BPJS Kesehatan Di Mata Suyatno
GRESIK, JATIM, BN-Sumber yang berhasil di wawancarai oleh bidiknasional.com kali ini adalah Suyatno (57) kakek pekerja keras yang dulunya sehat dan tergolong warga mampu dari sisi ekonomi karena kehidupan Suyatno dilalui dengan bekerja. Namun kini ia berdiam diri di rumah dan hanya dapat melakukan pekerjaan-pekerjaan ringan. Keadaan tersebut tentu terasa berat bagi Suyatno, tapi apa boleh buat jika dirinya sekarang harus benar-benar beristirahat total dari pekerjaan sebelumnya karena dokter memvonis yang bersangkutan menderita sakit diabetes.
Kakek yang dulunya bekerja di karoseri pembuatan box mobil ini mengaku berhenti bekerja sejak tahun 2012 silam, setelah penyakitnya tidak bisa berkawan lagi dengannya.
“Untuk biaya berobat saja, saya harus jual rumah, mobil-mobil saya sudah saya jual, kekayaan saya habis ludes sebab mahalnya biaya kesehatan. Akhir-akhir ini malah lari ke ginjal, terus ke hati, makanya saya tidak mau resiko. Diabet itu penyakit bisa menjalar ke mana-mana.” keluhnya.
“Saya disarankan oleh dokter ikut BPJS Kesehatan, akhirnya saya mendaftar sebagai peserta mandiri BPJS Kesehatan. Kalau saya berobat dengan status pasien umum biasanya satu minggu obatnya saja kisaran tujuh ratus ribu sampai satu juta,” ujar Suyatno.
Dia tersadar setelah mendaftar menjadi peserta mandiri kelas 3 di Jaminan Kesehatan Nasional Kartu Indonesia Sehat (JKN-KIS) yang dikelola oleh BPJS Kesehatan. Berapa banyak biaya yang dikeluarkan pada sakit waktu itu dan pembayarannya melalui jalur umum. Semua kekayaan hasil kerjanya ludes terjual untuk melawan penyakitnya.
“Namanya orang hidup kan tidak bisa di tebak, kapan tuhan memberikan sakit , sebagai manusia hanya bisa bersiap-siap, menurut saya BPJS Kesehatan ini sangat membantu orang-orang seperti saya, yang tidak mampu bekerja lagi,” katanya dengan nada sedih.
Sekarang dirinya tidak akan kuatir lagi jika tiba-tiba harus berobat atau sekedar periksa ke dokter untuk konsultasi berkaitan penyakitnya, sebab ia sudah mendaftarkan dirinya ke BPJS Kesehatan Gresik.
” Kalau saya punya uang lebih, saya langsung bayar iuran BPJS Kesehatan untuk 2-6 bulan berikutnya sekaligus, karena saya takut kalau tidak punya uang, kan sudah tidak bekerja lagi,” ucapnya.
Bahkan lanjut Suyatno, Ia juga sedikit-sedikit mulai mensosialisasikan kepada tetangga akan pentingnya mendaftarkan diri ke BPJS Kesehatan menjadi peserta. Pria asli berusia 59 tahun ini tidak mau kalau ada orang lain yang bernasib sama dengan dirinya. Tiba-tiba miskin mendadak hanya gara-gara sebuah penyakit yang dideritanya.
“Saya ngomong sama tetangga, dan mencoba memberi pemahaman kepada mereka. Diluar sana ada orang yang bilang BPJS Kesehatan itu ribet, padahal itu karena mereka belum mengerti manfaatnya BPJS Kesehatan,” kata Suyatno yang sekarang bekerja sebagai peternak ayam.
Dia sangat berterimakasih kepada BPJS Kesehatan karena merasa sudah dibantu. Bagi seorang kakek yang tidak mampu lagi bekerja seperti semula BPJS Kesehatan adalah satu-satunya harapan yang bisa diandalkan jika ia membutuhkan sewaktu-waktu.
“Saya sangat bersyukur dan berterimakasih kepada BPJS Kesehatan Gresik, pelayanannya bagus dan saya sangat puas. BPJS kesehatan tidak membedakan pelayanan kelas, soal obat tidak ada pembeda,” tutupnya sambil tersenyum. (boody/humas)