitas penunjang seperti Wc, ruang kesehatan, dan perpustakaan. Demikian beberapa hal yang disampaikan oleh kepala sekolah dan guru-guru. Diharapkan segala keluh kesah dan harapan mereka dapat ditanggapi oleh pemerintah khususnya pemerintah kabupaten barito utara melalui kedatangan kami tersebut.karna sudah menjadi kewajiban pemerintah untuk mencerdaskan setiap anak bangsa melalui pendidikan setidaknya pendidikan dasar. Melihat segala kondisi dan keterbatasan yang ada kita patut bersyukur bahwa anak-anak disana masih semangat bersekolah dan belajar, contohnya seperti Kartini anak dengan semangat yang tinggi tidak perduli keadaannya. Dan tidak hanya kartini, anak-anak lain pun demikian disamping mereka bersekolah mereka juga turut membantu orang tua mereka bekerja setelah mereka pulang dari sekolah. Ini membuktikan bahwa kehidupan masyarakat mereka memang masih terpencil dan perlu perhatian khusus dari pemerintah setempat. Inilah perjalanku di SD Hurung Enap. salam dari barito utara dengan semboyan “ iya Mulik Bengkang Turan” yang berarti pantang menyerah sebelum berhasil”.