JATIM

Optimalisasi Pengelolaan PRB BPJS Kesehatan Surabaya

Sosialisasi dan konsolidasi persepsi Program Rujuk Balik BPJS Kesehatan Cabang Surabaya bersama 30 Rumah Sakit di Surabaya, (21/10)

SURABAYA, JATIM, BN-Masih seringnya timbul permasalahan terkait Program Rujuk Balik (PRB) selama ini membuat pengelolaan PRB tldak maksimal, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS)  Kesehatan Cabang Surabaya mencoba terus memperbaiki pengelolaan program JKN-KIS.

Untuk itu, BPJS Kesehatan Cabang Surabaya terus melakukan optimallsasi pengelolaan PRB melalui berbagai sosialisasi terhadap faskes yang bekerjasama dengan BPJS Kesehatan Surabaya.

PRB sendlri setldaknya memiliki 2 tujuan utama yaitu Kendali Mutu dan Kendali Blaya. Untuk Kendali Mutu yang berkenaan dengan kepuasan peserta memillkl peran diantaranya adalah Kemudahan akses, Penanganan dan pengelolaan penyaklt peserta menjadl leblh efektlf, Meningkatkan koordlnasi pelayanan antara FKTP dan FKRTL, Menguatkan sistem rujukan, Meningkatkan raslo kontak antara peserta dengan FKTP dan Mengurangi antrian dI RS.

Sementara Kendali Biaya, leblh dltujukan untuk ketahanan program (sustainabilitas program). khususnya pada penyerapan biaya katastropi agar dapat dikendalikan melalui pengelolaan penyaklt penyebabnya, dengan optimalisasi PRB dan Prolanis.

Kepala Bldang Penjaminan Manfaat Rujukan BPJS Kesehatan Cabang Surabaya. dr. Dwikha Arie Ristianto. AAK. menjelaskan, perlunya dilakukan sosialisasi dan penyamaan persepsi karena dilapangan masih sering ditemui berbagai masalah yang dlsebabkan karena kekurang-pahaman dari manajemen rumah sakit (RS) dan dokter spesialis.

“Kekurang pahaman ini memunculkan kesan RS menahan pasien untuk tldak kemball ke FKTP. Padahal kami berharap kalau pasien kronls yang sudah stabil bisa dikemballkan ke FKTP, ” terangnya dl Surabaya.

Dwikha ArIe Ristianto. AAK.

Dwikha juga menambahkan bahwa dengan berjalannya PRB disatu sisi, selain akan membuat pelayanan FKTP blsa meningkat yang tentunya akan berdampak pada kepuasan pasien, juga obat yang dlsedlakan juga leblh terjangkau dan pasien tldak perlu antri panjang seperti saat di rumah sakit.

“Karena itu, melalui berbagal sosiaIisasi ini diharapkan bisa muncul Standard Operation Procedure (SOP) baru bagi RS dan dokter spesiaIis, terkalt pelayanan, utamanya mengenai PRB,” tambah Dwikha.

Menurut Dwikha, persoalan PRB yang harus segera di atasi terdapat beberapa kendala terkait dengan enggannya peserta mendaftar PRB diantaranya adalah;

  1. Ketidakpahaman peserta terhadap Program Rujuk Balik.
  2. Peserta pernah mengalaml kendala dalam pendaftaran dan pelayanan PRB
  3. Chat yang dlresepkan di RS (termasuk obat PRB) yang kurang tepat, yang mengakibatkan Peserta akan kembali juga ke RS, dan menganggap PRB tldak berguna
  4. Terhentlnya pengobatan akibat kendala status kepesertaan (menunggak, red)

Sementara keengganan dari sisi FKRTL untuk tidak melakukan rujuk balik, diantaranya;

  1. Ketidakpahaman/Ketldakpercayaan terhadap Program Rujuk Balik
  2. Ketidakpahaman terhadap jenls obat yang masuk dalam PRB
  3. Kesengajaan tidak merujuk balik (Moral Hazard)

Sedang penyebab belum optimalnya pelayanan PRB dan pihak FKTP. lebih banyak karena ketldak-pahaman terhadap program rujuk balik ini.

“Selaln itu juga masalah ketersediaan apotek PRB yang tidak merata ada dI wilayah Kecamatan, atau juga pihak apotek yang enggan bekerjasama karena merasa rugi, serta ketldaktersedlaan obat dan tldak ada harga. sehingga menyulitkan pengadaan obat, ” pungkas Dwikha.(boody/men)

Related Articles

Back to top button