JATENG

Peringati Goro Suro, Usaha Kepribaden Nguri-Nguri Budaya Jawa

PEKALONGAN, BN-Kita orang Jawa namun kadangkala kita lupa pada jati diri budaya orang Jawa atau dikenal dengan Sangkan Parani Dumadi. Oleh karena itu Pemkab Pekalongan dalam rangka memperingati Hari Jadi ke-397 menggelar kirab budaya dengan tema Wahyu Temurun.

“Meskipun ada beberapa kekurangan  namun hal ini merupakan ikhtiar kita dalam rangka nguri-nguri budaya Jawa,” ungkap Bupati Pekalongan KH. Asip Kholbihi, SH.,M.Si pada acara Goro Suro Tahun Baru 1953 Jawa di Desa Legokkalong Kecamatan Karanganyar, Minggu (1/9/2019) malam.

Bupati menyampaikan ucapan terima kasih kepada para penganut kepribaden untuk mempertahankan budaya Jawa agar tetap eksis. Sebagai bukti Pemkab Pekalongan mengapresiasi dengan mengajak mereka untuk turut dalam kegiatan doa bersama antar umat beragama pada Peringatan Hari Jadi Kabupaten Pekalongan ke-397.

Menurut Bupati dengan berkebudayaan itu penting dalam rangka mengasah nurani pikiran, agar tidak menjadi orang yang suka menang sendiri. Yang dalam falsafah Jawa dikenal dengan karakter adigang adigung adiguno.

“Padahal jika kita mampu mengalahkan sifat adigang adigung adiguno akan timbul sifat lemah lembut, sopan, ngluruk tanpo bolo, menang tanpo ngasorake,”terangnya.

Dijelaskan Bupati, kita menguri-nguri budaya untuk megembalikan entitas kita sebagai orang Jawa. Ada sebuah tulisan, disebutkan  bahwa Jawa sebagai pulau terindah di dunia sehingga banyak orang yang mengunakan Java sebagai nama Jalan. Contoh di Negara Israel, Prancis, Rusia, Amerika disana ditemukan Jalan java.

“Mereka mengapresiasikan dalam bentuk jalan dikarenakan  kita dikenal sebagai ras yang entengan atau rajin. Ini karunia Allah SWT yang luar biasa bagi kita,” tandasnya.

Oleh karena itu, kata Bupati, dalam rangka penghormatan tahun baru Jawa ini Bupati mengajak kita semua untuk menguri-uri budaya karena kalau bukan kita siapa yang akan merawat.

“Sebagai ikhtiarnya setiap hari Kamis pada kegiatan pemerintahan, kita mengunakan bahasa Jawa dalam upacara maupun kegiatan pemerintahan lainnya. Dan ini menjadi role model agar budaya tetap eksis ditengah gempuran arus globalisasi yang dapat menghilangkan jati diri,” tutur Bupati.

Ia berharap agar kegiatan Goro Suro ini terus-menerus dilakukan turun-temurun sebagai iktiar kita dalam menjaga tradisi budaya Jawa. Hal ini, kata Bupati, sebagai pengingat bahwa orang tua kita dahulu memiliki penanggalan Jawa atau pranatan yang pantas disandingkan dengan penanggalan lainnya. (dikin)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button